Meriah: Hari Lahir (Harlah) Persi ke-VII
2151 View
Komunitas Penyisir Sastra Iksabad (Persi) kembali melaksanakan Hari Lahir (Harlah)-nya yang ke-VII pada Kamis malam (19/1) yang bertempat di Aula Lubangsa. Acara ini dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggota Iksabad, serta mengundang delegasi dari seluruh komunitas yang ada di Lubangsa. Tidak hanya itu, komunitas luar Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa pun juga turut hadir pada acara itu. Diantaranya, komonitas Lesehan Sastra Annuqayah (LSA), Sanggar Padi dan Sanggar Basmalah.
Menurut Nur Mahmudi, selaku ketua panitia pada acara tersebut mengatakan bahwa sebenarnya panitia telah sepakat akan melaksanakan acara Harlah Persi pada malam Jum’at sebelumnya (12/1). Namun hal itu tidak terealisasikan karena ada banyak hambatan yang dialami panitia. “Acara Harlah ini baru bisa dilaksanakan sekarang (19/1, Red.), karena dari kemarin selalu ada kendala untuk mempercepat pelaksanaan acara ini,” jelasnya santri asal batang-batang itu.
Tepat pukul 20:30 WIB, acara Harlah Persi dimulai, yang dipimpin oleh Master of Ceremony, Rifqi As’adi. Acara ini dibuka dengan penampilan musikalisasi puisi, yang dibacakan oleh Moh. Rizal. Kemudian dilanjutkan pada acara sambutan. Sambutan yang pertama disampaikan oleh ketua Ikatan Santri Batang-batang Dungkek (Iksabad), Faiqur Rahman.
Dalam sambutannya, Faiqur Rahman menyampaikan bahwa komunitas Persi selain berkiprah dalam dunia kesusastraan, sekarang juga ditambah dengan dunia kesenian berupa teater. Menurutnya, hal itu dilakukan karena melihat anggota Persi yang sudah mulai kehausan dalam dunia keteateran. Sehingga pengurus Persi merapat untuk menyediakan wadah bagi mereka. “Keteateran di persi ini baru di tetapkan sebagai rutinitas wajib pada tahun 2016 kemarin,” ujarnya.
Ketua Persi, Abd. Malik, dalam sambutannya menjelaskan bahwa salah satu tujuan diadakan perayaan Harlah yaitu untuk menghormati hari lahirnya Persi, juga agar para anggota tidak lupa pada sejarahnya Persi, dan dapat merangsang semangat para anggota. “Semoga dengan adanya acara ini dapat membuat Persi semakin eksis kedepan,” harapnya.
Agar acara itu tidak terasa monoton bagi para hadirin, pengurus Persi menampilan teater dari komunitas Persi, yang disutradarai langsung oleh Medan Readi. Lakon teater yang ditampilkan tersebut berjudul ‘Yang terpaksakan’. Keheningan pun langsung tercipta saat penampilan teater dimulai, itu sebabnya penampilan tersebut diiringi oleh instrumen sendu yang membius suasana ketika itu. Meskipun teater tersebut bisa dibilang masih seumuran jagung, tetapi penampilannya tidaklah mengecewakan. Bahkan, setelah penampilan selesai, mendapatkan aplaus yang meriah dari para hadirin. “Amanat dari teater itu yakni orang yang berprinsip dan yang tidak berprinsip,” Ungkap Medan Readi diakhir penampilan.
Monentum harlah yang dikemas dengan pemotongan nasi tumpeng oleh Ketua Persi Abd. Malik, diwarwani dengan tepukan meriah dari para hadirian. selain karena potongan tumpeng itu diberikan kepada Ketua Ikstida, Subaidi Barma, dan Moh. Rofiuddin sebagai penyaji di malam itu.
Setelah pemotongan nasi tumpeng, acara tersebut lalu diisi dengan dialog interaktif yang membahas Antologi Persi terbitan tahun 2016. Medan Readi, sebagai moderator dalam kesempatan tersebut, memberikan kesempatan kepada semua hadirin untuk mengevaluasi antologi terbaru itu.
Menurut Moh Rofiuddin, puisi anak Persi mayoritas terlalu sempit dalam melihat sebuah realitas. Sehingga, puisinya banyak yang mentah alias datar-datar saja. “Jika seandainya antologi ini dipasarkan, mungkin pembeli hanya akan tertarik pada covernya saja. Karena covernya ini bagus sekali, terkesan abstrak begitu,” ujarnya mahasiswa Instika itu.
Disaat para hadirin diberi kesempatan untuk bertanya, ada salah satu yang menanyakan mengapa antologi Persi ini temanya diberi nama “Kelulus”. Kemudian pertanyaan itu dijawab oleh moderator—yang juga termasuk senior persi—bahwa kelulus itu mempunyai arti perahu kecil. Jadi, komunitas Persi yang kecil ini juga ingin seperti perahu kecil, yang meskipun kecil, tetapi bisa menjelajahi lautan. “Meskipun kami sebagai komunitas kecil, tetapi kami juga ingin mengarungi lautan,” jelasnya santri asal batang-batang itu.
Sebelum dialog interaktif diakhiri, penyaji memberikan suntikan semangat berupa pesan kepada semua yang hadir pada malam itu, khususnya kepada anak-anak Persi, agar mereka terus bercemas atau berkeluh kesah, supaya daya tangkapnya bisa peka, dan juga menganjurkan untuk terus semangat dalam berproses. “Teruslah kalian berproses, jangan jadi orang yang tanggung-tanggung, karena hasil akan menunjukkan sejauh mana kalian berproses,” pungkasnya.
Acara pun diakhiri dengan pemberian cenderamata beserta antologi Persi 2016 kepada penyaji sebagai ucapan terimah kasih dari Persi, karena telah ikut berpartisipasi untuk mensukseskan Harlah Persi ke-VII.
Penulis : Nur Mahmudi
Editor : Misbahul Munir