Jadikan Musibah sebagai Jalan Cari Berkah
4563 View
Judul Buku: Tafsir Kebahagiaan
Penulis: Dr. Ahsin Sakho Muhammad
Penerbit: Qaf Media
Tahun Terbit: I, Mei 2019
Tebal Buku:183 Halaman
ISBN: 978-602-5547-51-5
Resensator: Ahmad Tadi N.*
Jika kebahagiaan dan kesengsaraan itu pada dasarnya berasal dari Allah, maka bisa dipastikan bahwa Allah mempunyai hikmah, maksud dan tujuan. (hal.37) Oleh karenanya tidak heran bila kita hendak melakukan sesuatu harus didahului bismillah atau niat semata kepada Sang Pencipta, jika tidak didasari hal tersebut, dikhawatirkan perbuatan yang kita lakukan tidak bermanfaat untuk orang lain, terlebih buat diri kita sendiri.
Dalam hal ini, yang sangat perlu dikonsistenkan ialah perihal niatnya. Sebab untuk zaman sekarang pekerjaan simple ini “seolah” sulit untuk dilakukan apalagi mengeksekusinya di dimensi yang segalanya penuh kecepatan akibat bantuan dari teknologi, pun juga perlu menjadi pertimbangan kembali, mengingat manusia sekarang selalu menyandarkan segala bentuk kegiatan dan pekerjaan pada hasil semata, tanpa melibatkan subjek yang menghantarkan pada hasil itu sendiri, maksudnya tidak pamit dulu kepada Pencipta, dalam kacamata akhlak hal semacam ini tidak baik.
Maka sangat disayangkan jika manusia sekarang menjadi materialistik. Padahal hal tersebut tidak akan tercapai jika melupakan Sang Pencipta yang sejatinya pemilik segala di dunia ini. Seharusnya, manusia sekarang harus meningkatkan kedekatan personal dengan cara vertikal. Pasalnya tidak ada sesuatu yang boleh menjadi dan menggantikan penyandaran selain Pencipta. Tidak salah jika manusia sekarang banyak mendapati musibah baik dari segi ekonomi, kesehatan dan alam. Sebenarnya jika kita jeli, semua musibah yang menimpa kita adalah kerana kecerobohan sendiri dan kealpaan kita dalam bersyukur.
Sepatutnya manusia sekarang resah dan gundah ketika dirinya lupa meniatkan suatu pekerjaannya kepada Allah. Hal tersebut bukan tanpa maksud, kerena kita berharap apa yang dikerjakan bernilai ibadah, takut jika suatu pekerjaan tidak diniatkan kepada Allah ada hal yang tidak diinginkan menimpa kita karena tidak berkah, bisa jadi—berupa musibah—karena tidak tak ada manfaatnya. Sehingga sangat disayangkan jika manusia lebih terpancing untuk menyelesaikan suatu pekerjaan demi menemui hasil dan melupakan siapa yang memberi hasil?
Walaupun demikian, kita bisa memahami dilema manusia memiliki yang kecenderungan terhadap hal-hal materi baik yang bersifat primer dan sekunder. Kecintaan manusia terhadap dunia dan harta benda sebenarnya sudah muncul dari nalurinya.(hal.143) Dalam surah al-A’la juga disebutkan bahwa manusia memiliki kecenderungan terhadap dunia, hal ini sudah membuktikan kalau diantara makhluk Allah seolah “hanya” manusialah yang memiliki sifat rakus terhadap tipu daya dunia. Maka tidak heran bila menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kenikmatan dunia menjadi jalan kedua setelah buntu jalan pertama.
Dari problematika sepele tapi serius ini, menusia bisa mengubah sikap dan perilaku keehariannya menuju labih baik lagi. Caranya dengan melalui buku praktis ini, hal tersebut sudah bisa diubah secara perlahan. Sebab dalam buku ini, penulis—Dr. Ahsin Sakho Muhammad—mengajari kita untuk sering-sering mengintrospeksidiri terhadap apa yang telah dilalui. Terlebih ketika adanya musibah yang melanda. Sehingga dari introspeksidiri itu kita bisa mamahami bahwa musibah yang di azab Allah akan datang sebab murni karena keteledoran kita dalam melakukan maksiat. Introspeksi diri inilah yang harus diistiqomahkan oleh semua manusia zaman sekrang.
Kehadiran buku ini seolah memberikan wawasan dan cakrawala baru di ranah spiritual di era milenial. Dengan begitu manusia tidak asal-asalan dalam melakukan suatu aktivitas demi menuju sesuatu yang progresivitas. Untuk menuju hal tersebut tentu tidak usah menggunakan retorika yang terlalu muluk, artinya ribet. Sebenarnya melalui buku ini manusia sekarang bisa mengaplikasikan spritualitas dan mengintegrasikan keimanan untuk menjadi manusia yang berislam kaffah. Wallahu A’lam Bisshawab!
*Mahasiswa (biasa menggunakan nama Muhtadi.ZL) Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur. Pegiat literasi di Komunitas Penulis Kreatif (KPK)-Iksaj, Komunitas Cinta Nulis (KCN)-Lubsel dan Lesehan Pojok Sastra (LPS)-Lubangsa.
Keterangan: Resensi ini di muat Jumat, 01 Januari 2020 di Koran Jawa Pos Radar Madura.