K. Muhammad Ali Fikri; Beri Bimbingan Untuk Mahasiswa KKN Pastisipatif 2017
4401 View
Lubangsa_Kemarin (19/07) pondok pesantren Annuqayah daerah Lubangsa, seperti biasa setiap santri yang ingin pamit untuk kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) meminta restu dan izin kepada pengasuh.
Setelah hadiran jama’ah Isya’ peserta KKN Instika (khusus santri Lubangsa) berkumpul di Aula Lubangsa, pengasuh meminta agar sebelum berangkat ke lokasi KKN dapat tercerahkan dan bisa mematuhi tata tertib pesantren sebagaimana biasa. Sebab itu, beliau memberi saran kepada para santri untuk tetap menjaga integritas pondok pesantren Annyaqayah secara umum terlebih Lubangsa.
Menurut beliau, meski menjadi mahasiswa santri harus tetap menunjukkan akhlaq kesantriannya, terutama selaku mahasiswa Instika ia harus mampu menjaga nama baik almamaternya di tengah masyarakat nanti. Karena tidak jarang saat KKN beliau menemukan mahasiswa Instika mencederai nama baik almamaternya itu sendiri. Beliau sangat prihatin jika santri Lubangsa ditemukan melanggar peraturan pesantren apalagi syariah Islam.
Dari beberapa fenoma yang terjadi, beliau berpesan, pertama, santri harus bisa berpakaian yang baik, sopan, dan menutup aurat. Kedua, utamakan menjaga komunikasi dengan masyarakat baik cara bersikap dan berbicara lebih-lebih dalam hal mengambil keputusan. Ketiga, sebelum merancang program kerjanya beliau menyarankan untuk menggunakan Analisis Sosial (Answot), tidak lain analisis itu untuk mendapatkan informasi dan menjalin hubungan dengan aparatur desa. Keempat, selaku pemerhati masyarakta kelas bawah beliau berharap agar mahasiswa KKN dapat mengelola BUMDEs secara baik, agar program tersebut dapat tersalurkan terhadap masyarakat. Terakhir, beliau menyarankan untuk meminta solusi dan saran kepada masyarakat yang potensial.
Menurut Ata’illah, mahasiswa Ekonome Syariah (ES) asal pasongsongan, menilai bahwa kekhawtiran pengasuh benar-benar disarakan dan sangat menyentuh hatinya, “beliau memikirkan kondisi santrinya, kegiatan ini menjadi bagian yang dapat kami ambil hikmahnya untuk dijadikan prinsip nanti, bahwa santri Lubangsa benar-benar dilindungi dan dido’akan oleh beliau,” tuturnya kepada koran Lubangsa dengan nada yang melankolis.
Penulis: M. Fathur Rozi
Editor: Jamalul Muttaqin