K. Wafi: Jaga Amaliah dan Tradisi Lubangsa
4527 View
Lubangsa_Silaturahmi antar pengurus yang dihelat di aula Lubangsa kemarin malam (20/08) mengundang K. Wafi Nuh sebagai pembicara sekaligus santri senior. Beliau menekankan kepada seluruh pengurus yang hadir untuk menjaga amaliah dan tradisi Lubangsa yang berlangsung sejak dulu.
Tradisi seperti menghormat Kiai, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta bacaan zikir khas Lubangsa menjadi topik utama pembicaraan tersebut. tidak hanya itu, beliau juga berkisah tentang gaya hidup para Kiai dan kebiasaan-kebiasaan mereka dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau bukan kalian, siapa lagi.” ujarnya. Dalam hal kebersihan, santri Annuqayah memang dikenal resik dan suka melestarikan lingkungan. K. Abdul Warits pun dikenal sebagai Kiai yang peduli dan cinta kebersihan . “Makanya, kalau punya pacar, lihatlah WC-nya kalau mau tahu ia resik atau tidak.” kelakar beliau.
Pengenalan terhadap tradisi dan amaliah Lubangsa ini sebagai bekal bagi pengurus yang ada untuk dijaga dan dipertahankan. “Ada bacaan zikir dan tradisi yang berbeda dengan kita, itu tidak salah. Cuma, Lubangsa punya zikirannya sendiri.” tambahnya. Beliau mencontohkan seperti pengucapan basmalah setelah mengucap salam ketika memberikan ceramah atau public speaking. Tradisi tersebut telah dlakukan oleh Kiai terdahulu di Lubangsa, sehingga, pengurus diminta untuk tetap melestarikannya. Bahkan, pada hal-hal kecil seperti menghormat tamu juga disampaikan beliau
Beliau juga mengisahkan sejarah singkat Lubangsa dan perjuangan Kiai Syarqawi ketika mendirikan pesantren Annuqayah. Dalam sejarahnya, Lubangsa berdiri tahun 1915 ketika K. Ilyas menetap di sana. Beliau mengetahui hal tersebut dari catatan K. Wakid yang merupakan keponakan K. A. Warits Ilyas. “Baru tujuh tahun setelahnya, tahun 1923, K. Ilyas meminta K. Abdullah sajjad untuk mendirikan Latee.” cerita beliau. Karenanya, di akhir acara, beliau menekankan kembali kepada Pengurus agar sgala hal yang diperjuangkan asyaikh aAnnuqayah termasuk dalam hal menjaga tradisi harus tetap dijaga dan dilestarikan.
Penulis | : Moh. Tsabit Husain |
Editor | : Abd. Saed |