Di tahun delapan puluhan, potensi santri di bidang seni menggeliat. Hal itu terbukti dengan banyaknya santri yang belajar mengarang dan membaca puisi serta teaterikal secara otodidak. Untuk mewadahi kreativitas tersebut, didirikanlah sanggar Sofa, yang dipelopori oleh A. Readi Mellas dkk. Awal didirikan, sanggar ini mendapat banyak sorotan dan respon yang sangat besar dari santri Annuqayah. Jumlah anggotanya mencapai 250-an dari masing-masing daerah (Lubangsa, Latee, Lubangsa Selatan, dll.) tapi sangat disayangkan, sanggar ini hanya seusia jagung, karena kesibukan para pendiri di instansi lain. Sebagai wujud ketidakpuasannya terhadap sanggar Sofa, M. Sattar Syam, Aziz Munandar, Rofiq dkk. yang semua itu merupakan santri lubangsa memproklamirkan kelompok baca puisi atau dikenal KBP; kelompok yang bergerak di bidang menulis dan baca puisi.
Pada ranah lain, KBP sendiri kurang memberikan peran signifikan bagi santri, khususnya dalam hal teater. Selama kurang lebih sebelas tahun, KBP melahirkan penulis-penulis puisi yang cukup mempuni. Tapi, KBP mendapat banyak tuntutan dari anggotanya sendiri, tuntutan tersebut berawal dari keinginan anggota untuk belajar teater.
Beberapa hal inilah yang menggugah Masmuni Mahatma, Suhaimi Sufi dkk. membentuk wadah yang mampu menampung potensi seni santri dengan mengubah nama KBP menjadi sanggar. Tahun, 1992 dideklarasikanlah Sanggar Andalas.
Proses pendirian sanggar andalas terhitung singkat. Sanggar Andalas berdiri atas dukungan penuh pengurus pesantren dan santri yang peduli terhadap lemahnya dunia keteateran. Dukungan pengurus berupa mengupayakan tempat di MTs 1 Annuqayah sebagai tempat latihan.