Bedah Buku Rangsang Santri Cinta Literasi
3312 View
Lubangsa_ Jum’at pagi (01/03) tiba-tiba turun hujan ketika sampai di pertengahan acara bedah buku ruang kelas berjalan karya K.M.Faizi yang dirilis pada tahun 2018 akhir. Buku tersebut merupakan buku yang aneh.”buku ini masih satu-satunya di Indonesia karena buku ini diterbitkan oleh tiga penerbit sekaligus dalam waktu yang sama menyebabkan harga buku yang berbeda. Juga tersedia dalam bentuk E-Book, PDF, Snack book, 3 judul dengan harga 5000,-“ujar beliau memulai pembahasan bedah buku dengan suara khasnya di Aula Lubangsa (01/03).
Acara bedah buku ini merupakan murni ide dari pustakawan Lubangsa untuk memperkenalkan karya-karya kiai muda Annuqayah dan mentradisikan membaca dan menulis. Sebagaimana yang telah diakui oleh Al-Ustaz Sutikno.”acara bedah buku ini untuk memperkenalkan karya-karya kiai muda,”ungkapnya ketika ditemui kru Koran Lubangsa (01/03).
Pembanding bedah buku ini mengundang Mahendra Cipta, sastrawan yang sudah dikenal seantero jagat raya baik tingkat regional, bahkan tingkat nasional. Ia meluangkan waktunya untuk datang ke PP. Annuqayah daerah Lubangsa tepat pada pukul 09.15 WIB. Beliau datang ke Aula Lubangsa. Motto hidupnya adalah jadilah diri sendiri.
Para santri sangat antusias untuk mengikuti acara ini dengan melihat kondisi Aula Lubangsa dipenuhi para santri untuk mengikuti acara ini dengan saksama (bedah buku, Red). Tak ayal karena dihadiri oleh seorang sastrawan nasional, Mahendara Cipta dan K.M.Faizi kiai muda Annuqayah yang dikenal sastrawan muda yang sudah melanglangbuana ke berbagai tempat sebagai penumpang bis yang sangat perhatian kepada keadaan di sekitarnya.
Namun, sebenarnya bukan tempat tujuan yang beliau inginkan, tapi ketika diperjalanan ada kejadian-kejadian yang sarat akan makna kemanusiaan yang tak kita sadari beliau dokumentasi dalam buku ruang kelas berjalan. Pemaparan K.M. Faizi sangat menarik dan membuat suasana seakan hidup sehingga tidak ada peserta yang melepaskan pandangan kepada beliau dari sangat menariknya menyampaikan perihal bukunya yang beliau tulis.
Ketika sampai pada sesi pertanyaan moderator hanya memberikan kesempatan kepada 3 penanya yang dipilih karena banyaknya peserta yang antusias untuk mengajukan pertanyaan mereka. Namun, menariknya Imam Tabroni, salah satu penanya diantara tiga penanya dengan sangat percaya diri akan membuat buku catatan perjalananya yang terinspirasi dari buku yang sedang dibedah.
”saya ingin membuat buku seminar berjalan yang objeknya kereta yang disiplin akan waktu, jadi kita harus lebih disipilin waktu, jangan kalah dengan kereta,”ujarnya. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaannya tentang barang apa saja yang harus dibawa ketika ingin mencatat perjalanan.”properti apa saja yang harus dibawa ketika terjun di tempat kejadian?,”tanya santri asal Giligenting itu.
Dan dia sangat menginginkan buku yang sedang dibedah karena pernyataan selanjutnya menyatakan agar penulis menghadiahkan kepadanya. “mungkin penulis ingin menghibahkan bukunya kepada saya karena itu sangat penting,”lanjutnya.
Mahendra Cipta menanggapi pernyataan yang terakhir.”kalau ingin jadi penulis yang hebat harus banyak berkorban juga termasuk membeli buku bukan meminta buku,”. Tegas Mas E’eng, sapaan akrabnya.
K.M.Faizi, penulis buku ruang kelas berjalan menanggapi pernyataan penanya. Beliau mengakui bahwa untuk membuat buku ini membutuhkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit karena buku ini berisi pengalaman perjalanan-perjalanan ke berbagai tempat.”saya untuk melakukan perjalanan membutuhkan tenaga dan biaya yang gak bisa dihitung, dan ingat tangan diatas lebih baik dari tangan yang dibawah”tegasnya.
Setelah sesi tanya jawab selesai, dilanjutkan dengan pemberian cenderamata mata kepada kedua penyaji yang diberikan oleh Nufil sebagai ketua perpustakaan Lubangsa kepada K. M. Faizi dan Al-ustaz Sutikno kepada Mahendra Cipta. Kemudian, Muslimin selaku moderator mempersilakan kepada K.M.Faizi untuk membacakan puisi do’a. Dengan pembacaan do’a puisi berakhirlah acara bedah buku pagi itu.
Penulis : Ach. Raji editor : Abd. Warits