Tony Broer Kunjungi Laboratorium Sampah Lubangsa
3843 View
Lubangsa_Tony Broer dan Wail Irsyad kunjungi Lubangsa pada Selasa (01/08)kemarin. Saat diajak ke Laboratorium Sampah oleh Pengasuh, Broer terkesima dengan pengolahan sampah yang dilakukan karyawan di sana.
Pengasuh menjelaskan bahwa Laboratorium Sampah merupakan tempat pengelolaan akhir di Lubangsa. “Jadi, kami mengelolanya (sampah; Red.) di sini. Sampahnya dari santri. Maka, sampahnya juga mondok.” ujar Pengasuh. Beliau menekankan bahwa sampah merupakan tanggung jawab sendiri. Tak hanya itu, pengasuh memaparkan teknologi yang dipakai oleh karyawan selama mengelola sampah, seperti konveyor yang masih manual atau memilah menggunakan tangan dan pengepresan sampah di rumah pohon. “ Mereka menginjak-nginjaknya di rumah pohon dan ini teknologi yang sebenarnya. Ini mesti disorot karena kalau tidak ada ini, bakal jadi apa sampahnya,” terang Beliau.
Tony Broer takjub dengan penjelasan Pengasuh. Baginya, seluruh proses mulai dari pengangkutan, pengelolaan, pembakaran, pengepresan dan pembuatan paving merupakan teater. “Yang kayak gini, ni, olah tubuh yang sebenarnya. Gimana tubuh berlasi dengan lingkungan,” ucapnya. Dia berpendapat bahwa pesantren harus punya ciri khas. Pesantren melahirkan teater resource, teater murni dan Laboratorium Sampah merupakan relasi antar tubuh dan lingkungan terjadi. “Bagaimana mengenal tubuh dalam konteks pesantren. Kalau di luar, olah tubuh itu teori, kalau ini langsung praktik, sampai ada produknya,” ungkapnya sambil menunjuk paving buatan karyawan.
Dia juga meninjau cara pembuatan paving mulai dari alat dan bahan yang digunakan hingga proses pengolahan dan penyetakan. “Ini juga relasi antara tubuh dengan lingkungan. Mereka (karyawan Laboratorium Sampah; Red.) memilah lalu mengolah. Kalian keren. Kalau saya, ya, sudah pakai, sampahnya dibuang. Tahu-tahunya hanya buang sampah pada tempatnya. Ini alasan mengapa di negara maju kayak di jepang itu tidak ada tempat sampah. Kalau ditanya tempat sampah, orang sana bakal bilang, “Buat apa?” sampah, ya dibawa sendiri ke rumah. Statemen ini masih belum mengakar di Indonesia. Makanya, inilah mengapa sampah di Indonesia belum selesai-selesai,” akunya.(Red)