Bimsus Jadi Gerbang Diniyah
171 View
Lubangsa – PP. Annuqayah daerah Lubangsa tahun ini melakukan perubahan format pembelajaran bagi santri baru. Jika sebelumnya mereka langsung mengikuti kelas diniyah, kini seluruh santri baru terlebih dahulu diwajibkan mengikuti program Bimbingan Khusus (Bimsus). “Bimsus tahun ini menjadi syarat utama. Jika tidak lulus, maka santri tidak bisa mengikuti kelas diniyah pada tahun depan dan harus mengulang Bimsus kembali,” ujar Muhammad Jamil, Ketua Pelaksana Bimsus, saat ditemui pada Jumat (15/8) di depan kantor Diniyah.
Perubahan format ini merupakan hasil musyawarah antara pengurus Majelis Diniyah Kubra (MDK) bersama Dewan Mustasyar. Melalui keputusan itu, kegiatan belajar santri baru difokuskan pada penguatan dasar-dasar sebelum memasuki jenjang diniyah.
Jamil juga menambahkan bahwa tahun ini Bimsus mengalami perkembangan jumlah kelas. “Di tingkat Ula biasanya hanya ada empat kelas, yakni A sampai D. Sekarang kami tambah satu kelas lagi, yaitu E Ula, karena jumlah santri baru meningkat,” jelasnya.
Dari sisi teknis, jadwal belajar Bimsus cukup padat. Santri baru mengikuti pelajaran sore tiga kali, malam empat kali, serta pagi penuh kecuali hari Selasa dan Jumat. Setiap sore pun ada santri baru yang bergabung karena jadwal kehadiran diacak.
Ainur Roziqi, salah satu panitia pelaksana memaparkan kalau jumlah tenaga pengajar atau muallim yang dilibatkan juga lebih banyak. Untuk sore dan malam terdapat 30 muallim yang terdiri dari alumni dan santri senior. Sementara itu, pada pagi hari ada 16 muallim yang seluruhnya berasal dari kalangan santri. “Kami melibatkan alumni, santri dari Lembaga Bahasa Arab, DKL, tahsin kesenian, serta santri yang mumpuni di bidangnya,” terang Ainur.
Selain itu, bimsus kali ini terbuka bagi santri yang masuk di pertengahan tahun. Mereka bisa langsung bergabung dengan cara menyusul materi yang tertinggal, atau jika tidak memungkinkan, mengikuti Bimsus pada tahun berikutnya. “Dengan pola baru ini, pihak pengelola berharap santri baru lebih siap secara akademis maupun mental sebelum mengikuti kelas diniyah secara penuh,” pungkas Ainur, santri asal Lenteng ini.
Penulis | : Zainurrahman |
Editor | : Sururi Nurullah |