Tempat Baru Komunitas Seni Lubangsa
4806 View
Koran Lubangsa_(04/09) Inisiatif dari pengurus Kesenian dan Komunitas seni Lubangsa untuk mengadakan tempat baru bagi komunitasnya akhirnya terealisasi juga. Kemarin (Jum’at/31/08), Pengurus seksi kesenian PP. Annnuqayah daerah Lubangsa bersama pengurus Komunitas Seni Lubangsa antusias dalam merenovasi rumah atau asrama bagi komunitas seni Lubangsa baru itu. Rumah atau asrama komunitas seni ini diletakkan berdampingan dengan kantor redaksi KP2 dan warung telpon (wartel) atau berada tepat di depan kantin sufi yang baru. Tempat bekas kantin itu saat ini direnovasi dengan kondisi bangunannya bergedung berbahan asbes. Sungguh inovatif dan kreatif.
Tempat baru komunitas seni ini sebenarnya adalah tempat kantin sufi sejak dahulu, namun karena kantin sufi sudah pindah akhirnya ditempat itu pula ada berbagai macam sampah sehingga tidak terawat. Melihat keadaan yang tidak terawat ini, pengurus kesenian langsung berinisiatif merenovasinya. “karena kami tidak mempunyai tempat, terutama ketika akan bekerja untuk menerbitkan mading pesantrian. Awalnya di kamar saya, blok C/10, sehingga kamar saya menjadi korban kotoran yang berserakan” ujar Nuril Supriadi, mahasiswa tasawuf dan psikoterapi (TP) itu.
Pembangunan dan renovasi asrama bagi komunitas seni sebenarnya sudah diagendakan dan dimusyawarahkan sebelum liburan bulan ramadhan kemarin, namun tempat baru komunitas seni Lubangsa itu baru terbentuk hari ini. Lebih lanjut, Aying, sapaaan akrabnya, menuturkan bahwa tempat baru komunitas seni tersebut juga berfungsi sebagai tempat menampung alat-alat yang dimiliki oleh komunitas seni Lubangsa. “rumah komunitas seni ini merupakan tempat berbagai alat-alat yang dimiliki oleh berbagai komunitas terutama sanggar Andalas dan Jami’iyat at-tahsin Al-Arabi” ungkapnya.
Dirinya juga tidak sampai berpikir jika tempat baru ini akan dijadikan kantor sehingga nanti akan membutuhkan pengoperasian komputer. Namun hal itu dirasa tidak mungkin sebab menurutnya komputer itu tidak murah, tempatnya yang sempit tidak memungkinkan untuk ditinggali. Jadi tidak mungkin bagi semua komunitas seni untuk menjadikan tempat ini sebagai asrama. Selain kamarnya sempit, ventilasinya kurang sehingga udara tidak terlalu banyak masuk dan memungkinkan jenuh di dalamnya.
Pengurus kesenian tentu saja tidak sendirian merovasi tempat tersebut. Ada dua tukang yang merupakan ahli dibidangnya dan tukang itu tidak asing lagi di pesantren Lubangsa ini. Harapan dari seluruh pengurus kesenian agar komunitas seni lebih giat lagi menjalankan programnya dari waktu-waktu sebelumnya. Sampai hari ini tempat baru komunitas seni Lubangsa itu sudah bisa ditempati secara layak.
Penulis : As’adi
Editor : Abd. Warits