Pengurus Lubangsa Sharing dengan Mahasiswa Uinsa
4725 View
Selasa (27/12) PP. Annuqayah daerah Lubangsa mengadakan Sharing Problem dengan Uinsa yang diwakili oleh Moh. Mizan Asrori selaku Mahasiswa Uinsa sekaligus Alumni Lubangsa, yang didampingi oleh temannya, Moh. Khoir Al-Faqih di Aula Lubangsa. Dalam Sharing tersebut membahas mengenai problem yang berkaitan dengan Pesantren Lubangsa, utamanya mengenai Bimbingan Konseling (BK).
Sharing tersebut diformat dengan seremonial. Abdul Ghani, Kasi BK, membuka sekaligus menjadi moderator dalam kempatan tersebut. Paling awal, Ketua Pengurus PP. Annuqayah daerah Lubangsa, Ali Hisyam, diberikan kesempatan untuk menyampaikan problem yang ada di Lubangsa.
Penurutan Hisyam (sapaan akrab Ali Hisyam) santri Lubangsa saat ini kurang mempunyai semangat atau gairah dalam belajar. Dari berbagai bentuk kegiatan yang diadakan hanya beberapa santri yang merespon dengan baik.
Dilanjutkan oleh Moh. Bakir selaku Waka II menuturkan dua macam santri ditemuinya, santri ibarat seperti orang sakit dan diobati, ada yang kemudian sembuh, ada juga yang tidak sembuh. Bahkan terkadang harus berhadapan dengan santri yang mati sehingga tidak ada respon sama sekali. “Ketika mengurus santri, saya merasa ada 2 golongan santri, pertama santri yang sakit, dan santri yang sudah mati hatinya,” ungkap mantan pengurus BK.
Ahmad Zaini, Kasi Blok yang tidak ketinggalan juga menyampaikan masalah yang dihadapi santri, terkadang kurangnya kesadaran dan belum mampu menjalankan Tupoksi yang telah ada.
Terakhir, Khairul Laili selaku perwakilan dari seksi Kamtib juga menyampaikan bahwa santri kadang keluar tanpa pamit. “Santri yang keluar mungkin karena di Lubangsa tidak ada pagarnya,” terangnya.
Kemudian Abd. Ghani memberikan kesempatan kepada Moh. Mizan Asrori salah satu utusan mahasiswa Uinsa untuk memberikan respon dan solusi terhadap problem yang telah dipaparkan oleh pengurus yang bersangkutan.
Mizan (sapaan Akrab Mizan Asrori) menyampaikan, dalam menjalankan peraturan tidak perlu untuk dijadikan tekanan dan pengurus merupakan sosok yang akan menjadi panutan santri. “Santri junior akan meniru gerak-gerik tingkah laku santri senior, maka dari itu santri senior harus mencontohkan perlakuan yang baik. Sedangkan dalam menjalankan peraturan, sebaiknya dalam pembuatan aturan harus melibatkan santri. Karena hal ini juga menjadi bahan untuk membangun relasi yang baik antar pengurus dan santri, sehingga santri tidak merasa dipaksa, melainkan merasa diajak,” jelasnya.
Sedangkan untuk seksi Bimbingan Konseling (BK), Mizan menerangkan bahwa dalam menangani santri yang bermasalah yaitu dilakukan dengan cara memberikan semacam pertanyaan yang beruntun. Pihaknya juga menawarkan dan memberikan semacam peluang kepada pengurus BK jika memang nantinya membutuhkan fasilitator atau orang yang tahu betul tentang BK untuk menghubunginya. “Kami bisa membantu memberikan jalan dan kerjasama,” pungkasnya.
Penulis : Fathor Rozi
Editor : Misbahul Munir