Perpustakaan Lubangsa Ramai Pengunjung
3510 View
Malam setelah bel pertanda akhir jam belajar dibunyikan, saya berjalan santai seakan tanpa beban, walau sebenarnya masih ada sekian banyak tugas yang harus segera saya kerjakan dan terselesaikan dengan baik. Satu diantara amanah yag di embankan kepada saya sebagai tugas malam ini adalah menjaga perpustakaan, yang dalam artian bukan hanya duduk santai mengamati para pembaca disana, melainkan malayani segala macam bentuk kebutuhan yang ada di perpustakaan, mulai dari proses sirkulasi peminjaman dan pengembalian buku, hingga mekanisme penggunaan rental dan warnet yang juga berada dalam satu ruanan berukukan 6 X 6 M di ujung sebelah utara bagian barat aula Lubangsa itu.
Seperti biasa, sesuai degan jadwal, malam giliran saya yang melayani para pembaca di perpustakaan. Sebagai pustakawan yang memiliki jatah tiga hari tiga malam penjagaan dalam satu minggu, saya merasa enteng saja dalam hal. Sebab, coba bayangkan, perpustakaan yang jam bukanya hampir selama 15 jam, yang melayani puluhan santri dan segala macam bentuk sirkulasi peminjaman dan pengembalian, juga harus menjaga ketertiban dan kenyamanan perpusakaan, pustakawannya hanya berjumlah sembilan orang, yang itu pun setiap jam buka hanya menyisakan tiga orang yang memiliki jadwal piket. Wah, hal ini tentu sangat melelahkan. Namun, entah mendapat kekuatan dari mana semua pustakawan tetap memiliki kesemangatan untuk menunaikan amanah yang satu ini di tengah-tengah kesibukan masing-masing individu pustakawan Perpustakaan Lubangsa.
Malam ini, setelah saya membuka pintu perpustakaan, para pembaca kemudian berbondong-bondong masuk kedalam ruangan setelah sebelumnya menungu di teras perpustakaan. Selang beberapa lama, setelah saya mulai melanyani peminjaman, ruang yang di dalamnya berbaris 13 lemari dengan sekiar 1200 buku, dan 3 meja berukuran 2 M sebagai meja baca dan dan meja warnet itu penuh sesak dan terasa pengap. Sotak saya merasa kebingugan dengan keadaaan di dalam ruang, alih-alih sambil berpikir atas kejadian yang sebenarnya hampir berulang di setiap malam perpustakaan.
Di sela-sela kesibukan saya, pikiran saya dengan sendirinya melayang-layang entah kemana, sesekali meringis dan terkadang merencanakan sesuatu berkenaan dengan kejadian di perpustakaan. Yang ada dalam pikiran saya, tentang butuhnya perpustakaan kepada prasarana yang dapat membantu dalam membangun perpustakaan yang baik dan nyaman, hal ini tentunya demi terjaganya iklim baca yang ada di perpustakaan, jika iklim baca hilang bisa-bisa pembaca merasa bosan membaca dan akan mempengaruhi terhadap suksesnya proses pembelajaran Lubangsa melalui perpustakaan.
Hal ini saya pikirkan mengingat pada perkataan Akmal Farodis yang sempat melatih kami di bidang kepustakaan beberapa pekan lalu. Maghasiswa UIN Maliki Jurusan Liberty itu mengatakan kalau tugas pokok pustakawan dalam pepustakaan bukan hanya melayani pembaca, melainkan juga mengundang pembaca, membuat yang tidak suka membaca tertarik untuk membaca atau setidaknya mengunjungi perpustakaan. Hal ini kemudian yang menjadi unek-unek dalam banak saya lantaran saya takut mengecewakan para pembaca hanya dengan masalah sepele seperti ini.
Hingga saya memberanikan diri untuk mengutarakannya kepada ketua perpsutakaan mengenai kondisi yang ada disana. Saya mengatakana apa adanya kepada Abd. Warits, Ketua Perpustakaan, namun ternyata ia juga mengungkapkan apa adanya tentang perpustakan. Ia memiliki perasaan dan alur pemikiran yang sama, yakni butuhnya perpustakaan terhadap sarana yang lebih menunjang terhadap suksesnya perpustakaan mebangun generasi membaca yang ada di Lubangsa. Malahan ia mengatakan sejujur-jujurnya pada saya.
Yang ia katakan, bahwa melihat banyaknya pengunjung perpustakaan ia merasa perpustakaan membutuhkan ruangan yang lebih luas lagi dari yang ada, walau sebenarnya perpsutakaan baru saja di pindah ketempat yang lebih luas dari sebelumnya. Namun nyatanya pengunjung juga bertambah ramai dan diketahui sampai-sampai ada beberapa pengunjung yang terpaksa membaca di luar ruangan.
Namun, syukurnya kodisi demikian tidak begitu memberi efek terhadap semangat santri untuk membaca, hal ini diungkapkan oleh salah satu santri yang kini menjadi siswa kelas akhir di MTs 1 Annuqayah. Ia berujar hal ini tidak akan mebutanya enggan mengunjungi perpustakaan, sebab sebagai satri ia sudah merasa cukup dengan keadaan perpustakaan yang sekarang, “bagi saya kesesakan di perpustakaan merupakan hal yang perlu dimaklumi, apalagi kita juga harus peduli pada yang lain, jadinya walaupun agak pengap tak apa-apalah, toh ini juga demi kita kan” jawabnya seraya tersenyum saat di tanya mengenai perpustakaan.
Lain dari hal itu, Abd. Warits, santri yang sekarang duduk di bangku kuliah itu mengungkapkan kalau perpustakaan juga mebutuhkan komputer yang memadai demi lancarnya proses peminaman buku. Hal ini ia rasa perlu lantaran melihat antrian panjang yang menunggu giliran peminjaman masuk pada sistem. Lain lagi dengan pengembalian buku, buku-buku yang dikembalikan seusai dibaca terpaksa harus ditumpuk terlebih dahulu sebeb komputer yang ada masih digunakan untuk peminjaman. Melihat dari hal itu kemudian ia beranggapan perpustakaan membutuhkan prasarana baru.
Hal yang sama juga sempat diungkapkan salah satu pengunujung perpustakaan di waktu yang bersamaan(01/03/17), santri yang tak mau disebutkan namanya itu berkata kalau ia merasa kebingungan dalam pencarian buku yang ia butuhkan, dan hal itu dapat terbantu dengan juga menggunakan komputer yang telah terinstal aplikasi slim di dalamnya. “Saya ikut berharap adanya komputer khusus untuk pencarian buku bagi para pembaca, sebab saya acap kali kebingungan mau minjam buku yang mana” ujarnya saat saya tanya di dalam perpustaakan.
Penulis : Ach. Murtafiq
Editor : Misbahul Munir