Berinovasi Agar “Dikonsumsi”
5940 View
Lubangsa_Para pegiat seni di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa mencoba berkreasi dengan menerbitkan sebuah mading dengan nama “pesantrian” yang bertempat di depan kantor pesantren. Ide tersebut lahir dari pemikiran seorang santri pegiat seni yang masih menjabat sebagai penasehat Sanggar Andalas, Nuril S. Zaini. Dia menuturkan, bahwa proses pembuatan mading tersebut berangkat dari rasa kegelisahan mendalam bersama teman-temannya melihat realitas kehidupan kesenian puisi dan kaligrafi. “saya, dan teman-teman punya rasa gelisah melihat kehidupan kesenian kita tentang puisi dan kaligrafi yang hanya banyak diproduksi tetapi tidak dikonsumsi oleh khalayak, “ujar santri yang saat ini menjabat sebagai Pengurus Wakasi Kesenian di PP. Annuqayah Lubangsa itu kepada Kru Koran Lubangsa.
Mading yang pertama kali terbit tanggal 23 Februari 2018 itu berisi lukisan kaligrafi, puisi, dan esai. Dan mading pesantrian ini menjadi sebuah inovasi dan media yang bertujuan agar puisi dan kaligrafi dapat berkolaborasi menjadi karya seni sastra, sehingga kemudian bisa termasyarakatkan. Tak pelak, perjuangan yang dilakukan oleh kru Mading pesantrian yang terdiri dari Pengurus Sanggar Andalas dan Jamiatu Tahsin Al-khatti Al-arabi itu mengalami beberapa hambatan untuk menerbitkan mading tersebut, “ya, banyak sebenarnya, tapi yang paling menonjol adalah dana. Untuk masalah Figura itu kami dari iuran” tutur Ketua Sanggar Andalas, Kifli Maulana.
Meskipun demikian, hal itu tidak mengurangi niat para pegiat seni untuk mengabdi dan semangat memperjuangkan karya seninya agar kelak termasyarakatkan. Diciptakan, dibaca, lalu dihargai di tengah-tengah masyarakat.
Penulis : Vicky Syahirullah Editor : Abd. Warits