Asapmu, Dukaku
5346 View
(Puisi-Puisi Anggota Forum Literasi Santri (Frasa) PP. Annuqayah Lubangsa Putri)
Madah Negeri Asap kami tahu yang menyeramkan langit tiadalah disebabkan ketekunan uap bara puisi jiwa-jiwa kami yang senyala garang matahari setitik demi setitik percik api menikam ubun-ubun, memusar raga hutan halaman sekolah dan rumah diaduk-aduk kabut, dilambai-lambai sansai tinggal sebidang tanah berkuntum kembang-kembang asa meriap semerbaknya. pabila gerumbul kabut itu ricuh, hendak pecah ke singapura, ke malaysia atau tingkap-tingkap negara sebelah selalu luka dada kami sebab berbagi bukanlah dengan gelegak perih hanya ke dalam puisi nyeri kesiur hati bernyanyi-nyanyi lirih “maafkan kami, maafkan kami” LK, 08 September 2019 Ibna Asnawi, lahir di Sumenep, 07 November 1996. Sedang mengaji di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Dapat ditemui di: Ibna Asnawi (Facebook) dan ibnaasnawi@gmail.com Di Riau Udara yang putih Sesak di mata Perih di dada Riau di kepala Kabut di angkasa Pada doa-doa Segeralah sampai Damailah Riau. Annuqayah, 08 September 2019 Ulfade, lahir di Sumenep dengan nama Maria ulfa, 19 september 2001, santri PP.Annuqayah Lubangsa Putri, merupakan mahasiswi Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA). Aktif di Forum Literasi Santri (Frasa) Kompas PASRA, PMII angkatan GARUDA, LPM Dinamika. Bisa di temui di Ulfachocolate3@gmail.com dan Ulfade (facebook). Riau, Semoga Indonesia satu dalam semboyannya Satu tubuh dengan seperangkat luka yang menyekujur Aku ingin menjadi mulut dari tubuh itu Satu bagian saja terluka, aku yang menjerit mengaduhkan Agar segala mendengar Dan untuk Riau, yang barangkali organ dalam tubuhmu Aku adukan kau pada Tuhan di sepertiga malamku. Annuqayah, 7 September 2019 Teruntuk Riau Tuhan mengecupku di kening mimpiku Ia bertanya; adakah aku ingin sesuatu? Aku tersenyum hingga kedua mataku menyipit haru Kujawab; Tuhan, cakrawalaku dangkal Jangan semakin kau tengggelamkan Dengan menutup Riau Lalu Tuhan kembali mengecupku. Annuqayah, 8 September 2019 Qoiro Basyir, santri di PP. Annuqayah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep. Lahir di Sumenep pada tanggal yang sama dengan kelahiran Dewi sartika. Mahasiswa Ushuluddin Instika Guluk-guluk Sumenep. Sedang bergiat di Frasa Lubangsa Putri dan Ajmi Iksaputra. Dapat ditemuui di IG Qoirobasyir. Kepada Riau Riau, Kabar duka terdengar Hinggap ditelinga, mengendap dihati Kami bersedih mendengar rintikmu Kami berdoa melihat asap melayang-layang ;semoga tak terulang lagi Mata kami basah mendengar letusan Serupa suara paling nyaring ditelinga Riau, Tetaplah tenang Sebab yang maha segalanya masih tentu mendengar pintamu Annuqayah 2019 Di sana Kalian Jika kami bahagia Kalian di sana berduka Kami di sini bertepuk tangan Sedang kalian di sana berpangku tangan Bersedih, merintih, hati kian getir Cemas berkecapung dengan layang-layang asap Bukan lagi petasan, emlainkan letusan Gunung-gunung yang kalian dengar Annuqayah 2019 Silvana Farhani, kelahiran Sumenep, 25 Oktober 2001 di sebuah Desa Panagan Gapura Sumenep. Salah satu siswa MA 1 Annuqayah Putri sekaligus nyantri di PP. Annuqayah Lubangsa Putri. anggota Forum Literasi Santri (FRASA), Kompas Gapura, Supernova Ikstida dan bisa dihubungi melalui surel farhanisilvana7@gmail.com Nasib Nyawa bumi di ujung tanduk Menikam cinta membutakan harapan Maut meraung mencekam keberanian Inilah hasil dari ulah tangan Tangan-tangan kotor tanpa kejujuran Udara pagi, tak Menghijau lagi di daun-daun mahkota pohon Semua kabut kelabu Meracuni hidung Meringkuk ricuh dalam kalbu Oh Tuhan, Hidup mereka tak lagi tenang Merasa terpenjara di tempat tinggal Annuqayah, 7 September 2019 Duka pasti Duka di bumi dan raut langit Asap putih udara debu mematikan Menitikkan air mata kekhawatiran Hingga debu menjadi akhir Dari semua yang masih ada Atau malah mengalir Lewat selaput darah? Sedang manusia tak pernah tahu Kapan bencana akan bertamu Kemudian berlalu Atau malah selalu Dukanya duka pasti Yang melipat mimpi Dan cinta sejati Annuqayah, 8 September 2019 Erliyana Muhsi, Santri Annuqayah Lubangsa Pi sekaligus Mahasiswa Prodi PIAUD INSTIKA, anggota aktif Frasa Lubangsa Putri, LPM Dinamika Instika, Alumni PP. Al-IN’AM dan PP. Darul Falah. Beralamat di: erliyanamuhsi@gmail.com Angin Kepulan asap, pekat nan gelap Kerontang dan panas Ayam jago merah gagah melahap Habis tak bersisa Siang hari macam malam hari Mencipta tangis, melenyapkan tawa Dan melelapkan tupai Hingga tak tahu kapan ia Akan membuka matanya kembali Aku ingin berbagi tangis Bersama angin do’a kukirim Agar lekas terbebas Dari kepulan asap panas Dan tak merambat Pada tanah rerantau itu Anginku adalah Akan segera menjadi anginmu Annuqayah 08 September 2019 Duka Riau Dukamu adalah dukaku Sebab aku adalah saudaramu Saudara kesatuan Darah daging Indonesia Izinkanku menjadi burung Yang tiap hari berkicau Berdo’a kepada Tuhan Atas segala kesusahan Agar segera dihilangkan Izinkan pula kujadi angin Ingin kutiup segala kabut kegelapan Supaya engkau, saudaraku Tentram serta damai Mata jernih memandang Hidung leluasa bernafas Dan supaya lekas terbebas Annuqayah 08 September 2019 Dee Kayisna. Lahir pada tanggal 22 Desember 2001 di Jember. Santri aktif Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura asal Jember. Berproses di Forum Literasi Santri (Frasa) Lubangsa Putri. Masih menjadi siswa MA 1 Annuqayah Putri jurusan Ilmu-Ilmu Keagamaan.. Duka Ia Asapnya Banyaknya yang berduka Sesepuhpun pundaknya berduka Bocah-bocahpun meriak menangis Asap apa yang tak pernah tebal? Awan biru yang tak menampakkan dirinya Hitam lumut yang menjadi lara Segaris hujan pun tak pernah ada Satu tetes pun tak ada Duka adalah tetesan dari mata ia Annuqayah, 7 September 2019 Asap Kabut Tak pernah terhitung garis doa ditangannya Semiris luka dikabut asap Ia merantau namun sedihnya meriak di tanah sana Selepas mengiya-iyakan tak terlepas dari teriakannya Kaburnya tak menentu Jika hitam adalah selimutnya Waktu pun lelah menorehkan hujan tak kunjung datang Annuqayah, 8 September 2019 Isfa Umamah, lahir di Grujugan Gapura Sumenep pada 03 Januari 2004. Siswi IPS MA 1 Annuqayah Putri Guluk-guluk. Santri aktif Lubangsa Putri. Bergiat di Frasa, Supernova Ikstida dan Kompas Pasra. Akun fb, dhee Fhamaa Duka Riau Bukanlah Candu Riau, hatiku pilu nan galau Asap ini kian merantau Dengan cuaca yang kemarau Hutan pun tak berani untuk kembali bergurau Sebab matahari yang panas serta silau Menjadikan Riau tak lagi memukau Masyarakatnya semakin parau Karena suasana sangat kacau balau Oh Riau, Pintaku selalu keselamatan untuk engkau Agar kita masih bisa bertemu dan kita tak lagi merindu Annuqayah, 8 September 2019 Dhiah Joe, bernama asli Fardhiah Febriyani lahir di Pamekasan 28 Februari. Alumni SMP Negri 1 Pasean. Saat ini menempuh pendidikan di MA 1 Annuqayah Putri Jurusan Bahasa. Santri PPA Lubangsa Putri, bergiat di Frasa. Dapat dikontak melalui generasixwz18@gmail.com Duka di Bulan Agustus I Angin yang berhembus dengan kecepatan tinggi Kepulan asap yang berhambur ke segala arah Korban pun tergeletak di mana-mana II Kami adalah batu yang tak bisa membantu Tubuh kami beku Saat bisikan burung semakin mengeras Doa dan air mata yang menjadi saksi bisu III Duka di bulan agustus kemarin Mengajari kami fananya kehidupan Yang tak akan pernah terlupakan Ini puisi, bukan curhatan dan bukan kesaksian Mila Kamila, Lahir di Sumenep. Menempuh pendidikan di MA 1 Annuqayah Putri Jurusan Ilmu Budaya dan Bahasa. Santri PPA Lubangsa Putri, bergiat di Frasa dan Alif senansa Ikstida. Duka Beribu Mata I Asap mengepul menjalar Ke udara Keresahan timbul dalam jiwa Beribu-ribu mata mulai berkaca-kaca Dari barat ke timur Dari selatan ke utara Semua orang mulai resah II Manusia hampa Menimbulkan duka dan membekas Di dalam dada “ini ulah manusianya sendiri” Kata seorang rakyat Hingga rakyat yang lain Menyerukan kata yang sama Annuqayah, 8 September 2019 Duka Serantau Ketika kisah baru muncul Lalu menimbulkan duka Yang larut, “Ulah siapa Riau menjadi lara?” Menjalar dan mengalir Aku seperti mengambang Dalam ingatan Menanti secercah harapan Demi negeri yang tenteram Langit yang biru menjadi hitam pekat “Ini ulah siapa?” Annuqayah, 8 September 2019 Le LF, nama pena dari Lailiyatul Fitriyah. Lahir di desa Bungbaruh Kadur Pamekasan. Santri aktif PP. Annuqayah Lubangsa Putri. Bergiat di Forum Literasi Santri (Frasa), Sanggar al-Zalzalah Lubri, Sanggar Sareang. Jurusan Ilmu Bahasa dan Budaya MA 1 Annuqayah Putri. Duka Lara Asap pekat beribu duka Menggeluti setiap titik api menyapa Kabut asap membuat jarak pandang Hilang tak terlihat Akankah semua selamat dari asap menggumpal itu? Dalam hati masih bertanya Tentang pemuda yang tewas terbelalai Menerpa deklarasi sang warga Terlihat paradigma berfakta menyusuri Ruang hidupnya Annuqayah 08 September 2019 Tha Dita, Lahir di Pamekasan. Menempuh pendidikan di Madarasah Aliyah Annuqayah Putri dan mengaji di PP. Annuqayah Daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Bergiat di Forum Literasi Santri (Frasa). Pulaumu Tak Terlepas dari Asap Pulaumu berasap Tak terlihat pemandangan indah Yang berada di sana Pulaumu penuh dengan asap Yang di dalamnya banyak orang kesusahan Pulaumu penuh dengan asap Dan kalau ada yang menghirupnya terlalu banyak, Akan membahayakan Annuqayah, 8 September 2019 Di sana Makin Parah Aktifitas tetap biasa Tapi, bermacam masker yang Dipakai itulah yang tidak biasa. Dan itu wajib untuk masyarakatnya Sekolah menjadi diliburkan Dan anak-anak jadi Ketinggalan pelajaran, karena udara yang tak menyehatkan sesuatu apapun hanya seperti bayangan Annuqayah, 8 September 2019 Fajriyatur Rahmah, lahir 26 Maret 2007 di Sumenep. Menempuh pendidikan di MTs 1 Annuqayah dan santri di PP. Annuqayah Daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura. Bergiat di Forum Literasi Santri (Frasa)