Santri Mahasiswa Akhir Mayoritas Boyong Pesantren
4095 View
Lubangasa_Tinggal menghitung jari para mahasiswa akhir akan diwisuda (29/10). Seakan waktu itu terasa begitu singkat. Banyak mahasiswa akhir yang sudah merancang berbagai kegiatan pasca diwisuda, mayoritas dari santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa akan berhenti mondok.
Ada sekitar 20 mahasiswa akhir yang akan diwisuda bulan Oktober ini, salah satunya dari pengurus pesantren 4 orang, dan sebagian yang lain tercatat sebagai santri biasa.
Kemarin (12/10) Misbahul Munir, pengurus yang akan diwisuda saat dikonfirmasi oleh wartawan Lubangsa.org, menyatakan kesiapannya untuk menghadapi wisuda, meski sebagian yang lain ada yang belum siap untuk menghadapi perayaan wisuda nanti. “Saya santai-santai saja. Kan wisuda sesuatu yang ditunggu, ya meski kita belum punya pilihan pendamping wisuda,” katanya sembari tertawa.
Tidak hanya mantan Kasi KP2 itu yang siap menghadapi perayaan wisuda, mantan Presiden Mahasiswa (Presma) Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Moh. Hosni, juga menyatakan hal yang sama dengan Munir. Ia akan memilih untuk boyong pesantren setelah wisuda. Ditanya soal planning pasca wisuda, santri asal Gapura itu tidak memberikan keterangan secara pasti. Namun, ia berkeinginan aktiv di dalam organisasi pergerakan mahasiswa.
Dari 20 mahasiswa yang akan diwisuda, sampai berita ini ditulis masih tercatat ada 17 orang yang dipastikan berhenti, 3 orang akan tetap nyantri, 1 orang melanjutkan studi pasca sarjana di Instika, sedangkan 2 orang lainya sudah melanjutkan studi di luar pesantren (UIN Suka Yogyakarta dan UIN Maliki Malang).
Mohammad. Zaini. Santri asal Kalimantan itu, masih ingin mengembangkan keilmuannya di Pondok Pesantren Annuqayah. “Saya merasa bangga menjadi mahasiswa pasca sarjana di Instika, meski mungkin hanya saya sendirian karena yang lain ada yang ingin melanjutkan study di luar, dan ada yang memilih menjadi aktivis, ya meski ada juga yang ingin menikah,” katanya saat ditemui di kamarnya bilik C/04.
Masyhuri Drajat sebagai ketua pengurus PP. Lubangsa, menginginkan santri mahasiswa akhir yang akan boyong pesantren menjadi santri yang berguna kepada masyarakat. “Saya harap mereka tetap kometmen menjaga kesantriannya, meski mereka kuliah di luar pesantren, kan nggak ada mantan santri. Santri itu ya identitas kita ngak boleh lepas,” katanya penuh wibawa.
Sebagai santri senior Maswari juga memberikan harapan kepada semua mahasiswa akhir yang akan hendak boyong pesantren. Maswari merasa bahwa semua santri yang memilih berhenti dan memilih tetap tinggal di pesantren untuk mengabdi, semua memiliki pilihan dan idealisme masing-masing. “Saya hanya harap kepada santri yang akan berhenti untuk tetap menjungjung tinggi almamater pondok pesantren Annuqayah Lubangsa,” katanya kepada wartawan Lubangsa.org.
Pasca Wisuda, Memilih Menikah Bukan Persoalan
Tidak semua yang akan boyong pesantren meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi dari 20 mahasiswa akhir ada yang sudah dipastikan memilih untuk merajut rumah tangga, salah satunya dari mantan pengurus seksi Kesehatan dan Pembinaan Olahraga (KPO), Budianto, dan Kasi Blok M. Naufal.
Menurut M. Naufal, memilih berhenti mondok sebenarnya pilihan yang sangat berat. Karena mahasiswa Ekonomi Syariah (ES) itu masih ingin mengabdi di PPA. Lubangsa. “Ini sudah diminta orang tua, mau bagaimana lagi, bahkan diperkirakan saya akan berhenti di bulan November awal,” katanya.
Berbeda dengan Budiyanto, karyawan Perpustakaan MA1 Annuqayah itu mengaku ingin melanjutkan study pasca sarjana. Tetapi, Budi didesak untuk segara menikah dengan tunangannya agar dapat membantu orang tuanya. “Saya hanya menurut kepada kedua orang tua, ya harus memenuhi permintaannya,”katanya.
Penulis: M. Fathur Rozi
Editor: Jamalul Muttaqin