PUISI UNTUK KIAI #Part2
4653 View
(Annuqayah#Fa)
22.02.2019#RINDU
Langit yang hitam menjatuhkan jutaan pensil padaku, apa yang akan digambar di kertasku? Apakah rindu yang meluncur dari angin malamku? . Apalagi selain menggambar rindu, hanya ada pensil hitam dan bayangmu. . Pada pekat kabut kugambar garis partitur, barangkali akan terdengar olehmu, bait-bait doa rindu. . Telah kubisikkan namamu pada angin, semoga saja hujan mendengar dan lahir sungai abadi dari rintiknya, mengikis batu-batu dan seribu prasasti tercipta untukmu. . Dadaku bergetar kedinginan karena membawa seluruh rindu, maka kusibukkan diri menyalakan api, berharap menjelma bayangmu. . Mengingatmu dengan tanpa satu pun kata, menjadi puisi yang mengapung di udara, sekalipun tak menjelma kupu-kupu, siapa tahu akan sampai padamu. . Seperti rerumputan, rinduku pasti tumbuh, di gersang ingatan sekalipun, di gurun kenangan apapun. . Meski ada yang redup setelah senja, saat kau baringkan tubuhmu pada waktu. . Tak ada beda, detik, menit ataupun jam, Tak ada beda, matahari terbit atau tenggelam, Tak ada beda, bila semua berganti, Karena tetap sama, kau tak disini. . Saat malam terlalu sunyi, Kuredupkan cahaya di ujung menara sebelum pagi, Bersama sepasang burung, akhirnya ku gambar rindu pada bait puisi, padamu, kiai.
di Februari-ku, yang masih kelu.
(Annuqayah#Fa)
Persembahan di 22 Februari 2019, kepada KH. Abd. Warits Iyas (alm), di tanggal ini beliau berpulang, teriring doa seluruh santri PP. Annuqayah Lubanggsa.