6 Santri Ponpes Nasy’atul Muta’allimin Sekolah Kilat di Laboratorium Sampah
6201 View
Lubangsa_Pencapaian Laboratorium Sampah dalam pengelolaan sampah secara mandiri membuat banyak pihak tertarik. Proses pengelolaan sampah terpadu itu, membuat beberapa pesantren ingin menyekolahkan para santrinya untuk belajar cara mengatasi sampah.
Baru-baru ini, Pondok Pesantren Nasy’atul Muta’allimin (NASA) dari Gapura mendelegasikan enam orang santrinya untuk sekolah ekologi ke Unit Pelaksana Teknis Jatian, pada Senin tadi pagi (30/10). Dalam sekolah ini, mereka akan belajar pengelolaan sampah selama dua puluh hari ke depan.
Moh. Farid, ketua Pengurus Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa menuturkan kedatangan santri NASA ini bertujuan untuk belajar pengelolaan sampah di UPT jatian, mulai dari pemilahan sampah dari hulu ke hilir, pembuatan produk hingga tahap pengelolaan sampah secara ekonomis dan efisien.
“Pengelolaan sampah di putra lebih sulit daripada di putri. Kalau putri itu manut saja. tapi kalau putra agak sulit.” tuturnya ketika acara penyambutan di kantor pesantren tadi pagi.
Dalam acara pemasrahan, Farid memperkenalkan Laboratorium sampah sebagai lembaga yang mengelola sampah milik santri. Tidak hanya mengenalkan, ia juga menceritakan proses yang sudah dilakukan oleh pesantren, yakni membangun kesadaran santri. Pembangunan ini adalah langkah awal dari pencapaian program Lubangsa Emas.
Pengelolaan sampah yang berhasil diterapkan di Lubangsa inilah, yang diinginkan oleh para santri dari NASA tersebut. Fauzan, salah satu pendamping rombongan menyatakan bahwa bagaimana dari enam orang santri bisa membangun relasi antara guru dan murid. Sebab sanad keilmuan mengenai pengelolaan sampah ini sangat dibutuhkan.
“Jadi, kami juga ingin sambung sanad keilmuan terkait pengelolaan sampah. Sebab, apa-apa (amaliyah) yang dilakukan oleh Ponpes Annuqayah, juga diterapkan di pesantren kami.” ungkapnya.
Oleh sebab itu, Fauzan tentu berharap pembelajaran dan praktik soal pengelolaan sampah bisa berjalan lancar serta bermanfaat. Selain itu, delegasi enam orang ini dapat menerapkan ilmunya saat masa sekolahnya selesai, “agar bisa diaplikasikan pula di pesantren Nasy’atul Muta’allimin.” tandasnya.