Kongkow Budaya, Back To Nature: Save Kretek, Save Budaya, Save Indonesia
5166 View
Lubangsa_Bagi seorang pelajar menjadi hal wajib untuk membahas kasat-kusut yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Termasuk tembakau dan kretek, sebagai warisan nusantara yang perlu dijaga dan dirawat oleh generasi muda. Ahad (15/09) malam Santri Ngopi melaksanakan Kongkow Budaya dengan tema Tembakau dan Kretek Sebagai Warisan Nusantara yang mendatangkan pemantik dari Bangkalan juga merupakan aktivis kretek rempah yaitu Saudara Rasyiqi dan Khairul Anwar.
Acarapun dibuka oleh saudara Abd. Malik tepat pukul 20:40 WIB. Meskipun diskusi lesehan di depan masjid Jami’ Annuqayah tanpa alas tikar seluruh anggota Santri Ngopi dan santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa serta partisipan antusias mengikuti diskusi tersebut. diskusi-diskusi seperti ini menjadi kebiasaan Santri Ngopi dengan mendatangkan pemantik yang berpotensi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pengasuh Santri Ngopi, Sultan Manarul Hidayat dalam sambutannya bahwa Santri Ngopi seringkali melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti ini. Sebelum ini kita berhasil bekerjasama dengan GusDurian Sumenep. “Jadi jangan khawatir untuk bergabung dengan kami untuk berdiskusi dan mendapatkan nutrisi dari Santri Ngopi,” ungkapnya. Kemudian selanjutnya moderator menyerahkan kepada dua pemantik untuk membedah tema yang diusung oleh teman-teman Santri Ngopi. Waktu terus mengarungi malam. Beberapa santri berdatangan dan bergabung memenuhi lesehan.
Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan, asal Jepara itu mengawali pembicaraan pada diskusi (15/09) kemarin. Pihaknya, menyampaikan bahwa kretek juga ada pada masa Kerajaan Kalingga namun belum berbentuk industri. Lalu, pada tahun 1950 baru berbentuk industri oleh H. Jamhari. Sebenarnya pro-kontra munculnya pertama kali bibit tembakau masih belum selesai sampai hari ini. Tapi, yang jelas pada masa itu kretek mendapat kejayaannya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan jika filosofi dari kretek itu sendiri amat unik. “dulu, kenapa dikatakan kretek? Iya, karena ketika dihisab berbunyi... tek... tek... tek,” ungkapnya mahasiswa yang akrab dipanggil Bang Soim itu. “Jika dengan rokok membunuhmu maka kretek menyehatkanmu,” begitulah ungkapan Rasyiqi sapaan akrabnya, mengawali pembicaraan sebagai pemantik kedua.
Sementara itu, dia berharap santri bisa mengkonsumsinya dengan sewajarnya. “yang berlebihan itu tidak baik meskipun bermanfaat,” imbuhnya. “jadi pilihlah rokok yang menyehatkanmu bukan yang membahayakanmu. Dan tidak mungkin Tuhan menciptakan tembakau sebagai tumbuhan yang berbahaya, rokok berbahaya karena asapnya yang mengandung zat kimia,” pungkasnya mengakhiri pembicaraannya. Acara kongkow ditutup oleh moderator tepat pukul 11:30 WIB dengan pembacaan hamdalah bersama.
Penulis : Abd. Aziz
Editor : Abd. Warits