Peringatan Hari Santri Nasional, Santri Garda Terdepan NKRI
3861 View
Koran Lubangsa_Peringtan Hari Santri Nasional kali ini begitu meriah dengan adanya hadrah AlBanjari NurulFata yang menjadi penghibur sebelum acara dimulai. Dari hadrah tersebut membawakan lima macam lagu. Lagu mars santri berhasil dikemas apik oleh Al Banjari tersebut.Lainnya, lagu sholawat yang saling mendukung berhasil memukau para santri di depan Masjid Jamik Annuqayah (23/10).
Setelah itu, acara langsung dibuka oleh Imam Tabroni selaku Master of Ceremony. Acara tersebut dibuka denga pembacaan Ummul furqan yang langsung di pimpin oleh MC sendiri. Kalam Ilahi dilantunkan begitu merdu oleh KamalurRasyidsebagai urutan acara kedua. Lepas itu, pelantunan mars Indonesia, Subbhanul Wathon, dan juga mars Santri yang dilantunkan langsungoleh klubPaduan Lubangsa. setelah itu,dilanjutkan dengan sambutan ketua pengurus yakni Ustaz Junaidi. beliau memaparkan acara tersebut bahwa dalam rangka memperingati hari santri nasional. ”Pada acara ini selain memperingati hari santri nasional juga untuk menunjukkan sikap kita pada tantangan di era milenial saat ini” ucapnya di sela-sela sambutannya. Setelah itu langsung dilanjutkan dengan acara inti yaitu dialog interaktif, tampaknya panita memang segaja mendatangkan tiga orang alumni dalam dialog interaktif ini. Yakni, Dr. Mustajab, M.Pd.Idan Abdur Wasit, salah satu pengurus Ansor sebagai penyaji.Dan Salman Syam alumni pengurus Penerangan dan Pembinaan Organisasi sebagai moderator.
Sebegai pemegang kendali dialog interaktif, moderator menjelaskan bahwa santri itu hidup sederhana dengan, berbagi kebahagiaan yang tentu berbeda dengan yang non santri. Baru setelah itu Salman Syam selaku moderator memimpim jalannya kegiatan tersebut dengan tema‘Santri Dalam Pandemi Covid19’.
Di penyajian pertama,Mustajab sebagai penyaji mengajak santri melantunkan mars Nahdatul Ulama’ (NU) bersama yang dipimpinnya sendiri. Beliau menjelaskan bahwa santri harus menjaga kebersihan dengan mengacu padahadist Nabi, an-nadhafatu minal iman. Memupuk kesederhanaan dengan menanak. “Korengan adalah penyakit yang lumrah di kalangan santri, tanpa penyakit itu, santri bisa saja belum bisa dikatakan santri” ujarnya di sela-sela penyajian.
“Santri adalah tameng sekaligus garda terdepan dalam melawan penjajah saat sebelum kemerdekaan, santri juga yang menjaga Indonesia dari ambang kehancuram,” ujar Abdur Wasid selaku penyaji kedua dalam kesempatan tersebut. Beliau juga memamparkan proses jihad yang dilakukan oleh santri dahulu atas perintah langsung dari KH. Hasyim As’ari selaku pendiri organisasi NU.
Setelah penyajian selesai, moderator kembali memimpin jalannya kegiatan tersebut, dan mempersilahkan para peserta untuk bertanya. Ada tiga penanya dalam dialog tersebut, pertama, Syarif Hidayatullah, kemudian disusul Basri sebagai penanya kedua, dan kemudian ditutup oleh Ach. Warits sebagai penanya ketiga.
Panjang lebar kedua penyaji menjawab pertanyaa tiga orang tersebut secara bergantian. “Santri adalah hal yang vital di indonesia, itulah mengapa alasan 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional oleh presiden Joko Widodo tahun 2015 lalu” ujar Dr. Mustajab ketika menjawab salah satu pertanyaan yang diajukan santri.
Setelah sesi pertanyaan selesai, moderator memohon undur diri menandakan bahwa Dialog Interkatif Peringatan Hari Santri Nasional telah salesai. Kendali penuh acara tersebut kembali pada tangan MC lagi, Imam Tabroni. Sebelum ditutup dia meminta para para penyaji sekaligus moderator untuk tidak beranjak dari panggung dulu karena masih ada sesi pemberian penghargaan kepada mereka.
Junaidi, selaku ketua pengurus mendapat bagian pertama untuk memberikan pernghargaan kepada penyaji pertama yakni Dr. Mustajab, M.Pd.I. di bagian kedua, Abd Aziz selaku SC memberikan pengehargaan kedua kepadaAbdur Wasit sebagai penyaji kedua, lalu disusul oleh Ach. Murtafiq selaku ketua panitia acara tersebut berkesempatan untuk memberi penghargaan kepada moderator yakni, Salman Syam.
Penulis: Khairur Roziqin
Editor: Muhtadi