Harlah ke-XIII Persi; dari Bedah Buku, Makanan Tradisional hingga Berwawasan Lingkungan
5949 View
Lubangsa_Peringatan Hari Lahir Ke-XIII Penyisir Sastra Iksabad (Persi) untuk malam yang kedua sekaligus malam puncak yang diisi dengan bedah buku antologi puisi Riwayat Sarung karya Ahmad Fawaid sukses terlaksana dengan menghadirkan beberapa alumni Persi yang dua di antaranya menjadi pembanding dan pembedah: M. Ali Tsabit dan Saifi Abdillah. Senin, (09/01)
Selain itu, kegiatan bedah buku yang dilangsungkan di Aula Lubangsa dan dimulai sejak pukul 21.00 hingga 23.41 WIB itu juga dihadiri oleh beberapa perwakilan komunitas seni yang ada di PP. Annuqayah. “Beberapa perwakilan komunitas seni di Annuqayah juga kami undang,” ungkap Abdurrahman As-sawi selaku ketua panitia.
Lebih lanjut, Awik-sapaan-akrabnya- menyampaikan bahwa bedah buku itu dilaksanakan dalam rangka bentuk apresiasi pada salah satu anggota Persi; Ahmad Nyabeer-nama pena dari Ahmad Fawaid-yang telah berhasil menerbit buku antologi tunggalnya. Dengan harapan, lanjut santri kelahiran Desa Candi itu, bisa menginspirasi dan memotivasi seluruh anggota Persi dan juga Komunitas seni yang lain dalam dunia literasi. “Sengaja kami laksanakan sebagai bentuk apresiasi dan lebih-lebih, menjadi inspirasi serta motivasi bagi yang lainnya,” ucapnya.
Uniknya, makanan tradisional bercita rasa kearifan lokal khas Timur Daya seperti getas, jalabiya, singkong dan ubi rebus, kalembin dan semacamnya menjadi hidangan istimewa yang disajikan kepada seluruh undangan dan juga peserta yang hadir. Tidak hanya itu, nasi kuning, minuman poka’dan juga tembakau lengkap dengan kertasnya yang diletakkan di dalam piring juga tidak absen.
Abd. Gafur Sajjad al-Farisi selaku ketua SC (stearing comite) mengatakan bahwa alasan dari itu semua adalah sebagai ungkapan cinta dan bangga terhadap makanan tradisional di Timur Daya yang saat ini sudah mulai dilupakan oleh orang Timur Daya itu sendiri. “Jangan sampai kita melupakannya, kita harus tetap mencintai makanan tradisional,” ungkapnya.
Selain itu, tujuan lain dari penghidangan makanan tradisonal itu adalah sebagai upaya untuk meminimalisir atau bahkan menghindari adanya sampah plastik. Dan, lanjutnya, Pengurus Pesantren sendiri sudah mengeluarkan kebijakan bahwa setiap acara yang diletakkan di pesantren harus berwawasan lingkungan, “Karena memang pesantren ini (PP. Annuqayah Lubangsa, red) adalah pesantren yang berwawasan lingkungan. Sudah ada kebijakan 3M (meminimalisir, mencegah dan menangulangi sampah, red) dan kami harus mengamalkan itu semua,” pungkasnya.
Penulis | : Ach. Rofiq |