Sosok Moh Ramdhan; Awalnya Terpaksa, Akhirnya Biasa
3393 View
Menjadi seorang pembimbing memang tidak mudah. Rintangan demi rintangan menjadi hal biasa bagi mereka yang menuntut kesabaran dalam menjalankannya.
Moh. Ramdhan, salah seorang pembimbing Darul Kutub Lubangsa (DKL) mengalami hal itu. Santri kelahiran Beluk Kene’, Ambunten itu harus membagi waktu kesehariannya demi pengabdiannya kepada Lubangsa dan kegiatan primernya, termasuk sekolah dan belajar.
Di setiap harinya ia harus menjalankan aktivitasnya sebagai santri. Dari mengajar, belajar, sekolah hingga hadiran shalat 5 waktu. Ia mendapat tugas sebagai pembimbing karena diberi tugas dari pengurus Pendidikan, Pengajaran dan Pengembangan Keilmuan (P2PK). Ia dinilai memiliki kelebihan dalam segi ilmu Nahwu dan Baca kitabnya.
Menurutnya, awal mula belajar baca kitab kuning adalah keinginan orang tuanya. Sebelumnya dia pernah menolak keinginan orang tuanya tersebut. “Saya dulunya belajar kitab kuning berawal dari keterpaksaan, namun akhirnya jadi biasa,” kata santri yang akrap dipanggil Ramdhan itu. Dia juga menambahkan bahwa di rumahnya mempunyai guru pribadi dalam penguasan kitab kuning.
Mungkin semua orang mempunyai impian, setiap orang cita-citanya berbeda-beda, ada yang mau jadi pengusaha, pegawai bank, dan lainnya. Namun lain dengan Ramdhan, ia mempunyai cita-cita yang mana ingin menjadi seorang guru, yang mengabdi kepada agama dan bangsa.
Penulis : Ach. Warits Hasib
Editor : Abd. Muqsith