PHBI Bulan Maulid Berlangsung Meriah
4122 View
PP. Annuqyah kembali lagi menggelar Peringatan Hari Besar Islam (PHBI). Jumat malam (23/12) yang bertempat di Masjid Jami’ Annuqayah. . Seluruh santri PP. Annuqayah menghadiri acara itu ba’da (setelah) isya. Tidak hanya itu, masyarakat sekitar Annuqayah pun ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW tersebut. Bahkan, para masyaikh pun dari berbagai Daerah juga turut hadir ditengah-tengah santri dan masyarakat Guluk-guluk sekitar.
Pada saat pra acara, santri dikejutkan dengan penampilan drumband yang secara langsung datang ditengah-tengah santri, tanpa ada yang tahu sebelumnya. Setelah itu, diteruskan dengan penampilan hadrah banjari yang baru berdiri di PPA. Lubangsa. Meskipun bisa dibilang baru seumuran jagung, namun penampilannya tidak mengecewakan para tamu dan santri yang hadir dalam acara tersebut.
Sekitar pukul 20:00 acara dimulai oleh Master of Ceremony (MC), Jamalul Muttaqin. Acara tersebut dibuka oleh salah satu masyaikh Annuqayah, KH. Abd. Muqsid Idris dengan pembacaan surah al-Fatihah bersama. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran yang dilantunkan oleh Khairur Rofiqi, Santri Lubangsa.
K. Moh. Ali Fikri sebagai perwakilan dari pengasuh Annuqayah menyampaikan dalam sambutannya bahwa sangat gembira karena bisa bersama-sama lagi dengan masyarakat melaksanakan PHBI. Hal ini memang merupakan cita-cita beliau untuk menghidupkan tradisi lama yang telah mati. “tradisi semacam ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, namun ini dulu-dulunya sudah ada. Akan tetapi, sudah lama mati, dan saat ini saya ingin menghidupkan kembali tradisi lama yang mati itu,” tuturnya. K. Fikri—sapaan akrab K. Moh. Ali Fikri—juga menyampaikan banyak terimah kasih kepada masyarakat karena sudah ikhlas menyumbangkan kebutuhan konsumsi untuk para tamu, sampai-sampai santripun juga ikut kebagian karena dari saking banyaknya.
Sebelum mengakhiri sambutannya, K. Fikri menyampaikan kepada masyarakat bahwa beliau mempunyai rencana untuk tahun depan dalam melaksanakan PHBI maulid Nabi lagi tepat pada hari agungnya—tanggal dua belas. Sementara itu, K. Fikri menyebutkan bahwa bukan hanya dirinya yang menjadi provokator adanya acara tersebut, namun H. Panji Taufiq yang kebetulan juga masyarakat Guluk-guluk juga ikut andil dalam adanya acara tersebut.
Setelah pengasuh selesai sambutan, kemudian dipersilahkan kepada Panji Taufik sebagai wakil dari masyarakat. Beliau mengaku sangat gembira karena masyarakat dapat berkumpul lagi dengan para santri, utamanya dengan para masyaikh Annuqayah. Beliau mengatakan setuju terhadap rencana yang diajukan K. Fikri kepada masyarakat untuk kedepannya bisa merayakan maulid dihari agungnya. “kami ikut saja denga apa yang sudah menjadi kesepakatan para pengasuh. Kami akan selalu ikut berpartisipasi demi mensukseskan acara yang akan berlangsung,” paparnya.
Dalam sambutannya, beliau menyinggung tentang apa yang disampaiakan oleh K. Ali Fikri tentang dirinya yang juga ikut menjadi provokator adanya acara tersebut. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya bukan ide yang datang dari beliau sendiri, namun tentunya dari keluarga Annuqayah itu sendiri. Pak Panji—sapaan akrab H. Panji Taufiq—bercerita bahwa saat dirinya sowan ke dhalemnya KH. Abd. Muqsid, beliau dapat menangkap bahwa K. Muqsid tersebut ingin PP. Annuqayah ini mengadakan acara lagi seperti dulu bersama dengan masyarakat. Kemudian beliau pun akhirnya sowan ke K. Fikri menyampaikan keinginan Kiai Muqsid. “Kiai Ali Fikri pun menyetujui inisiatif tersebut,” jelasnya.
Setelah pak Panji selesai menyampaikan sambutannya, kni tibalah pada acara inti, yakni pembacaan shalawat nabi yang dipimpin langsung oleh hadrah Nurul Fatah Lubangsa yang kini sudah mengalami perubahan dari tahun-tahun sebelumnya.
Kemudian acara pun dilanjutkan dengan ceramah dan pencerah jiwa, yang disampaikan langsung oleh Drs. K. Hanif Hasan, sekaligus merupakan keluarga Annuqayah sendiri. K. Hanif panggilan akrab Drs. K. Hanif Hasan itu menyampaikan bahwa ini merupakan suatu rahmat Allah yang besar karena beliau diberi kesempatan untuk berdiri dihadapan para hadirin yang tentunya merupakan suatu silaturarahmi. Beliau tidak ingin menyebutkan berdirinya dihadapan para hadirin itu ingin memberikan ceramah agama, ataupun tausiah, tetapi lebih tepatnya saling mengingatkan. “saya ingin bertausiah terhadap diri sendiri, karena itu lebih mujur, dan lebihnya saya juga sampaikan pada para hadirin,” tuturnya.
K. Hanif mengingatkan kepada para hadirin agar kiranya apabila ingin meengadakan maulid Nabi, sekiranya diniati dengan baik. Jika ada anggapan bahwa dengan bermaulid itu akan membuat kaya, maka sesungguhnya anggapan itu tidak sama sekali ada dalam kitab. “saya sudah bertanya ke K. Bayir apakah maulid itu dapat membuat kaya itu ada di kitab? K. Basyir pun menjawab hanya dengan satu kata, tadhe’ (tidak ada) katanya,” tegasnya. Kalau, lanjutnya, sampai kita berhutang untuk bermaulid dan diniati membuat kaya. Maka kemungkinan besar kerugian yang hanya akan didapatkan apalagi akan mendapatkan pahala, jauh!
Eliau juga menegaskan, sebagai umat Nabi Muhammad kita harus bisa meneladani semua perbuatan beliau, termasuk juga akhlaknya. Karena itulah cinta yang sebenarnya kepada Nabi, kalau kita hanya memeriahkan kelahiran Nabi dengan ssesuatu yang tidak bermanfaat, seperti petasan, mercon dan sebagainya, tanpa mangikuti akhlak Nabi, maka kerugian yang hanya akan didapatkan. “kita jangan sampai kalah dengan para orentalis, yang notabene mereka adalah orang-orang non muslim, namun mereka mampu meneladani kehidupan Nabi Muhammad,” pungkasnya.
Sebelum mengakhiri tausiahnya, salah satu dosen Instika itu membacakan puisi WS Rendra dan juga puisi milik keponakannya. Pembacaan pisinya langsung disambut dengan gemuruh tepuk tangan oleh para santri.
Seekitar pukul 22:30 acara ditutup oleh K. Busyairi, salah satu mayaikh Annuqayah, dengan pembacaan doa bersama, yang dipimpn langsung oleh beliau. Setelah pembacan doa selesai. Santri dan para masyarakat, termasuk juga masyaikh Annuqayah mulai meninggalkan tempat.
Penulis : Nur Mahmudi
Editor : Misbahul Munir