5 Orda Tampil dalam Lomba Mading 3D, Nomor 4 dan 5 Bikin Kepala Geleng-Geleng
7083 View
Pameran Mading 3D berlangsung selama satu malam (23/02). Pameran tersebut berhasil mencuri perhatian juri dan pengunjung. Koordinator Tim Lomba Haflah Akhir Sanah 2024 Habiburrahman menyatakan bahwa pameran Mading 3D akan berlangsung hingga malam Ahad (24/02).
“Asalkan seluruh Orda sepakat dan siap untuk menjaganya,” ucapnya setelah tahap penilaian dilakukan di aula Lubangsa oleh Desaigner Moh. Fahmi.
Menurut Habiburrahman, lomba Mading 3D terakhir kali diadakan pada Haflah Akhir Sanah 2016. Pada waktu itu, mading yang ditampilkan masih 2D. Namun, tahun ini, lomba mading diadakan kembali untuk mengasah kreativitas santri dalam berkreasi, tapi bentuknya 3D. Sebanyak lima organisasi daerah (Orda) mengirimkan karya terbaiknya pada malam penilaian (23/02). Kelima Orda itu adalah Persatuan Santri Lenteng (Persal), Ikatan Santri Annuqayah Pamekasan Sampang (Iksapansa), Ikatan Keluarga Santri Bragung (Iksbar), Ikatan Keluarga Santri Timur Daya (Ikstida) dan Ikatan Santri Pantai Utara (Iksaputra).
Tapi, siapa sangka bahwa di balik lomba ini, Orda yang tampil memamerkan karyanya menggarap mading 3D dengan telaten dan sungguh-sungguh. Berikut 5 mading Orda yang memamerkan karya mereka pada lomba Mading 3D.
1. Mading Lampion karya Orda Iksbar
Orda Iksbar turut berpartisipasi dalam lomba mading 3D tahun ini. Siapa sangka, mading yang selalu mengangkat nuansa hitam putih setiap kali penerbitan majalah dindingnya itu menghabiskan dana 200 ribu rupiah. Proses penggarapannya pun membutuhkan waktu tiga hari (20-23/02).
Pimred Mading Lampion Ahmad Muhtasib mengatakan bahwa tema dan konsep yang diangkat disesuaikan dengan tema majalah dinding edisi dua, yaitu mengangkat persoalan wartel Lubangsa. Juri sangat mengapresiasi kreativitas yang ditampilkan oleh mading ini walaupun yang lebih ditonjolkan adalah aula Lubangsa daripada wartelnya sendiri.
2. Mading X-Try karya Orda Ikstida.
Dari keseluruhan mading yang dipamerkan, mading milik Orda Ikstida mengandung banyak filosofi. Kreativitas dan makna yang mereka tampilkan membuat juri terpukau. Dengan mengangkat tema “Lingkar Makna” mading X-Try menghabiskan dana sebesar 300 ribu rupiah. Tema yang mereka angkat mengenai beberapa rencana yang belum terealisasi dalam simposium mading Orda.
Pimred Mading X-Try Abd. Gafur Sajjad Alfarisi mengaku bahwa mading 3D yang mereka buat memakan waktu 5 hari dan dikerjakan oleh lima orang (19-23/02). Meski agak ribet dan membutuhkan dana yang tidak kecil, Gafur merasa kerja timnya selama ini berhasil dituntaskan dengan baik.
3. Mading Lazer karya Orda Iksaputra
Sebagai organisasi yang berasal dari Pantai Utara, Orda Iksaputra mengangkat Dermaga yang berada di Pasongsongan. Mereka mengeksplorasi ide untuk menampilkan bahwa masing-masing daerah, termasuk Pantura mempunyai ciri khas masing-masing.
Pimred Mading Lazer Moh. Farhan Maulana menuturkan bahwa dana yang dikeluarkan untuk perlombaan ini senilai 300 ribu rupiah. Mading yang dia garap dikerjakan selama satu minggu. Adapun ide dan konsep terbetik setelah melalui diskusi yang agak panjang. Tahun depan, kira-kira daerah mana di Pantura yang bakal dieksplor? Yuk tebak.
4. Mading Mercusuar karya Orda Iksapansa
Juri terpukau ketika melakukan penilaian terhadap mading Mercusuar karya Orda Iksapansa. Pasalnya, mereka membuat miniatur Lubangsa lengkap dengan masjid, asrama, kamar mandi, sumur, aula Lubangsa dan halaman-halamannya.
Pimred Mading Mercusuar Ahmad Rizqon Fauroni Amin menuturkan bahwa miniatur Lubangsa diangkat sebab tema mading bersinggungan dengan Lubangsa. Hanya saja, biaya yang digelontorkan untuk membuat miniatur Lubangsa senilai 650 ribu rupiah dan dikerjakan selama satu minggu dengan 3 orang perancang. Wah-wah, luar biasa bukan?
5. Mading Bandara karya Orda Persal
Mading yang satu ini tak kalah main besarnya. Bisa dibilang selama lomba berlangsung, milik Orda Persallah yang membutuhkan tempat lebih luas. Pimred Mading Bandara Fadlan Hidayat mengatakan bahwa tema yang diangkat sebenarnya mengenai santri sejati. Biar lebih ngena, katanya, santri diibaratkan dengan pesawat yang bisa terbang dan bergerak untuk meraih cita-cita walaupu petir dan awan menghadang.
Tapi, tahu nggak sih, berapa biaya yang dikeluarkan oleh Orda Persal untuk membuat miniatur Lapangan Bandara Trunojoyo Sumenep lengkap dengan landasan sekaligus control light dan perumahan penduduk di sekitarnya? Yap, tak tanggung-tanggung, mereka menggelontorkan dana senilai 700 ribu rupiah lho.
Begitulah karya yang ditampilkan oleh Orda pada lomba Mading 3D tahun ini. Karena pamerannya hanya dibuka untuk santri, sobat-sobat tak perlu khawatir. Silakan kunjungi Tik-tok Lubangsa TV dan media Lubangsa lainnya untuk tahu lebih cepat mengenai kegiatan yang diadakan selama Haflah Akhir Sanah 2024 berlangsung.