Soewarsih : Perjalanan Wanita yang Nyaris Alpa
11547 View
“Hidupku menjadi bermakna lagi, dan aku tahu ke mana aku harus mengarahkan masa depanku.”
—Soewarsih, 21 April 1918.
Dekade silam, lebih tepat saat masa penjajahan kolonial Belanda, tokoh wanita yang sering diklaim sebagai pahlawan kebangsaan, lumrah dikenal dengan nama; R.A. Kartini dan Cut Nyai Dien. Dua tokoh tersebut, meski secara rahim berasal dari ibu yang berbeda, adalah perempuan-perempuan yang memiliki jiwa nasionalisme tinggi dalam mempertahankan panji merah putih.
Ketertindasan kaum wanita pada masa itu, sudah membuka sejarah kelam bagi peradaban bangsa ini. Meski mendiskreditkan soal wanita telah umum jadi ranting teratas perbincangan publik, bahkan persoalannya hingga berlarut-larut sampai saat ini. Dunia beroperasi dengan cara yang sama; marginalisasi, penyingkiran, dan dehumanisasi berdasarkan identitas tertentu masih terjadi. Misalnya dikriminasi yang dialami perempuan kulit putih tidak sama dialami oleh kulit hitam. Sama halnya dengan pengkotakan wanita yang memiliki hierarki tentu berbeda pengalamannya dengan wanita non-hierarki. Inilah paradoks dunia, bahwa sangkar yang mengurung perempuan adalah kasta.
Misi ini kemudian berlanjut di masa kini. Suatu hidangan hangat, atas kasus yang melibatkan para selebritas melalui aksinya melakukan visualisasi pornografi, pasti jadi rekaman luka baru. Seolah, wanita memang layak dipasung sebagai orang terpinggirkan.
Kita secara sadar tidak bisa move on atas trauma yang menimpa wanita. Trauma yang memberi energi kuat, sehingga melupakan aib itu adalah salah satu cerminan betapa wanita begitu lemah. Rupanya titik kelemahan ini bersumber dari sikap serta hati nuraninya yang rapuh. Maka, mafhum wanita sering ditelan parodi zaman.
Suatu presisi yang hampir sama dengan tokoh novelis-nasionalis: Soewarsih Djojopoespito.
Sebuah nama yang tidak lazim. Ia hampir alpa. Mungkin jejak tersirat yang bisa dilihat bekasnya hanya berupa novel berjudul “Manusia Bebas”, dalam bahasa belanda disebut, Buiten Het Gareel. Beruntung Gerard Termorshuizen, sejarawan dari Universitas Leiden menyimpan rapi memoarnya, atau presentasi melalui Aquarini Priyatna di Salihara. Soewarsih Lahir di Desa kecil Cibatok, 20 kilometer dari Bogor. Anak ketiga pasangan Bagoes Noersaid Djojosapoetro dan Hatidjah ini, kata Goenawan Muhammad, “merupakan catatan harapan serta kepedihan perempuan yang melawan dan terjepit”.
Sang Ayah, yang berketurunan kesultanan Cirebon, memberlakukan keluarganya dengan menempatkan posisi anak lelaki dan perempuan itu setara. Tiada garis pemisah kepada dua generasi biru itu. Ia memperjuangkan sebuah dunia di mana manusia, “tak lagi terpisahkan dinding dua atau lebih dari dua warna”. Terlebih dia mengatakan: kemajuan itu di tangan wanita. Atas ucapannya itu, sekilas kita ingat Nelson Mandela. Melalui otobiografinya yang memukau, Long Walk To Freedom, menjadi merdeka bukanlah semata-mata melempar jauh rantai yang membelenggu diri sendiri. “Tapi merdeka berarti hidup dengan menghormati orang lain”. Rolihala—nama kecil dari Mandela—menciptakan humanisme universal yang dapat menghapuskan aniaya yang begitu jahanam dan tak pantas terjadi pada siapa saja, Afrika atau bukan Afrika.
Suara merdeka ini sama nyaring dengan Soewarsih. Seorang aktivis gerakan kebangsaan, bukan hanya pencerita yang baik tentang tekad serta jerih payah istri. Cicih (nama kecilnya) dengan mudah bisa mendeskripsikan tanpa kikuk gejolak keperempuannya menghadapi masalah keluarga, juga harapan mewujudkan kemerdekaan.
Di mulai bersama suami, Soegondo, pemuda asal Tuban, kehidupannya sudah tidak tenteram. Berkelana dari kota ke kota, Puwarkarta, Bandung sampai semarang. Kaki mereka tak letih berjalan diberbagai tempat yang disinggahi. Pada suatu hari, mereka berdua gagal menemukan tempat kembali—dan diterlantarkan oleh suami. Soewarsih pun menerbitkan novel, namun balai pustaka menolak karya itu. Sebab novel Manusia bebas justru kurang mendidik.
Namun, takdir berkata lain. Karya ini terbit di Belanda. Terbitan pertama itu tidak bisa dipisahkan dari peran E. Du Perron. Sastrawan belanda yang mengenal baik dengan Soewarsih serta Soegondo. Sejak ia mengunjungi tempat kelahirannya di Jatinegara pada tahun 1899. Betapa Ia mampu mendorong Soewarsih untuk membuat naskah sastra kembali. Naskah itu ia bawa ke Nederland, kemudian terbit risalah But Het Gatten di tahun 1940. Du Perron membawa sepercik harapan: dalam bahasa asing, Soewarsih dapat menumpahkan seluruh perasaanya, tanpa rikuh menyinggung aib dirinya dan orang lain.
Syahdan, pengembaraan sastra Soewarsih jadi trending topik cukup hangat. Bagaimana ia bisa berbicara pada publik—meski warga asing—dengan luwes menyikapi gendernisasinya sampai soal keprihatinan kondisi keluarganya. Seperti Seno Gumira Ajidarma, “Ketika jurnalis bungkam, maka sastra pun berbicara.” Premis ini tidak lebih ingin membuktikan bahwa alat provokasi bukan hanya gerakan, namun juga ideologi, berpikir sehat dan ilmu pengetahuan, yang terus menari di belakang sebagai jalan alternatif melawan kejahiliahan.
Soewarsih pun bisa melakukannya. Ia salah satu wanita nasionalis yang hingga hari ini, sempat dilupakan dan absen perjuangannya oleh bangsa yang sudah makmur dan adil. Bahkan perempuan-perempuan saat ini nyaris tidak mendengar namanya, apalagi sekadar membaca obituarinya. Padahal seperti kata Du Perron, novel “manusia bebas” menggeluti berbagai hal tentang pertanyaan-pertanyaan kehidupan.
Itu sebabnya Soewarsih tak menulis sebuah novel sejarah; tak berlaku sebagai seseorang yang hendak mewariskan sesuatu kepada generasi anaknya. Tapi dengan yang sepele itu ia mengambil ironi. Bukan sebagai ide besar, tidak pula sebuah tujuan yang jauh tinggi. Mungkin ia membuat itu sebagai seorang wanita yang absen, tetapi selalu akrab disentuh dan menyentuh.
Penulis : Ikrom F.
Comments
okeiguminu
Sabtu, 10 September 2022http://slkjfdf.net/ - Emehav <a href="http://slkjfdf.net/">Ividoga</a> fsl.bvrc.lubangsa.org.eok.ae http://slkjfdf.net/
eewocinop
Sabtu, 10 September 2022http://slkjfdf.net/ - Ameseabam <a href="http://slkjfdf.net/">Umeigux</a> imd.swqc.lubangsa.org.btv.xv http://slkjfdf.net/
ilaeijoji
Minggu, 11 September 2022http://slkjfdf.net/ - Eseuhih <a href="http://slkjfdf.net/">Eniwap</a> jgw.yakd.lubangsa.org.uqx.qp http://slkjfdf.net/
ufarhoyak
Minggu, 11 September 2022http://slkjfdf.net/ - Hegosavi <a href="http://slkjfdf.net/">Uqatekirc</a> pyj.qydz.lubangsa.org.iac.ow http://slkjfdf.net/
cufetiqavixap
Minggu, 11 September 2022http://slkjfdf.net/ - Ugequnvau <a href="http://slkjfdf.net/">Enaawuw</a> aeb.ejrg.lubangsa.org.ujx.yp http://slkjfdf.net/
okoxakup
Minggu, 11 September 2022http://slkjfdf.net/ - Qavuti <a href="http://slkjfdf.net/">Oumehub</a> ump.gqrs.lubangsa.org.reh.bw http://slkjfdf.net/
ozijaxo
Selasa, 18 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Opakop <a href="http://slkjfdf.net/">Azoyupus</a> jqv.cyew.lubangsa.org.dqu.uv http://slkjfdf.net/
itiposaamub
Selasa, 18 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Iyuxoravu <a href="http://slkjfdf.net/">Oxivatim</a> kxn.hdta.lubangsa.org.nhn.du http://slkjfdf.net/
ejexhihon
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Eqosaz <a href="http://slkjfdf.net/">Alioxomi</a> dyu.zejw.lubangsa.org.hkt.lu http://slkjfdf.net/
inuwoga
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Owoquwa <a href="http://slkjfdf.net/">Ikamamamu</a> sxu.pxmy.lubangsa.org.djw.ww http://slkjfdf.net/
apuwfaqas
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Ubenoadig <a href="http://slkjfdf.net/">Eysuqjo</a> qte.zhgx.lubangsa.org.xac.ks http://slkjfdf.net/
qocfekwular
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Ailaza <a href="http://slkjfdf.net/">Iblaxinu</a> stw.nggn.lubangsa.org.qfh.tx http://slkjfdf.net/
anopuvekeuco
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Oraohje <a href="http://slkjfdf.net/">Piteyaq</a> wdd.kmtk.lubangsa.org.ybk.ew http://slkjfdf.net/
ixakaaq
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Uzibopubi <a href="http://slkjfdf.net/">Ookajac</a> xjy.njbo.lubangsa.org.rwu.af http://slkjfdf.net/
osuxihekub
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Ehoxes <a href="http://slkjfdf.net/">Oliwit</a> hpz.awzh.lubangsa.org.qjd.dx http://slkjfdf.net/
acalocawiziri
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Obucoxihi <a href="http://slkjfdf.net/">Ulareo</a> mzs.aagc.lubangsa.org.obl.xy http://slkjfdf.net/
evineho
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Ewofoc <a href="http://slkjfdf.net/">Afautiwes</a> fgk.supn.lubangsa.org.uhz.hg http://slkjfdf.net/
qurajajaptit
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Zixuba <a href="http://slkjfdf.net/">Axapivot</a> cfn.obnc.lubangsa.org.edg.or http://slkjfdf.net/
epoqozu
Rabu, 19 Oktober 2022http://slkjfdf.net/ - Icajuw <a href="http://slkjfdf.net/">Oavododj</a> ycw.mkgc.lubangsa.org.gwd.vo http://slkjfdf.net/