Merupakan Sunnatullah manusia hidup bersosial. keragaman serta kompleksitas kebutuhan menjadi pemicu untuk hidup secara bersamaan, saling pengertian dan gotong royong. sebagaimana yang dikatakan oleh Aristoteles (384-322 SM) bahwa manusia adalah zoon politicon, artinya pada dasarnya manusia adalah mahluk yang ingin bergaul dan bermasyarakat (baca, Manajemen Manusia). lalu dipertegas dalam Al-Qur’an yang artinya ”kami jadikan kamu bersuku bangsa supaya saling mengenal” hal ini tentu semakin mengokohkan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial.
Pada perkembangan selanjutnya, selain menyadari betul akan kebutuan bersosial, dilain sisi juga dinilai perlu untuk menyamaratakan perbedaan idealisme tiap individu dalam pepatah arab “كل رأس رأي ”, tiap kepala mempunyai pendapat masing-masing. maka dibuatlah sistem sosial yang dikenal dengan sistem organisasi. dengan harapan mampu menjadi solusi yang solutif dalam menghentaskan problematika sosial. serta dapat mengakomodir entitas santri yang berlatar belakang berbeda.
Dari pergolakan intelektual ini kemudian, ada upaya sadar yang dilakukan oleh kalangan santri yang didominasi dari kabupaten Pamekasan dan Sampang serta ada pula sebagian yang berasal dari daerah yang lain diluar dua kabupaten tersebut. demi menghindari kata keseluruhan dari daerah Pamekasan dan Sampang. untuk menciptakan suatu wadah supaya proses dan outputnya jelas. tidak cukup disitu keakraban solidaritas dan soliditas antar Santri hususnya yang berasal dari Kabupaten Pamekasan dan Sampang juga menjadi bagian pertimbangan para elite intelektual pada kala itu.
Selain itu pula pendirian organisasi ini juga termasuk bagian upaya mengikuti tren global yang lagi trending di lubangsa pada saat itu santri yang kebetulan sama nama daerah asalnya, cenderung membuka wadah organisasi yang entitas menampung sesama Santri tersebut. sementara para santri yang berasal dari Timur Daya sudah membentuk organisasi yang dikenal dengan sebutan Ikstida atau dari dari kalangan pesisir utara sumenep yang disingkat Iksaputra dan seterusnya.
Dialektika itulah lantas menjadi motivasi sekaligus spirit untuk turut pula membangun wadah para santri husussnya yang berdomisili dari dua kabupaten tersebut yang biasa dikenal dengan akronim Iksapansa (Ikatan Santri Pamekasan dan Sampang). walaupun dikemudian hari ada juga sebenarnya anggotanya yang berasal dari daerah lain.