Refleksi Hari Ibu; Malam Minggu Bersama Ibu
2898 View
Lubangsa_Sabtu (21/12) malam, Pengurus Kepustakaan, Penerbitan dan Pers (KP2) menggelar refleksi hari ibu dengan format diskusi umum dengan tema “malam minggu bersama ibu”. Diskusi ini bertempat di depan halaman masjid Jamik Annuqayah. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi santri untuk senantiasa mengenang jasa ibu.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Abd. Aziz. “Diskusi ini bertujuan merefleksi sosok ibu dalam jiwa para santri siapa tahu nanti bisa memompa semangat belajar santri sehingga dapat menggapai cita-citanya, dengan selalu mengenang jasa-jasa orang tuanya,”ungkapnya selaku pengurus Wakasi KP2.
Sebelum acara dimulai Abd. Aziz sebagai moderator memimpin jalannnya diskusi melakukan tawassul terlebih dahulu kepada ibu masing-masing peserta yang hadir. Kemudian diserahkan kepada pemantik diskusi, Abd. Warits. “Kenapa penting kita mendiskusikan dan merenungkan hari ibu ini, karena kita adalah bagian dari ibu, kita lahir dari rahim beliau,”ungkapnya.
Ada beberapa kesaksian yang disampaikan oleh undangan yang hadir. Salah satunya diungkapnya oleh Aldi Hidayat yang mengisahkan kisah Uwais al-Qarni yang diangkat menjadi waliyullah terbaik pada masa tabi’in karena sangat mengabdi kepada ibunya.
“Uwais al-Qarni merawat ibunya yang sudah tua renta yang ingin sekali naik haji, beliau sampai menabung uang, namun karena uangnya tidak cukup maka Uwais membeli seekor anak sapi untuk dibopong olehnya setiap hari ke sebuah bukit sebagai latihan untuk membopong ibunya ke Mekkah dari rumahnya di Yaman yang jaraknya kurang lebih 240 KM jauhnya,”ungkap Pemimpin redaksi Majalah Muara itu.
Ahmad Fawa’id juga menceritakan kisah Nabi Musa yang didatangi firman oleh Allah untuk mendatangi pemuda calon penghuni surga yang terdapat suatu tempat terpencil.
“Suatu ketika datang firman Allah kepada Nabi Musa untuk mendatangi seorang pemuda calon penghuni surga, betapa kagetnya Nabi Musa ketika melihat seorang pemuda yang memelihara babi, hewan najis, mana mungkin calon penghuni surga memelihara hewan najis,” ujarnya.
“Akhirnya, ketika ditanyakan kepada pemuda yang dimaksud, di jawab oleh si pemuda bahwa babi ini adalah ibuku yang dikutuk oleh Allah menjadi seekor babi, tapi bagaimanapun juga dia adalah sosok yang melahirkanku juga membesarkanku. Ibuku memang buruk tetapi kewajibanku tetap harus menghormati,”lanjut santri asal Batang-Batang tersebut.
Zainul Kurama’ menyampaikan bahwa ziarah pertama kali yang harus dilakukan adalah kepada kuburan orang tua. Sementara itu, Syarif Hidayatullah lebih menekankan pemaparannnya tentang hadits orang yang pertama kali harus dihormati sampai diulang tiga kali yaitu seorang ibu. Bahkan, ada juga yang mengutip kisah Syekh Abdul Qadir Jailani tentang kejujurannya.
Diskusi pada malam itu juga dimeriahkan dengan pembacaan puisi tentang ibu oleh Hafil Mankudilaga, Rizqi Mahbubillah, Zen Kr, dan Malik Mamber.
Penulis : Imam Thabroni
Editor : Abd. Warits