Puisi-Puisi Sanggar Andalas
6507 View
Puisi MaHa Mangkudilaga*
KICAU BURUNG-BURUNG
Bagaimanapun, kami hanyalah burung-burung (1) yang setia mengerami doa-doa. (2) menyulam cinta di antara bulu-bulu kami yang kian melebat. (3) begitu tega memang, hujan semalaman (4) telah berhasil menghancurkan sarang, (5) sebagai tempat kami berlindung dari kejamnya penyakit demam. (6) andai saja, kami mampu membaca kesepian (7) yang berlarian di antara daun-daun. (8) maka, adakah kesejukan embun masih tetap terasa di tubuh kami, (9) semisal kemungkinan-kemungkinan nasib (10) dan cerita-cerita masa silam yang tak mampu lagi (11) kami abadikan dalam ingatan kesunyian (12).
Annuqayah, 2020
MaHa Mangkudilaga (Muhammad Hafil Mangkudilaga), asli masyarakat Situbondo. Sekarang tercatat sebagai santri aktif PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Berproses di Sanggar Andalas, Ikatan Santri Annuqayah Jawa (Iksaj), Masyarakat Seni Annuqayah (MSA) Lesehan Sastra Annuqayah (LSA) dan Komunitas Sastra-Teater lainnya. Berkuliah di Institut Ilmu Keislaman Annuqayah. Karya-karyanya termuat di beberapa media tingkat lokal maupun ASEAN. Beramat di Jl. Makam Pahlawan PP. Annuqayah daerah Lubangsa 69463. Email; SebatasMangkudilaga@gmail.com
Puisi Juaidi HS*
SURAT BOLONG
Malam nanti kita bertemu di hutan. saat rembulan sempurna tidak
kebagian cahaya matahari. perlahan malaikat-malaikat turun
bersama bintang-bintang.
sujud di atas tumpukan-tumpukan tulang
dan tunggak-tunggak pohon.
di kejauhan lorong-lorong ditimbun tebing. air bandang menyapu
halaman. angin melingkar menggulung awan. bangunan-bangunan
dibelai. dininabobokkan. dan berhari-hari anak-anak setia mandi
lumpur.
Dari meja-meja tamu. dinding-dinding langgar yang bolong. bata
putihnya hilang satu persatu. dicuri layar kaca teknologi. dihantam
palu besar curiga induk-induk anak.
jatuh.
menghantam dada dan kepala. di atasnya Rokib-Atid sibuk membuka
mundur catatan harian. lembar-lembarnya basah bersenandung air
mata. mencari sisa-sisa hijaiyah yang kian samar meski kian dibaca
dan dihafal.
Getar-gemetar aku baca. rematik tiba-tiba kambuh. kram menjalar
seluruh tubuh. di hati. di akal. mengalir cuka. menggenangi lubang-lubang
luka. lubang-lubang sesal. malaikat dan bintang telah dibawa
matahari. membawa secangkir kopi dan setangkai puisi untuk Tuhan.
malam nanti, bilakah lagi kita temui?
Annuqayah, 2020 M.
Junaidi HS, santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Bergiat di Sanggar Andalas. Bertempat di Langgher Kesenian.
Puisi Mochammad Kifly Maulana*
Dalam Peluk Hangat Sang Kiai
;KH. Muhammad Ali Fikri
sebelum malam datang menghapus segala pandangan
ingin kusirami berapa benih yang tumbuh pada teluk kalbu
atas nama pengabdian yang terus menjadi keringat takzim sang guru
datanglah wahai Pengasuhku! sucikanlah tanaman di halaman sampai habis keluhan
betapa kerinduan yang sudah kepalang untuk menanti keridlaanmu
sampai akhir mimpi buruk ini benar-benar sembuh
saat-saat yang mungkin akan lupa dari ingatan
dekaplah aku, biarlah kehangatan terus mengajariku hingga taraf paham
yang menunjukkan segala-galanya perlu persemayaman akal pikiran
untuk tetap tabah belajar memeluk erat cahaya yang engkau kenalkan
atas nama jiwaku yang belia
sebelum Allah bersedia mendekap pada pintu luhur kematian
ajarkan padaku makna hidup, derap langkah barokah keabadian
meski perlahan akan kutelan kobar api kebencian
dari bising ceracau mulut orang-orang
engkau titisan Sunan
bersimpuh aku tuan,
demi darah yang hanya sampah
tak jauh beda dari bangkai terkulai dan dilupakan
apa harga jasad ini timbang jasadmu yang teramat suci
sebagai teladan selama-lamanya dalam jiwa santri
embun menetes deras jatuh di hamparan senyummu
telah sejuk hati ini maknai segala yang tabu
dalam arti yang masih semu untuk dinikmati
dari semua itu, bahwa kepastian hidup tidak selamanya memiliki makna sama
tanda ini teramat dasar bagi bekal rendah ilmu yang masih jahiliyah
dan perlu keistiqamahan yang tinggi agar sampai pada yang suci
ada kalanya raja akan binasa
dan kuasanya akan diperebutkan anak, saudara dan seluruh keluarganya
tapi tidak untuk engkau wahai yang mulia di hati dan pandangan
tekadmu adalah pedang bagi daging kami yang bimbang
kadatanganmu anugerah demi jalan kemanusiaan
keperihan luka ini tak akan menyurutkan niat kami
untuk senantiasa selalu tabah menanti jalan kebenaran
seharap dari semua itu Kiai !
semogalah engkau tetap dirahmati dan dilimpahi-Nya bahagia
selamat dalam segala elemen hidup yang sungguh mulai rusak
sampai ke ufuk alam semesta
tetaplah engkau dapat basahi kekeringan dalam kemarau pikir orang-orang
Assalamualaika wahai sang Pengasuh dunia ahiratku
simpuh hormatku, santri dan seluruh yang sudi menemani
tetaplah selamat dari segala bahaya dan kesesatan dunia
Allah merahmatinya dan seluruh malaikat sebagai saksinya.
Tsumma Khususan Ila KH. Muhammad Ali Fikri, Al-Fatihah.
Annuqayah Lubangsa, 2020 M
Mochammad Kifly Maulana ; Santri yang lahir di Pulau Talango, mulai mondok di PP. Annuqayah daerah Lubangsa Guluk-guluk Sumenep, sejak tahun 2014 M. dan aktif di komunitas seni (Sanggar Andalas) sejak tahun 2015 M. di media sosial Mochammad dapat ditemuai sesuai dengan nama akun Email-nya: maulanakifli56@gmail.com, kalau akun Facebook sama dengan nama yang di Atas, Ok.
Puisi Hari Alfiyah*
MADAH SEORANG SANTRI GILA
; KH. Muhammad Ali Fikri
dengan sabar senantiasa kekar
mengakar dalam dada selapang ladang
menerima setiap kedatangan
meski bimbang terkadang mencakar jantung teman.
tak pernah letih engkau menegak ngaji dan kaji
saat fajar menyingkap tirai pagi
digelarlah sebuah langgar untuk mengajar
kitab kehidupan terbuka lebar di atas dampar
huruf-hurufnya melengkung dan menikung serupa arah jarum jam
menyentuh sudut-sudut lepas sampai lampau batas.
pada hitam bola matamu
hujan menderas bersihkan kalbu yang kotor dan hitam
sehitam hutan legam.
setiap bibirmu berucap sebenarnya sorga yang tak mampu aku cecap
dibelai lembut jemarimu selalu ada saja yang lebih rahasia
tinimbang luka yang tertabung dalam jiwa.
sungguh kuat urat kau dekap orang sekampung-sehalaman
melebur hangat dengan kesunyian.
wahai, bising apalagi yang hendak menghantarkan duri ke dalam diri
jika derunya suara orang-orang tercinta lebih melukai.
benarlah tanah, nuranimu sedingin embun pagi basah
tiada pernah menampak lelah meski engkau didekap payah.
aku hanya seorang santri gila, Kiai
di bawah asuhmu, keringat yang pasang belum mampu membasuh segala keluh.
terang cahaya dari teduh wajahmu yang mulia manjadi sekadar radar tak berguna.
tak kalah ricuh pada gemuruh lebah membunuh doa tabah.
tiang-tiang kram menahan bakar api kecongkakan
manakala etika kebenaran dilumpurkan dalam ingatan.
sungguh langkah terlalu gegabah mengambil arah
hingga tersesat pada kejam amarah dan tingkah.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
seorang diri aku datang menghadapmu Kiai
sebagai seorang santri gila
berharap engkau semoga merestui senantiasa
hingga kesturi menimbun tubuh ini.
Annuqayah, 2020 M.
Hari Alfiyah, santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Bergiat di Sanggar Andalas. Bertempat di Langgher Kesenian.
Puisi Mufid Ary Mushlih*
SEMOGA BERLABUH
Dalam kasih eratku nak!
Kini aku menjemput peluh
Biarlah disana kau menjaga cita wujudkan harap
Tak usah berkeluh
Tabah menahan pilu.
Biarkan aku menjadi lautmu
Ketika engkau tersedu
Berhasrat temu
Seolah hanya gema suaraku menyelimuti kalbu
Tuhan, disanalah bertumpuknya rindu.
Siang dan malam
Bulan bulat
Mendekap lintasan padat.
Pagi dan sore
Merah energi matahari
Membangkitkan lubuk hati.
Dalam keabadian rumah waktu
Aku
Menaruh senja semoga berlabuh
Pada lengkung senyum riangmu.
Annuqayah, 2020 M.
Mufid Ary Mushlih, santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Bergiat di Sanggar Andalas. Bertempat di Langgher Kesenian.
Keterangan: Puisi-puisi di atas menjadi nominasi lomba cipta puisi yang diselenggarakan
oleh Dewan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.