Mengikuti Proses Pembaiatan Anggota Baru Ikstida dalam Mantab 2016 Peserta Menangis Terisak Mengikuti Bimbingan Rohani dari Panitia
5706 View
Mengikuti jalannya pelaksanaan Masa Orientasi Anggota Baru 2016 (Mantab ‘16) Ikatan Keluarga Santri Timur Daya (Ikstida) selama tiga hari tiga malam, kurang lengkap rasanya bagi saya jika tidak menceritakan malam terakhir kegiatan tersebut, yaitu penjelajahan dan diakhiri dengan pembaiatan anggota baru oleh ketua Ikstida, Subaidi Barma, tepatnya Jumat (7/10) dini hari.
Setelah kegiatan ditutup secara resmi oleh Pengurus Pembinaan dan Penerangan Organisasi (P2O), pada Kamis malam (6/10), maka seluruh peserta Mantab ’16 diperkenankan untuk beristirahat sejenak sebelum penjelajahan dimulai. Dari pantauan saya, sebagian peserta ada yang idzin keluar ruangan untuk cuci muka dan berwudhu’ demi menyegarkan tubuh mereka yang mulai penat dan letih. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana keletihan menjadi peserta saat itu, tapi dulu saya juga mengalaminya, bahkan bersama Ketua Ikstida saat ini.
Tidak perlu menunggu waktu yang begitu lama, peserta diberangkatkan sebanyak dua orang untuk tahap pertama dan begitu seterusnya. Dan ketika waktu beranjak semakin malam, kemudian diberangkatkan lebih banyak dari sebelumnya. Badrus Sholeh, panitia yang bertugas memberangkatkan peserta mengatakan bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi waktu pembaiatan agar tidak sampai subuh.
Saya yang saat itu mempunyai tugas untuk membagikan kopi dan rokok di setiap pos yang ada, berangkat lebih awal dari sebagian panitia yang lain. Berangkatnya itu pun hampir bersamaan dengan peserta yang berangkat pertama kali. Hawa dingin yang biasa dirasakan tengah malam, saat itu, bagi saya terasa hangat dan gerah. Mungkin dari kesibukan saya yang harus pergi ke sana-ke mari. Perlu diketahui, bahwa Mantab kali ini pun berbeda, karena di beberapa pos ditempati oleh para senior yang sudah tidak masuk dalam struktur kepengurusan Ikstida, atau yang biasa disebut sebagai Anggota Kehormatan, seperti Akhmad Riadi, Abd. Muqsith, dan lainnya.
Suasana yang sepi dan sunyi tidak menyurutkan semangat peserta untuk menjelajah ke tempat pembaiatan yang diletakkan di Lapangan Futsal Annuqayah, sebelah Rumah Susun Sewa Mahasiswa (Rusunawa). Sebelum sampai di tempat tujuan, mereka diharuskan berhenti di beberapa Pos yang disediakan panitia untuk pendalaman materi yang telah disajikan dari awal materi pertama sampai materi terakhir, setelah juga sebelumnya melewati Pos bayangan sebagai penunjuk arah agar mereka tidak tersesat sampai di tempat yang telah ditentukan.
Setelah sampai di Rusunawa dan selesai dibagian doktrinasi, kemudian mata mereka ditutupi dengan kain oleh salah satu panitia yang bertugas, kemudian diciprati air yang telah diisi dengan beraneka bunga. Terkesan sakral. Lalu diantar dengan mata tertutup oleh kakak panitia, sebut saja Habibur Rahman, juga termasuk saya, menuju lapangan futsal yang suasananya sunyi. Saya sempat bersyukur, sebab biasanya di sebelah timur lapangan adalah tempat anjing liar yang berkeliaran, dan saat itu, meskipun saya bolak-balik ke barat-ke timur mangantar para peserta, tidak ada gangguan dari anjing-anjing yang biasanya mangkal di sana, suaranya pun tidak terdengar sama sekali.
Di sana, di lapangan futsal, telah ada panitia yang siap mengatur posisi para peserta dan segera mempersilahkan mereka untuk tidur kembali di sana dan menungu berkumpul semua. Dikira waktu yang agaknya telah sampai sepertiga malam serta dari peserta sudah semakin banyak yang datang, panitia yang bertugas pun membimbing rohani peserta dengan menyuruh mereka berdzikir, bertaubat kepada Allah SWT. Sedikit perlahan namun pasti, terdengar isakan tangis dari peserta. Subhanallah.
Akhirnya, dengan menunggu agak lama peserta terkumpul, siraman rohani kembali digelar kepada peserta, yang mana hal itu dipimpin oleh sebagian pengurus MPO Ikstida, baik yang berkenaan dengan kesadaran diri, tugas pokok dipondok, harapan orang tua memondokkan mereka dan semacamnya. Setelah selesai, tutup mata mereka dilepas dan dilaksanakanlah pembaiatan oleh ketua Ikstida. Semua itu berakhir sampai qiro’ah subuh dikumandangkan. “Dengan pembaiatan tadi, maka kalian sah menjadi anggota Ikstida,” ungkap ketua Ikstida mengakhiri pembaiatan.
Satu hal lagi, sebagai penutup, sebelum pulang, panitia bersalaman dengan seluruh peserta sebagai tanda maaf apabila selalu memarahinya, kata-kata yang keras dan sebagainya selama orientasi berlangsung. Saya dengan panitia yang lain pulang dengan ditemani lantunan qiro’ah subuh yang merdu. Sayonara.
Penulis : M. Habibullah Mukhtar
Editor : Abd. Muqsith