Cerita Rizqi dan Faqir, Peraih Bintang Teladan Madrasah Diniah
4149 View
Lubangsa_Sejarah baru ditorehkan Rizqi Nashrillah dan A. Faqir Ilallah. Mereka dinobatkan sebagai siswa teladan Madarasah Diniah Baramij At-Tarbiyah Wat-Ta’lim melampaui 801 siswa lainnya.
Tentu, merebut gelar siswa terbaik dari total 801 siswa keseluruhan bukan angka yang kecil. Apalagi, Rizqi Nashrillah masih duduk di bangku formal Madrasah Tsanawiyah dan berstatus sebagai santri baru tahun 2023. Dia tidak menyangka bahwa dirinya bakal diganjar pengharagaan bergengsi tersebut pada malam Penganugerahan Semester Gasal Madrasah Diniah yang dihelat Sabtu (11/11) lalu. Rizqi bercerita kalau dirinya tidak pernah berpikir untuk menjadi bintang teladan.
“Tidak kepikiran. Yang penting belajar.” ucap putra dari pasangan Moh. Rasikin dan Faizah.
Dia mengaku memang digembleng sejak kecil. Ibu dan bapaknya menomorsatukan pendidikannya. Apapun yang berkaitan dengan pengembangan potensi dirinya, ayah dan bapak Rizqi selalu mendukung.
Sebelum nyantri ke Annuqayah daerah Lubangsa, dia sudah terbiasa baca buku satu sampai dua halaman setiap hari. Kebiasaan tersebut membuatnya mudah menyerap materi atau pun ketika diskusi bersama teman-temannya.
Di Lubangsa, Rizqi bertemu banyak orang yang suka diskusi dan baca buku. Hobi itu semakin mengakar dalam dirnya. Dia pun mempertahankan kebiasaan positif tersebut dengan membangun iklim belajar yang nyaman buat dirinya sendiri. Kalau ada waktu senggang, Rizqi menggunakannya untuk baca buku.
“Kalau jam belajar, saya gunakan untuk belajar sekalipun ada teman yang tidak demikian. Selain itu, biasanya saya baca buku sehabis makan malam atau pergi ke perpustakaan pesantren.” ujar santri jebolan Madrasah Ibtidaiah Nurul Islam, Bluto itu.
Selain buku bacaan anak-anak dan remaja, dia juga sering mengulang-ngulang materi pelajaran yang telah dipelajarinya di sekolah maupun di madrasah diniah. Dia juga mempunyai problem yang sama dalam belajar utamanya dalam menghapal. Namun, cara termudah baginya adalah dengan mengulang-ulang apa yang akan dihapalkannya.
Profesionalitasnya dalam membagi waktu patut diacungi jempol. Meski dia sibuk dengan kegiatan harian di pesantren seperti sekolah, ajian kitab, bimbingan khusus santri baru dan organisasi daerah, dia masih menyempatkan waktu untuk belajar dan baca buku.
Sama juga dengan A. Faqir Ilallah. Putra dari K. Mursyidul Umam dan Ny. Masodah itu gemar belajar sejak dia duduk di bangku MTs Nasy’atul Muta’allimin, Gapura. Saat ini, Faqir masuk lembaga Darul Kutub Lubangsa (DKL) yang fokus pada pembelajaran, pengembangan dan kajian kitab kuning. Selama di DKL, dia mengatur jam belajar serta kegiatan hariannya.
“Yang buat saya tidak enak ketika ta’lim waktu pagi. Kadang saya rela-relain tidak mandi ke sekolah.” kenangnya. Namun, dia sudah mulai terbiasa dengan kegiatan di pesantren.
Sehari-harinya, Faqir memiliki rutinitas yang sama dengan santri yang lain. Bedanya, dia lebih intens belajar kitab kuning. Ketika MTs dulu, akunya, dia belajar kitab ke kuning ke ayahnya sendiri yang mengelola pesantren Nurul Jalil di gapura Timur.
Bagi Faqir, belajar merupakan kewajibannya sebagi seorang anak dan muslim. Penanaman nilai karakter dan semangat belajar sejak dini oleh orang tuanya membuat Faqir menjadi anak cemerlang. Meski dinobatkan sebagai siswa teladan, dia selalu ingat pesan ayahnya.
“Rajin belajar. Yang penting ilmunya.” Kata Faqir saat diwawancara.
Dia punya cara ytermudah untuk belajar, yaitu dengan musyawarah bersama teman-temannya. Apapun persoalan yang diangkat, FAqir selalu mengikutinya apalagi megenai hukum Islam. Dia biasanya tertantang untuk itu. Dia bakal mencari referensi dari berbagai kitab untuk menyelesaikan problem hukum yang diberikan oleh pembimbingnya di DKL. Faqir bisa tahan hingga jam dua dini hari untuk bermusyawarah.
“Begitupun ketika menghapal hapalan. Bisa tembus jam dua malam. Pas ke sekolah kalau guru menerangkan pelajaran, mata ngantuk.” ucapnya sambil tertawa.
Saat ini, Faqir duduk di bangku Madrasah Aliyah Thafidh Annuqayah, salah satu sekolah yang memadukan antara pelajaran modern dan lebih menitikberatkan pada pelajaran kitabiah.
Penulis | : Moh. Tsabit Husain |
Editor | : Ikrom Firdaus |