Ngaji Sejarah dan Nobar G-30S/PKI, Ulama’ Madura Pernah Jadi Korban Pembunuhan PKI
5049 View
Lubangsa_Pengurus Pendidikan, Pengajaran dan Pengembangan Keilmuan (P2PK) menggelar nonton bareng (Nobar, red) dan ngaji sejarah dalam rangka memperingati hari Pemberontakan Gerakan 30 September (G-30S/PKI) Rabu malam (29/9) di halaman Masjid Jamik Annuqayah.
Kegiatan ini dilaksanakan saat jam belajar santri Lubangsa (setelah berjamaah isya’) dengan mengundang Drs. KH. Ah. Mutam Muchtar, M.Pd.I sebagai penyaji dan Aldi Hidayat sebagai moderator.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini dalam rangka memperingati sejarah G-30S/PKI dan santri lebih mengetahui seluk beluk gerakan Komunisme di Indonesia.
“Untuk memperingati hari bersejarah G-30S/PKI dan sejarah kelam ini tidak terjadi di masa yang akan datang,” ungkap Mohammad Ainurridha’ie selaku Waka I kepada media Lubangsa saat dikonfirmasi.
“Sebenarnya kami juga turut mengundang TNI-AD untuk lebih memaksimalkan pembahasan di ngaji sejarah, namun sangat disayangkan TNI-AD tidak bisa hadir karena ada acara lain,” lanjutnya.
Selain pemberian materi sejarah kepada santri, kegiatan ini diawali dengan nonton film G-30S/PKI. Sedangkan film yang diputar merupakan film yang direkomendasikan langsung dari pengasuh. “Film yang diputar memang berdasarkan keinginan pengasuh,” ungkap Moh Ainurrahman, salah satu pengurus P2PK kepada media Lubangsa.
Kiai Mutam menyebutkan bahwa salah satu ulama’ Madura pernah menjadi salah satu korban pembunuhan PKI. “K. Jufri, kalau tidak salah masih kerabat dengan K. Warits Ilyas dan K. Basyir AS,”terang mantan aktivis tulen Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tersebut.
Kiai yang menjadi dosen di Instika tersebut berpesan kepada santri agar berguru kepada sejarah dan tidak melupakan pengalaman. Karena pengalaman adalah guru terbaik. “Jika sejarah kelam ditiadakan, maka akan berhadapan dengan rakyat,”tegasnya.
Santri sangat antusias menghadiri acara ngaji sejarah dan nobar ini. Salah satunya adalah Moh Ramdhan. “Saya memang sangat senang dengan hal yang berbau sejarah sejak dulu,” ungkap santri asal Dasuk itu kepada media Lubangsa.
Penulis : Imam Tabroni
Editor : Abd. Warits