Organisasi merupakan salah satu wadah untuk merancang dan melaksanakan visi dan misi kehidupan social, sebab isi dari wadah tersebut adalah manusia yang di rancang oleh tuhan untuk saling berinteraksi dan membagi dengan manusia lain. Di sisi lain, organisasi merupakan penampung potensi yang dimiliki setiap individu, sehingga potensi tersebut mampu di terjemahkan dalam bentuk tindakan nyata.
Organisasi daerah (Orda) persatuan santri Lenteng (Persal) berdiri atas dasar keinginan santri yang berasal dari daerah Lenteng. Awal mula terbentuknya organisasi ini terjadi karena keresahan yang dirasakan oleh para santri senior yang berasal dari Lenteng. Pada waktu itu, tidak ada kegiatan yang terprogram selain sekolah pagi (formal) di pesantren. Bahkan pada malam harinya, kebanyakan santri yang berjalan-jalan atau sekedar mencari pemandangan untuk menghibur diri di daerah bukit (gunung, red).
Pada waktu itu, di pesantren Annuqayah (Lubangsa) tidak ada sebuah wadah yang berfungsi untuk menampung dan mengembangkan bakat serta potensi yang dimiliki oleh setiap santri. Imbasnya, santri tidak dapat menuangkan kreasi yang ada di dalam dirinya. Santri hanya dituntut untuk belajar dan mendalami kitab turast sebagai ciri khas dari gelar yang disandangnya (red, santri).
Berangkat dari hal itulah, beberapa santri senior berinisiatif untuk membentuk dan mendirikan sebuah organisasi. Diharapkan dari terbentuknya organisasi tersebut dapat menjadi wadah bagi para santri untuk bias memompa dan mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki. Sebut saja salah satu “Tokohnya” yang berperan di dalamnya adalah K. Mistqala Karim. Diceritakan oleh santri yang berasal dari Lenteng barat ini, bahwa pada waktu itu terjadi perpecahan antara santri berdasarkan daerah yang mereka tempati. Terlebih, santri yang melakukan hal tersebut adalah santri yang berasal dari kecamatan Lenteng. Yang terlihat pada waktu itu adalah mereka (baca; santri) yang menetap di daerah Lubangsa dan daerah Latee. Mereka (Santri Lubangsa dan Latee) hampir sering terlibat bentrok, terutama ketika mereka sama-sama mandi di sumber Daleman yang terletak disebelah timur pondok pesantren Annuqayah. Padahal menurut santri yang kini menetap dan mengabdikan diri di Annuqayah ini, mereka sama-sama berasal dari kecamatan Lenteng. Berangkat dari hal itulah, ia memberanikan diri untuk mengumpulkan santri senior Latee yang berasal dari daerah lenteng dan membentuk suatu organisasi. Akhirnya, terbentuklah suatu organisasi yang waktu itu diberi nama Islet (Ikatan Santri Lenteng).
Di awal berdirinya organisasi Islet, ini tidak ada kegiatan yang bersifat formal. Kegiatan yang dilaksanakan hanya sekedar “ngumpul bareng” untuk menghilangkan kesan permusuhan dan lebih memperkokoh rasa ukhuwah. Selain “ngumpul bareng”, ada juga kegiatan yang dilaksanakan untuk memperkuat nilai spiritualitas kepada Sang Ilahi dan Rasul, yaitu pembacaan Shalawat Diba’iyah setiap malam jum’at dan pembacaan Surat Yasin dan Tahlil keliling ke beberapa maqbarah pengasuh PP. Annuqayah.
Dilihat dari jumlah anggota dimasa-masa awal, organisasi ini beranggotakan sedikit, karena hanya terdiri dari santri Lubangsa dan Latee yang berasal dari kecamatan Lenteng. Apalagi tujuan awal didirikannya organisasi ini tidak lain hanyalah untuk mempersatukan dan menciptakan hubungan yang baik antara santri Lubangsa dan santri Latee. Dari sinilah cikal bakal lahirnya organisasi yang nantinya akan menjadi organisasi besar, Persal.
Lahirnya organisasi IKSTIM
Selang beberapa lama organisasi Islet berdiri, akhirnya pada tahun 1976, para santri senior yang berasal dari lenteng memutuskan untuk membentuk suatu organisasi yang berbentuk formal. Maka dibentuklah organisasi yang beranggotakan santri yang berasal dari daerah timur yang kemudian di beri nama Ikstim (Ikatan Santri Timur). Anggotanya melipuli santri yang berasal dari daerah timur pesantren, seperti Ganding, Lenteng, Gapura, Batu Putih dan daerah lain yang berasal dari timur. Pada awalnya, anggota hanya berjumlah sekitar 40 orang dan seterusnya meningkat hingga 70 orang. Ide untuk membentuk organisasi ini muncul pertama kali dari pertemuan-pertemuan kecil para senior yang terletak di blok C.
Pelopor sekaligus ketua organisasinya adalah Drs.K. Jamaluddin Rawi (santri asal Billapora Timur Ganding) di bantu oleh para senior lain seperti ; H. Mastur Ali, K. Jufri, Abd. Hamid, Abd. Razak, Rusdy, M. Ihsan Musthafa, Khabir, Fathorrahman, Samsul Arifin dan yang lain. Organisasi Ikstim ini didirikan karena terinspirasi dari organisasi daerah di Pondok Darul Ulum Tebuireng Jombang. Pada saat itu (sampai saat ini), ada sebuah organisasi daerah yang bernama Iksma (Ikatan Santri Madura). Kemudian para senior ini mengadopsi nama tersebut menjadi Ikstim (Ikatan Santri Timur).
Berbeda dengan organisasi yang sudah terbentuk sebelumnya (Islet), organisasi ini sudah mempunyai program dan kegiatan yang terencana. Tempatnya pun sudah ada dalam melaksanakan kegiatan atau rutinitas, yaitu di MTs 1 Annuqayah. Kegiatan yang di laksanakan hampir sama dengan kegiatan rutinitas yang ada dalam organisasi saat ini, seperti latihan pidato, latihan baca puisi, diskusi, kursus kitab turats, bakti sosial dan pengajian umum. Organisasi ini lebih memfokuskan pada kegiatan yang sifatnya keagamaan dan kemasyarakatan. Bahkan ada dua kegiatan yang di rasa sangat berkesan pada masa pemerintahan organisasi Ikstim ini, yaitu : pertama, organisasi ini pernah mengundan seorang muballigh berjuluk “Da’i” sejuta ummat”, KH.A. Zainuddin MZ yang berasal dari Jakarta dalam rangka memberikan ceramah umum keagamaan. Pada waktu itu, bertempat di lapangan sepakat Lenteng. Kedua, organisasi ini juga pernah melakukan bakti sosial dalam bentuk perbaikan (memperbaiki) jalan. Lokasinya terletak di desa Angsanah Lenteng Barat. Dua kegiatan tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan masyarakat. Keduanya juga mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Ini terbukti dari begitu antisiasnya masyarakat membantu para pengurus dan anggota Ikstim dalam merealisasikan dua kegiatan tersebut. Masyarakat sangat menyambut dengan tangan terbuka atas di adakannya kegiatan tersebut. Bahkan dana yang di keluarkan secara keseluruhan merupan sumbangan dari masyarakat.
Tujuan dari dibentuknya organisasi Ikstim ini adalah membentuk santri atau anggota organisasi yang siap pakai dan tidak canggung lagi ketika sudah kembali dan mengabdi diri ditengah masyarakat masing-masing.
Lahirnya Organisasi ISDK
Setelah berdiri selama kurang lebih 10 tahun, pada tahun 1988 organisasi IKSTIM mengalami perubahan nama menjadi Isdk (Ikatan Santri Dua Kecamatan), yang pada waktu itu diprakarsai oleh Bapak Moh. Noer musthafa, SE. (salah satu santri senior yang menjadi ketua panitia pengajian umum KH.A.Zainuddin MZ). Beliau di bantu oleh beberapa santri senior lain seperti K. Haskil, Masyhuri D. Rahman, Musyarrafah, Ali Makki, Hammam, Damanhuri dan santri senior lainnya. Anggota lebih terfokus pada santri yang berasal dari luar dua kecamatan, Ganding dan Lenteng walaupun pada waktu itu, tidak sedikit pula para santri yang berasal dari luar dua kecamatan tersebut tertarik untuk menjadi anggota Isdk. Hal ini dilakukan dengan tujuan mempermudah relasi dan komunikasi dengan aparatur kecamatan. Dan saat itu pula, telah muncul beberapa organisasi daerah lain.
Organisasi ini tidak berbeda jauh dari organisasi yang sudah ada sebelumnya (Ikstim). Kegiatan yang dilaksanakan pun masih seolah meng-copy paste dari kegiatan yang sudah terprogram pada organisasi Ikstim. Hanya saja, ada beberapa kegiatan tambahan seperti latihan MC, latihan shalawat, dll. Yang bertempat di kelas 1 D MTs 1 Annuqayah.
Jumlah anggotanya pun mengalami pasang surut. Pada awal pemerintahan berkisar 70-80 orang, berubah drastis menjadi 40-50 orang pada akhir-akhir perintahan Isdk. Ini tidak terlepas dari labilitas semangat peserta untuk hadir pada acara rutinitas. Pun juga format acara yang kurang gereget dan terkesan menoton. Hal lain adalah faktor dana yang pas-pasan.
Adapun Visi dan Misi dari organisasi ini adalah membentuk pribadi santri yang mandiri dan berjiwa sosial sehingga bisa berguna bagi masyarakat kelak setelah kembali ke lingkunganyna.
Secara umum, organisasi ini bejalan tidak terlalu memuaskan. Karena pada saat itu, yang paling diutamakan adalah mempertahankan keberlangsungan organisasi dengan cara tetap menciptakan hubungan yang solid antar anggota dan pengurus organisasi. Sehingga yang terjadi adalah kondisi menajemen (baik keuangan maupun keorganisasian) yang kurang baik. Alhasil, roda perjalanan organisasi Isdk ini ternyata tidak bertahan lama dan mengalami perubahan nama kembali, yaitu kembali ke asalnya (Ikstim) pada tahun 1993 M.
D. Lahirnya Organisasi PERSAL
Kemudian, pada tahun 1995, organisasi Ikstim edisi II mencapai puncak, karena mengalami perubahan nama menjadi Persal (Persatuan Santri Lenteng). Hal ini disebabkan keinginan Bapak Almujo S.Pd.I selaku pemberi nama Persal beserta pengurus yang lain untuk memberi wadah yang lebih luas dan mencakup dari sekian banyak desa yang ada di kecamatan Lenteng, termasuk Cangkreng yang pempunyai organisasi sendiri yang bernama Persatuan Santri Cangkreng (Preska). Karena sedikitnya santri yang berasal dari Cangkreng, maka anggotanya pun sedikit, sehingga organisasi ini tidak dapat tertolong. Anggotanya yang masih ada diajak oleh anggota senior dan direkrut menjadi anggota Persal, sehingga santri yang berasal dari Lenteng mempunyai satu Organisasi.
Walaupun organisasi Persal ini terkesan seperti “dihuni” oleh para santri yang berasal dari Lenteng, namun banyak juga santri yang bukan berasal dari Lenteng tertarik untuk bergabung dengan organisasi ini. Seperti Kec. Ganding (daerah timur kecamatan), Kec. Saronggi, Kec. Bluto dan Kec. Batuan. Orang-orang yang berperan di dalamnya, selain Bapak Almujo adalah K. Haskil, Adam Wiono, Mulyadi, Musyarrafah, Baihaqi AD, Ach. Da’ie, Tibyanto, Abd. Aziz, dan Rudi Hartono.
Berbeda jauh dari organisasi sebelumnya (Isdk), organisasi Persal ini banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Hal ini disebabkan karena: pertama, adanya respon baik dari pengasuh dan pengurus pesantren, yaitu pengurus Penerangan dan Pembinaan Organisasi (P2O), pengurus yang bertugas untuk menaungi dan membina oganisasi daerah. Kedua, banyaknya pengurus Persal yang juga menjabat sebagai pengurus pesantren, sehingga mudah melakukan koordinasi dengan pengurus pesantren lain berkaitan dengan organisasi (misalnya ketika akan melaksanakan acara). Ketiga, kekompakan dan semangat anggota serta pengurus Persal yang mulai tumbuh kembali.
Dalam hal kelengkapan administrasi, organisasi ini sudah bisa membentuk anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) sebagai landasan atau pijakan dalam berorganisasi, toh walaupun pada saat itu masih terkesan kacau dan kurang sempurna. Sistem menajemen keuangannya pun sudah cukup baik dibandingkan dengan masa perintahan sebelumnya. Dalam hal kelengkapan sarana dan parasarana, organisasi ini sdah bisa memiliki sound system dan dekor sendiri, yang pada awalnya masih harus pinjam ke organisasi lain ketika akan melaksanakan acara.
Visi dan Misi organisasi ini adalah melahirkan The Man of Analition (santri yang siap pakai dan dipakai) dengan membentuk ribadi muslim sejati yang sesuai dengan tuntutan al-Qur’an dan Hadits, serta berakhlakul karimah. Orientasi visi dan misi tersebut tidsk lain adalah mempersiapakan diri para santri sebeum terjun ke masyarakat.
Dari kegiatan dan sistem menajemen yang baik itulah, organisasi Persal mampu menarik para santri untuk menjadi anggotanya (baca: Persal). Sehingga pada waktu itu anggota Persal diperkirakan mencapai 60-70 orang. Organisasi Persal juga melakukan terobosan baru dalam melaksanakan acara rutinitas, seperti latihan resting. Apalagi pada saat itu, Persal juga memiliki sound system yang sangat baik, sehingga menjadi faktor pendukung lancarnya acar rutinitas. Kegiatan yang dilaksanakan juga sering bekerja sama dengan masyarakat, bahkan dengan pihak Persal Putri.
Pada waktu itu, organisasi Persal lebih mengutamakan pada menajemen keuangannya. Sehingga tidak heran jika pada waktu itu, para pengurus Persal sering melakukan pencarian dana (pengajuan proposal) pada setiap alumni dan simpatisan. Hal lain yang dilakukan dalam “memperkaya diri” adalah dengan bekerja sama dengan pihak pesantren dalam menyebarkan dan menjual “A’maalul Yaumiyyah”. Organisasi Persal juga mempersewakan sound system yang dimiliki demi menembah kas organisasi.
Organisasi Persal juga mengalami banyak kemajuan dan pernah meraih kesuksesan serta pernah merasakan masa kejayaan. Diantaranya, Persal pernah menjadi pemenang lomba mading, pemenang administrasi dan meraih organisasi daerah terbaik. Hingga sampai saat ini, organisasi ini (Persal) masih tetap eksis dan menjadi salah satu organisasi yang dipandang diantara 10 Orgnisasi daerah (Orda) yang ada di Lubangsa.