Upaya Memiliki Sistem Pengelolaan Sampah Secara Mandiri, PPA. Lubangsa Delegasikan Tiga Santri dalam Sekolah Ekologi di Yogyakarta
6462 View
Lubangsa Putri_Untuk kedua kalinya Pengurus Kebersihan dan Ekologi Lubangsa melakukan kunjungan, yang awalnya hanya kunjungan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep, namun untuk kali ini yaitu kunjungan sekaligus sekolah ekologi tentang pengelolaan sampah yang bertempat di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul Yogyakarta. Dimana hal ini bertujuan untuk belajar cara kerja desa dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Dalam hal ini mendelegasikan tiga orang santri untuk belajar selama kurang lebih satu bulan yaitu pada (25/02) – (26/03).
Ahad, 26 Februari 2023 merupakan hari pertama santri PP. Annuqayah Lubangsa tiba di Yogyakarta tepatnya di Bantul desa Panggungharjo. Kedatangan seluruh santri PP. Annuqayah bertepatan dengan perayaan hari peduli sampah nasional. Acara ini dihadiri oleh beberapa narasumber dari berbagai kalangan baik pesantren maupun satuan pendidikan yang ada di Bantul yaitu Bunga (PP. Krapyak Ali Maksum Yogyakarta), Ibu Era (SD Negeri Krapyak Wetan), Baruna (SMA 2 Negeri Bantul), Ibu Nuzuliyah dan Bapak Aris Kusumadiantoro (Universitas Nahdlatul Ulama) dan salah satunya Ustazah Faizatin (PP. Annuqayah Lubangsa Putri) yang juga menceritakan awal mula adanya tarekat plastik di Lubangsa Putri.
Setelah mengikuti Talkshow da sharing terkait pengelolaan sampah tersebut pengasuh dan Komunitas Ekologi Lubangsa menuju KUPAS (Kelompok usaha Pengelolaan Sampah. KUPAS (Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah) merupakan salah satu unit usaha Bumdes Panggung Lestari yang ada di desa Panggungharjo Bantul Yogyakarta. Bumdes ini lahir pada tanggal 23 Maret 2013 karena TPA Piungan mengalami overload dan permasalahan sosial di sekitar TPA. Kupas bermitra dengan Pasti Angkut yang juga merupakan unit dari Bumdes Panggung Lestari. Terdapat tiga alat yang dipakai KUPAS dalam mengelola sampah yang diperoleh dari Rumah Tangga yaitu alat pemilahan, alat pengelolah dan alat pemusnah. Sampah yang diangkut oleh karyawan Pasti Angkut langsung dimasukkan di mesin conveyor untuk dipilah secara manual oleh karyawan KUPAS. Kemudian setelah menjadi komoditas, barang yang memiliki nilai jual atau bisa di daur ulang dijual kembali. Jenis sampah organik dijadikan pupuk organik dan dijadikan sebagai bahan pakan maggot. Sedangkan sampah jenis residu dan material plastik diolah menjadi thermoplast atau komposit pengganti kayu.
Setelah dari KUPAS pengasuh dan Komunitas Ekologi Lubangsa menuju kampung Mataraman untuk bertemu dengan Bapak Wahyudi Anggoro Hadi, S.Farm. selaku kepala desa Panggungharjo sekaligus beristirahat sejenak sebelum pulang ke Pesantren. Acara penyerahan santri yang akan bermukim di desa Panggungharjo dengan Bapak Lurah. Bapak Sholahuddin Nurazmy atau yang lebih dikenal Bapak Uud memandu acara penyerahan para santri yang akan belajar di Panggungharjo. K.H. Mohammad Shalahuddin A.Warits menceritakan sejarah Guluk-Guluk dan alasan mengapa santri-santrinya belajar di desa Panggungharjo. Kemudian, Bapak Lurah juga mengenalkan desa Panggungharjo serta beberapa Bumdes yang ada di Panggungharjo. Santri putri selama satu bulan tinggal di rumah Bpak Lurah, dan bagi santri putra tinggal di kampung Mataraman selama beberapa hari.
Dengan adanya kunjungan sekaligus sekolah ekologi ini pengasuh mengharap agar pondok pesantren Annuqayah daerah Lubangsa bisa mengadaptasi metode pengelolaan sampah di pesantren, sehingga dapat memiliki sistem pengelolaan secara mandiri, “Saya berharap apabila sudah selesai menimba ilmu di Kalurahan Panggungharjo, Sewon Bantul Yogyakarta ini para santri yang didelegasikan dapat menyalurkan ilmunya agar lingkungan kita bisa menjadi lingkungan yang zero waste dan bisa mengadaptasi metode pengelolaan sampah tersebut di pesantren, sehingga memiliki sistem pengelolaan sampah secara mandiri” tutur Nyai. Shofiyah A. Warits Ilyas.
Penulis : Ayu Qamariya