PHPN Terealisasi Sesuai Ekspekstasi
4806 View
Lubangsa—panitia Peringatan Hari Pers Nasional yang dibentuk oleh pengurus Kepustakaan, Penerbitan dan Pers (KP2) sukses melaksanakan kegiatan yang berbentuk Talk Show dan penyerahan pemenang lomba menulis Esai, Resensi dan Features. Acara tersebut bertempat di Aula Lubangsa Senin malam, (15/2) setelah salat jama’ah Isya’. Dalam acara yang hanya dihadiri oleh pengurus Pers, Pem-Red Mading dan Pengurus Perpustakaan daerah Annuqayah putra berjalan sesuai harapan panitia.
Menurut Moh. Fudlailul Anam, selaku ketua panitia, acara yang sejatinya akan menghadirkan Pem-Red Koran Radar Madura, Lukman Hakim AG tersebut, merupakan momentum yang sangat tepat untuk mengungkap geliat pers ketika era pandemi. Akan tetapi, lanjut Anam—sapaan akrabnya—ketika dihubungi, Lukman Hakim AG tidak bisa hadir dikarenakan kesehatan badannya tertanggu. “Jadinya hanya Kak Muqsit dan Kak Roychan saja,” beber santri asal Dasuk, Sumenep tersebut.
Hal tersebut juga diakui oleh Koordinator Seksi Kepustakaan, Penerbitan dan Pers (KP2), Muhtadi, menurut pengurus asal Ledekombo, Jember tersebut, kegiatan Peringatan Hari Pers Nasional akan mendatangkan Pem-Red Koran Radar Madura. Akan tetapi ketika menerima pesan WhatsApp dari Lukma Hakim AG, “Mohon maaf kaule ta’ bisa nekane undanganna ajunan,” terangnya ketika ditemui setelah selesai acara PHPN.
Padahal, Lanjut Adi—sapaan karibnya—jika seandainya Lukman Hakim AG bisa menghadiri undangan panitia, maka—tambah santri yang juga sekretaris Perpustakaan Lubangsa tersebut—acara tersebut akan semakin menarik, sebab ketika acara mederator akan mengkorelasikan geliat pers pesantren dan pers bukan pesantren. Selain itu, lanjutnya, dari diskusi tersebut akan mencari idiaslisme pers pesantren yang sampai sekarang masih belum menemukan eksistensinya. “Barangkali dari acara tersebut kita menemukan pers pesantren yang sesungguhnya,” ungkap mahasiswa santri tersebut.
Meskipun acara sudah selesai, Imam Tabroni, tetap merasa kurang puas. Pasalnya, mantan Pem-Red Koran Lubangsa tersebut tidak bisa mencari titik temu antara pers pesantren dan pers bukan pesantren. Karena penyaji yang hadir adalah aktivis pers pesantren. “Kak Muqsit mantan KP2, sedangkan Kak Rochyan matan ketua LPM Fajar, Instika,” sesal santri asal Pulau Gili Genting tersebut. Dia berharap semoga dikemudian hari PP. Annuqayah Lubangsa, terlebih kepada pengurus KP2 bisa menghadirkan wartawan nasional sebagai bahan awal untuk menemukan idialisme pers pesantren, agar ketika mendapat tekanan dapat meyanggah ataupun melawan karena sudah ada ketentuan hukum yang tertulis. “Semoga bisa menghadirkan dari Jawa Pos atau Kompas,”harapnya ketika diwawancarai di Kantor KP2. (Red)
Penulis: Khoirur Roziqin
Editor: Moh. Ali Fikri