Harlah ke-XIII Persi: Santri Dihibur dengan Empat Pertunjukan
3393 View
Lubangsa_Perayaan hari lahir ke-XIII Komunitas Persi (Penyisir Sastra Iksabad) berlangsung memukau dengan menampilkan empat pertunjukan sekaligus, Ahad (8/12). Empat pertunjukan itu, dikemas dengan masing-masing gendre yang berbeda. Pertunjukan Tandang Madura ditampilkan sebagai pembuka, drama komedi dengan judul “Tengka” menyusul sebagai yang kedua, disambung dengan pertunjukan teater berjudul “Wasiat Darah”, lantas dipungkasi dengan pertunjukan pantomim dengan judul “ Two Seoul One Heart”.
Perayaan Harlah yang dilangsungkan di Aula Lubangsa tersebut dimulai sejak pukul 21.00 WIB dan berakhir pukul 23. 00 WIB. Ratusan santri tampak berduyun-duyun memenuhi Aula: duduk khidmat di depan panggung yang berdiri megah. “Alhamdulillah, penonton lumayan banyak, kami syukuri itu semua,” ungkap Abdurrahman As-shawi selaku ketua panitia.
Terlepas dari hal itu, empat pertunjukan yang dikemas dengan masing-masing gendre yang berbeda tersebut, menurut Ferdy Kurniawan, selaku Ketua Persi, bukanlah langkah serampangan yang kemudian dipentaskan tanpa tersematnya sebuah pesan moral. Tak ayal, jika kemudian Lukman Hakim, selaku sutradara pertunjukan “Tandang Madura”, menyampaikan hal yang senada. Pihaknya menjelaskan bahwa pementasan itu sebagai upaya untuk tetap melestarikan kebudayaan Madura yang saat ini sudah mulai dianggap kolot dan dilupakan begitu saja. Bahkan, tambah seniman-santri kelahiran Pulau Sepudi tersebut, setiap gerakan yang ditampilkan sudah tersemat makna masing-masing, “Setiap gerakan, di situ tersimpan sebuah makna,” ungkap Lukman -sapaan akrabnya- saat rapat evaluasi seusai acara.
Lebih lanjut, pertunjukan drama komedi yang bertajuk “Tengka”, dipentaskan atas dasar warning perihal etika yang saat ini sudah mulai terdegradasi. “Hal kecil, seperti mengambil barang setakberharga apapun, itu ada etikanya,” ungkap Abd. Gafur Sajjad Al-Farisi selaku sutradara.
Sementara itu, pertunjukan teater dengan judul “Wasiat Darah” dipentaskan sebagai upaya penyadaran terhadap santri yang sudah tidak lagi militan pada organisasi, khususnya di PP. Annuqayah daerah Lubangsa. “Setiap masa keemasan, masa kemunduran adalah sebuah masa yang pasti akan datang, maka dari itu, kemunduran itu jangan sampai terjadi pada masa kita,” ungkap Rizal Fadil, selaku sutradara.
Sebagai pamungkas, pantomim dengan tajuk; “Two Seoul One Heart” yang disutradarai juga oleh Lukman Hakim, diangkat dalam rangka untuk membumikan nilai-nilai pluralisme. Keberagaman identitas, ungkap Lukman, tidaklah patut jika dijadikan faktor perpecahan. “Binneka tunggal ika, berbeda-beda, tapi kita tetap satu,” ungkapnya.
Hal itu kemudian disambut antusias oleh beberapa undangan dari berbagai komunitas seni di PP. Annuqayah, Budi misalnya, seniman-santri yang terdata sebagai santri PP. Annuqayah Lubangsa Selatan tersebut, mengatakan bahwa pementasan yang dihadirkan oleh Komunitas Persi, memanglah sangatlah perlu untuk diangkat sebagai bukti bahwa santri juga peka terhadap problem yang terjadi di masyarakat, khususnya di Madura. “Pertunjukan ini sangat bagus, penting diangkat, tapi ada beberapa kekurangan yang ke belakang harus dibenahi,” ucapnya saat rapat evaluasi.
Selain itu, apresiasi juga disampaikan oleh beberapa pengunjung yang hadir, Abd. Muid misalnya, dia mengaku sangat terhibur dengan empat pertunjukan yang ditampilkan, “Selain terhibur, kami juga bisa mengambil pesan moralnya,” ungkap santri kelahiran Gapura Timur tersebut.
Hal itu kemudian sangatlah disyukuri oleh Habibul Akromy, selaku Ketua Umum Iksabad (Ikatan Santri Batang-batang Dungkek). Romy-sapaan akrabnya- mengatakan bahwa perayaan harlah yang sudah disiapkan sejak jauh-jauh hari tersebut berjalan sesuai harapan dan mendapat antusias, apresiasi penuh dan kritik yang membangun dari berbagai elemen. “Alhamdulillah, semuanya berjalan sesuai harapan, kami sangat bersukur. Dan semoga ke belakang Persi tetap menjadi komonitas seni yang mendapat tempat khusus di hati para penggemar,” pungkasnya.
Penulis | : Ach. Rofiq |