Mengenal Hero Bhalik Sandal
3924 View
Lubangsa_Pada mulanya, kami mendatangi Kantor Daerah yang berada di sebelah selatan Perpustakaan Lubangsa. Niat kami sekadar bertanya soal kegiatan membalik sandal santri yang masih eksis di Masjid Jamik Annuqayah. Semula pertanyaan ini kami ajukan kepada bapak Ahmad Fawaid, tetapi beliau menyarankan untuk bertanya kepada seorang pustakawan yang berasal dari Gapura bernama Roni. Roni ini termasuk dari salah satu petugas yang aktif membalikkan sandal santri saat salat jamaah berlangsung.
Ketika kami bertemu dengan Roni, kami mengajukan pertanyaan yang sama terkait aktivitas Membalik Santri milik santri. Ternyata kegiatan tersebut adalah program dari komunitas. Roni menyebutkan peserta dari komunitas itu berjumlah tidak kurang dari 10 orang. Kadangkala mereka mengadakan rapat juga diskusi.
“Kadang kita berkumpul untuk membahas tentang membalik sandal. Angggotanya sendiri terdiri dari 10 orang. Diantara peserta ini ada pengurus pesantren, seperti bapak Imam Zayyadi—wakil Sekretaris dan Ahmad Fawaid,” imbuhnya.
Aktivitas membalikan sandal punya santri ini tergolong unik. Pasalnya santri terbiasa melakukan seperti itu hanya kepada sandal kepunyaan Kiai. Tak jarang mereka saling sikut agar bisa membalik sandal. Namun berbeda jauh dengan komunitas ini. Roni menyampaikan, tujuan dari aktivitas itu supaya menumbuhkan kesadaran santri agar lebih merapikan sandalnya,
“Ya jika mau dikatakan, sepasang sandal itu seakan-akan lebih mulia daripada kopiah,” jelasnya.
Masih tentang merapikan sandal, para petugas sering mengalami tantangan. Salah satunya berupa sandal santri yang berantakan akibat mereka datang terlambat saat hadiran. Itu kerap kali terjadi ketika memasuki salat Maghrib dan Isya’. Roni berujar ada saja santri yang tidak peduli dan bertanggung jawab untuk ikut merapikan sandal. Mereka asal masuk saja.
“Mungkin mereka terburu-buru ketika mau masuk masjid. Sebab waktu itu sebagian santri kembali ke kamarnya. Maka sandal yang semula rapi tiba-tiba menjadi berantakan,” ujarnya.
Kejadian ini sangat sulit untuk dicegah oleh para petugas. Selain mereka sudah menjalani salat, penjagaan sandal agar tetap rapi belum ada yang mau melakukan. Tetapi itu tak bisa mengurani niat baik. Di balik aktivitas ini, Roni—juga petugas lain—punya niat tulus agar santri bisa lebih mengerti dan menghargai atas apa yang telah dilakukan oleh temannya.
Roni berujar selain tujuan itu, aktivitas membalikkan sandal ini digunakan supaya santri paham betapa para petugas telah menghargai mereka dengan tulus. Sekalipun sekedar menata sandal di masjid. Maka dari itu, para petugas tidak segan-segan untuk menaruk sandal di tengah halaman masjid ketika santri sembarangan meletakkan sandalnya.
“Ada saja perilaku santri yang tak proaktif. Misalnya ketika kami sudah merapikan beberapa sandal, ada santri yang baru datang ke masjid, tiba-tiba ia menaruh sandalnya secara sembarangan. Akhirnya kami letakkan sandal itu ke tengah halaman masjid,” terangnya.
Perlakuan seperti itu tak hanya berlaku kepada santri saja. Roni menyampaikan sekalipun pengurus meletakkan sandal secara sembarangan, maka petugas tidak akan segan untuk membuangnya, “ini juga berlaku terhadap pengurus. Seperti penuturan dari Ahmad Fawaid, walau sandal pengurus tapi tergelak tak beraturan, maka jangan segan-segan untuk membuang atau menaruh di tengah,” lanjutnya.
Lebih jauh, Roni menyebut bahwa inisiator di balik aktivitas ini adalah Imam Zayyadi. Ia yang punya jabatan strategis tidak terlalu sungkan untuk terjun ke lapangan. Sebab itu, para petugas berharap supaya santri bisa tumbuh pola pikirnya untuk mau merapikan sandal, tanpa harus dirapikan oleh petugas.
“Semoga kedasaran itu tak hanya sebentar tapi mampu bertahan lama,” pungkasnya.
Penulis: Bharus Shaleh | |
Editor : Ikrom Firdaus |
Penulis: Bahrus Shaleh | |
Editor : Ikrom Firdaus |