Puisi-puisi Ahmad Nyabeer
5112 View
Kepada Umniyaty 2
Bukan kebetulan kita dilahirkan di tempat yang berjauhan jalan raya terulur begitu panjang engkau tak dapat kujangkau dalam pandang
Awal berkenalan aku bagai orang yang terdampar di desa asing dan hanya mengenalmu seorang
Setelah itu untung kau tak memintaku untuk berada di sisimu selalu Apa katamu? Sanggupkah aku? aduh, kekasihku apalah arti jarak bagi sepasang pecinta seperti kita
Aku cuma tak ingin ketika itu waktu menjadi sebatas bayang yang kesepian di belakang
Barangkali Tuhan sengaja membuatku jauh dulu darimu Kedekatan justru membuka kesempatan untuk mencemari percintaan untuk ditikam kebosanan
Dan cinta akan semakin jernih ketika jarak semakin jauh menjadi pemisah di antara kita
Meski kadang aku berpikir Berapa banyak lelaki di dunia yang kuat bertahan ketika jauh dari kekasihnya?
Sebab aku tak mau kita persis serban atau buku yang selalu kita gunakan ini setelah lusuh, engkau ataukah aku yang melemparnya lebih dulu?
Cukup kita tahu bahwa saling mendoakan adalah cara bercinta sepasang kekasih yang berjauhan
Namun tolong jawab, kekasihku sudahkah kau berniat menjadi istriku yang baik?
Annuqayah, 9 Juli 2019 M
Kepada Umniyaty 3
Hari dimulai sejak pagi membuka pintu Membuka kehidupan penuh cahaya di bawah bentangan langit yang biru Matahari bergerak makin tinggi menuju maghrib, liang kuburnya sendiri
Orang-orang akan menjadi tua Usia akan habis dicucuki paruh waktu Bumi langit akan senja Kemudian mesti hancur semesta
Lalu kanapa kau memintaku mencintaimu dengan kekal, kekasihku?
Seperti siang berubah ke malam Seperti perempuan tua kehilangan kecantikan Semesta tak membentukku hidup dalam perasaan yang satu Alur waktu selalu mengubah diriku
Dunia ini tak seperti Tuhan, kekasihku Segalanya tak pernah abadi termasuk cintaku padamu
Tetapi, bagaimana bisa aku berpaling Sementara keindahan semesta terlihat sebagai engkau
Maka jangan kau memintaku mencintaimu sampai mati Terlalu banyak lelaki berjanji dengan kata-kata menipu itu Lalu apa bedaku dengan mereka?
Aku tak akan berjanji apapun, kekasihku Sebagai tubuh yang tak pernah bilang akan selamanya mencintai ruh Tetapi dapatkah hidup berjalan sedang keduanya berpisah jiwa?
Batang-batang, 13 Juli 2019 M
(Menjadilah) yang Pengasih dan Penyayang
Kata-kata manis dari kekasih melebihi mantra pengasih menjadi mabuk jiwaku menjadi lena hatiku
Mulai sekarang kalau begitu jangan bilang engkau mencintaiku
Kenapa, kekasihku?
Seperti benci dan cinta selalu samar dalam cemburu Seringkali pula kata-kata menyimpan jujur atau palsu
Engkau menuduhku pembohong, kekasihku?
Bukan begitu, kekasihku yang paling cantik sedunia Aku telah sangat mengerti bahwa penyampai perasaan paling mafhum adalah dengan ucapan
Terus?
Sebagai lelaki yang menyukai puisi yang teman dekatnya adalah kamus yang pekerjannya cuma membangun bahasa Bagiku, kata-kata sudah tak istimewa lagi
Lalu apa maumu?
Lupakah engkau, kekasihku yang baik bahwa alam raya ini dicipta hanya sebagai wujud ungkapan cinta dari Tuhan kepada kekasih-Nya
Engkau ingin aku meniru?
Muhammad Sang Nabi tiada pernah meminta langit-bumi sebab kekasih yang baik tak akan mengharap apa-apa kecuali ketulusan hati kekasihnya Tetapi, bukankah Tuhan malah menciptakan semesta?
Batang-batang, 26 Juli 2019 M
Yang Tunggal
Siapa pun bertanya Tentang dirimu Selalu kujawab: Engkau jelek rupa
Maklumi aku, kekasihku Aku talur ada Yang tahu kecantikanmu lagi Selain aku
Sementara, mencintaimu Ingin Aku Menjadi Yang Tunggal
Batang-batang, 27 Juni 2019 M
Suatu Sore di Gerbang Asta
Mendapatkan senyuman pada suatu sore Sesuatu meledak dei kedalaman sukmaku Sebongkah rindu meletus tiba-tiba Dengan suara yang hanya dapat Didengar telinga kesepianku sendiri
Muncullah malaikat-malaikat kesunyian Dari jemari tanganku yang kanan Seperti sajak-sajak yang begitu gembira Mendapati dirinya dipenuhi cinta
Mendapatkan senyumanmu, kekasih Puisiku seolah lelaki yang terlampau senang Hingga berlari ke halaman dengan telanjang Ia bahkan tak mendengar Orang-orang yangtertawa nyaring Dan kedua bola matanya Persis cermin yang diam-diam Menyesap bibir manismu
Betapa senyuman adalah diksi paling indah Dalam kamus besar pesona kecantikanmu Dan kemarin, saat senja membentuk tbuhnya Tak sengaja kau haturkan di gerbang asta Kepadaku
Batang-batang, 27 September 2019 M
Warna Biru di Kalianget
Siang hari senin Kalianget memberi dua warna biru kepadaku Warna langit dan warna laut Warna kelembutan semesta Warna kesukaanmu, kekasihku
Aku suka warna siang hari Yang tiada mendung sama sekali Tapi entah, aku tak tahu Dari mana dan kenapa tiba-tiba Kalianget memberi warna biru kepadaku
Sebagai lelaki gunung Soal warna tak perlu merenung-renung Kupakai saja warna biru itu Seperti melepas baju lusuhku
Batang-batang, 1 Juli 2019 M
Jangan Buat Aku Gila
Tiba-tiba aku menjadi lelaki penakut Ketika berada di dekatmu, An Daun-daun melambai Ditiup angin bergetar
Ingin sekali kutolehkan muka Menghadapkan wajahku padamu Tetapi ranting kepalaku selalu gemetar Oleh diammu yang menghembuskan pesona
O… manusia macam apa kau ini? Aku memang tak takluk Seperti kepada kekasihku Tapi di depan wajahmu Jiwaku pasti menunduk Sedikit sadar merasa diri Bahwa aku sedang gila, An
Annuqayah, 9 Juli 2019 M
Penulis: Ahmad Nyabeer adalah nama pena dari Ahmad Fawa’id. Mahasiswa INSTIKA. Aktif di Komunitas Persi. PP Annuqayah daerah Lubangsa Guluk-guluk Sumenep.
Nb: Puisi ini dimuat di Nusantara News.co pada tanggal 13 Oktober 2019 M.