Musyawarah Nasional Ekopesantren Mandiri Atasi Sampah Sukses Terselenggara
5193 View
Lubangsa_Musyawarah Nasional (Munas) bertemakan Ekopesantren Mandiri Atasi Sampah sukses digelar pada malam Ahad (22/07) yang bertempat di halaman Lubangsa putri. Acara tersebut dihadiri oleh Perangkat Desa Guluk-Guluk, Masyaikh Annuqayah, Rombongan dari Pesantren Emas (Ekosistem Madani Atasi Sampah) serta Ketua Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Panggungharjo, Bantul, Jogjakarta. Uniknya, Munas ini terbentuk karena seluruh peserta ingin belajar langsung terkait pengelolahan sampah di Lubangsa. Mereka juga beranggapan pengelolahan sampah dengan memakai teknologi seadanya itu mampu menuntaskan sampah secara mandiri, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
K. Muhammad Shalahuddin A. Warits, Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa turut berbahagia dengan kedatangan tamu-tamu dari Yogyakarta itu. Pasalnya, ketika pengasuh dan rombongan santri berkunjung dan belajar ke Panggungharjo bulan Maret Lalu (), kepala desa dan Bumdes ini bersedia mengajari para santri terkait pengelolahan sampah, “dalam menuntut ilmu, kita bukan hanya dapat ilmu, tapi juga dapat orang-orang yang mendukung dan mencapai cita-cita kita. Jadi tidak ada yang dapat saya ungkapkan selain kebahagiaan,” ujar Pengasuh dalam sambutannya.
Pengasuh juga menceritakan bagaimana hasil dari belajar ke Panggungharjo selama 1 bulan itu berhasil diterapkan. Pengasuh menyebut setidaknya terdapat 4 pendekatan dalam proses pengelolahan sampah di pesantren, yakni pendekatan pada santri soal kesadaran akan sampah, aksi tanggung jawab terhadap sampah yang diproduksi, manajemen pengelolahan dan terakhir teknologi, “pemilahan di sini menggunakan teknologi hizb dari tangan-tangan santri yang baca salawat, bukan mesin.” imbuhnya.
Dalam Musyawarah ini, para pembicara diisi oleh Bapak Arif selaku penanggung jawab Badan Usaha Desa (Bumdes) Panggungharjo bersama empat panelis lainnya, diantaranya Gus Aris selaku PIC Program Pesantren Emas, ibu Dyah sebagai Dekan Fakultas Ekonomi UNU Jogjakarta, dan Haryadi yang menjadi Kepala Laboratorium Sampah UPT Jatian Lubangsa.
Gus Aris dalam penyampaiannya menekankan bahwa sampah tidak berhenti di pemerintah, tapi di rumah tangga dan pondok. Itulah mengapa sasaran program pesantren emas adalah pesantren-pesantren, sebab penanganannya lebih mudah daripada masyarakat secara umum. Dia juga mengungkapkan bahwa pondok pesantren mampu mengatasi sampah dan berdampak positif bagi lingkungan sekitar “Ayo tunjukan pesantren dengan image baru, yaitu bersih,” katanya..
Melihat dari kaca mata perguruan tinggi, Bu Dyah hadir memberikan tiga alasan mengapa perguruan tinggi seperti UNU Jogjakarta turut mengambil peran dalam program pesantren Emas ini. Dia juga menggaris bawahi bahwasanya penting untuk perguruan tinggi juga hadir mengatasi problem sampah apalagi diolah hingga memiliki daya jual tinggi.
“Sebenarnya, tujuan utama perguruan tinggi adalah untuk membentuk karakter melalui pemberian knowledge kepada sekitar. Sehingga, hal tersebut menyentuh afektif dengan suka mengelola sampah dari diri sendiri, berkesadaran, yang juga tampak dari perilaku atau tanpa paksaan,” pungkasnya.
Penulis | : Yaqiy Ferdiansyah N |
Editor | : Tsabit Husain |