Lubangsa Sambut Gerhana Matahari dengan Shalat Kusuf
4176 View
Santri Lubangsa Antusias Shalat Kusuf
Gerhana matahari (secara total bagi sebagian wilayah di Indonesia) yang terjadi pada Rabu, 9 Maret 2016 merupakan salah satu peristiwa yang menggemparkan dunia. Di Indonesia, banyak wisatawan yang hadir demi melihat Gerhana Matahari Total (GMT), yang kebetulan melewati sebagian daerah Indonesia. Mereka datang ke Indonesia hanya untuk menikmati GMT yang tak berlangsung lama itu. Hal itu menjadi pemandangan yang jarang terlihat.
Sementara itu, pemandangan lain terlihat di PP. Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep. Hanya saja, bukan berarti di pesantren yang berdiri pada 1881 itu, kedatangan para turis dari mancanegara. Santri yang berjumlah ribuan orang, pada hari itu, berbondong-bondong datang ke Masjid Jamik Annuqayah untuk melaksanakan Shalat Kusuf, shalat yang dilaksanakan hanya ketika terjadi gerhana matahari.
Hal ini dilakukan karena memang sudah mendapat intruksi dari Pengurus Pusat PP. Annuqayah. ”Kalau itu memang ada himbauan dari pengurus pusat untuk melaksanakan Shalat Kusuf,” tutur Ustadz Ali Hisyam, Ketua Pengurus PP. Annuqayah daerah Lubangsa saat diwawancarai di kantor Unit Kesehatan Pondok Pesantren (UKPP).
Pada kesempatan yang hanya terjadi 8-9 tahun sekali itu, santri begitu antusias untuk melaksanakan Shalat Kusuf tersebut. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ebit Abidillah, salah seorang santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa. “Saya begitu senang melakukan Shalat Kusuf, karena hal ini adalah hal langka dan juga baru pertama kali saya melakukan shalat gerhana matahari ini seumur hidup saya,” ucapnya.
Berkembang Banyak Mitos; Percaya dan Tidak
Kejadian yang diprediksi akan terjadi lagi pada tahun 2025 ini, tak lepas dari mitos yang berkembang di masyarakat. Masyarakat banyak yang memercayai mitos-mitos tersebut. Salah satu mitos yang berkembang di daerah Madura adalah membangunkan benda mati.
Ebit, santri kelahiran Pulau Talango Sumenep ini mengaku ada mitos yang berkembang di daerahnya. “Mitos yang berkembang di rumah saya, apabila membangunkan benda mati dan harta, maka harta itu akan bertambah dan penuh barokah,” ucapnya, menjelaskan tradisi yang berkembang di daerahnya.
Hal senada disampaikan oleh Ainun Sholeh, Ketua Ikatan Santri Pamekasan Sampang (Iksapansa). Santri yang berdiam di Bilik C nomor 5 itu mengatakan, bahwa di daerahnya, Sampang, mitos yang berkembang hampir sama dengan di Sumenep. Bahkan, di rumah saya, mahluk yang sudah tidur, seperti hewan ternak masih juga dibangunkan. Walau begitu, Ainun mengatakan bahwa semua itu tidak rasional. “Terutama bagi kita yang sudah memiliki ilmu dan terpelajar,” paparnya dengan tegas.
Sementara itu, di Kalimantan, mitos yang berkembang berbeda lagi. Menurut pengakuan Ainurrida’ie, santri asal Banjarmasin, Kalimantan, di daerahnya, banyak orang yang meyakini bahwa kalau terjadi gerhana matahari, mempunyai pertanda bahwa matahari sedang memikirkan manusia yang banyak berbuat dosa. “Tapi, saya percaya terhadap mitos tersebut,” akunya, mantap.
Walaupun begitu, ada juga santri yang sangat tidak percaya terhadap mitos tersebut. Rafi’uddin, santri asal Gapura, menyatakan bahwa itu tidak benar adanya. “Itu tidak berdasarkan pengetahuan. Itu hanya dilakukan oleh orang yang tak punya referensi”, tegas santri yang biasa bermain catur ini.
Rabith Dlamiri pun menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, semua itu tidak perlu dipercaya. “Kalau saya, tidak percaya sama sekali!” ucap santri asal Batuputih ini .[Mam]