Esto Lubangsa; Tentang Cerita Haru dari Berbagai Daerah
5391 View
Lubangsa Putri-Esto Lubangsa yang dilaksanakan oleh pengurus Pembinaan dan Pengembangan Organisasi (P2O) bersama pengurus Organisasi Daerah (Orda) pada Sabtu kemarin (29/08/20), menyisakan cerita haru di hati masing-masing partisipan.
[caption id="attachment_6204" align="alignleft" width="300"] Ketua Orda Iksaputra saat memberikan parsel kepada anak yatim.[/caption]Orda Ikatan Santri Pantai Utara (Iksaputra), menurut keterangan ketua, Zulfiyah, memiliki enam objek baksos dengan lima anak yatim dan satu duafa. Di antara semua objek, satu yang cukup membuat hati para pengurus Iksaputra serta pengurus harian (yang mendampingi) merasa sangat terharu. Yaitu ketika sampai di kediaman seorang nenek bernama Surani dengan usia sekitar enam puluhan di desa Rajun Pasongsongan. Selain termasuk kalangan yang membutuhkan , ia juga hidup sebatang kara tanpa satu anggota keluargapun.
[caption id="attachment_6206" align="alignright" width="258"] Ketua Orda Ikstida bersama salah satu objek Esto Lubangsa.[/caption]
Demikian pula dengan Orda Ikatan Keluarga Santri Timur Daya (Ikstida), Lailatus Syarifah selaku ketua mengungkapkan perasaan ibanya ketika sampai di kediaman seorang nenek (tanpa menyebutkan nama) yang rumahnya sangat reyot dan tinggal seorang diri. “bahkan yang membuat hati kami lebih sakit, yaitu saat melihat keadaan nenek tersebut yang seolah tidak memperhatikan dirinya sendiri,” imbuhnya.
[caption id="attachment_6201" align="alignleft" width="300"] Foto bersama pengurus Iksagg dengan salah satu objek Esto Lubangsa.[/caption]
Sementara Alifatul Fuadiyah, ketua Orda Ikatan Santri Annuqayah Guluk-guluk Ganding (Iksagg) mengatakan, “kami merasa takjub dan terharu ketika sampai di kediaman nenek Rantena, desa Bakeong Guluk-guluk.” Sebab diceritakan, sekalipun ia sudah sangat sepuh dan umurnya hampir mencapai seratus tahun, tapi ia masih memiliki kesemangatan yang luar biasa dalam menjalani kehidupanya. Demi mendapatkan uang untuk keperluan, ia pergi berjualan ke pasar setiap harinya.
Selain itu, disamping rumah nenek Rantena, ternyata ada pula nenek Ramnasi yang bernasib sama dengan nenek Rantena. Hal tersebut belum diketahui sebelumnya oleh pengurus Iksagg. Akan tetapi, “InsyaAllah tahun depan akan dimasukkan pada daftar objek kegiatan baksos,” jelas ketua Iksagg di akhir ungkapannya.
[caption id="attachment_6205" align="alignright" width="250"] Wakil Ketua Orda Iksapansa saat memberikan parcel baksos kepada objek Esto Lubangsa.[/caption]Dengan kegiatan Esto Lubangsa ini, nenek dari seorang anak yatim bernama noval di desa Pademawu Pamekasan terharu sampai akhirnya menangis. “Namun mereka semua terlihat sangat bahagia dengan kedatangan kami,” ucap Atiqatul Mufarrohah, Ketua Orda Ikatan Santri Pamekasan Sampang (Iksapansa) saat diwawancarai.
[caption id="attachment_6203" align="alignleft" width="300"] Pengurus Orda Persal saat memberikan parcel baksos kepada anak yatim dan objek Esto Lubangsa.[/caption]
Begitu pula dengan alumni, mereka sangat apresiatif terhadap kegiatan Esto Lubangsa ini. Salah satunya Kiai Wafi Nuh, alumni sekaligus guru aktif di Madrasah Diniyah Baramij at-Tarbiyah wa at-Ta’lim (MD. BAW) tersebut bahkan menyampaikan bahwa kegiatan semisal baksos ini termasuk dari pada dakwah,” jelas Zahroul Jannah, ketua Orda Persatuan Santri Lenteng (Persal).
[caption id="attachment_6202" align="alignright" width="242"] Ketua Orda Iksaj saat memberikan sembako kepada objek Esto Lubangsa.[/caption]
“intinya setelah kegiatan ini, dan seperti ungkapan salah satu orang yang mendapatkan baksos di daerah yang kami kunjungi, bahwa dalam hidup ini seseorang harus banyak bersyukur,” ujar Ketua Ikatan Santri Annuqayah Jawa (Iksaj), Asa Rizkiyatus Salsabilah.
Penulis Dananil Qayyum
Editor: Nurul Iman