Pesantren Emas Lakukan Studi Tour ke Laboratorium Sampah
6633 View
Lubangsa_Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa kedatangan tamu dari rombongan perwakilan 12 pesantren yang tergabung dalam program kegiatan Pesantren Emas (Ekosistem Madani Atasi Sampah) kemarin Siang (22/07). Perwakilan 12 pesantren itu terdiri dari 3 daerah, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mereka melakukan kunjungan ini untuk belajar tentang pengelolahan sampah atau proses daur ulang selama 2 hari. Kegiatan tersebut bertempat di Laboratorium Sampah.
Riko, Fasilitator dalam rombongan itu mengatakan pesantren yang ikut tour Ekologi Pesantren ini berasal dari Pondok Pesantren (Ponpes) berbeda, seperti Ponpes Al-Munawwir yang berada di Bantul, Ponpes Hasyim Asy’ari terletak di Jepara dan Ponpes Fahmina yang ada di wilayah Cirebon, “ada juga dari ponpes lain, misalnya Ponpes Fadlum Minalloh, Darul Qur’an Wal Irsyad, PPM Al Ashfa, Kebon Jambu al-Islamy, As-salam Wonosobo, KHAS Kempek, serta An-Nur,” ungkapnya.
Dalam kunjungan ini—lanjut Riko—peserta yang ikut rombongan berjumlah 46 orang. Masing-masing terdiri dari 40 peserta dan 6 fasilitator. Rombongan pesantren Emas itu setiba di lokasi, langsung diarahkan ke Laboratorium Sampah untuk melihat-lihat proses pengelolahan.
Selain itu, menurut jadwal program Pesantren Emas, Unit Pelaksana Jatian (UPT) Jatian adalah kunjungan terakhir mereka usai berkunjung ke berbagai tempat daur ulang sampah di berbagai daerah pesantren lain. Riko menyatakan dari berbagai tempat yang sudah mereka kunjungi, UPT Jatian mampu mengelola dengan baik, “setelah kami berkunjung pada pesantren-pesantren lain, saya sendiri mendapat kepuasan di UPT Jatian ini,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Dosen Universitas Nadhdatul Ulama (UNU) Yogjakarta menyebut walaupun fasilitas di UPT Jatian tergolong minim, mereka masih mampu melengkapi kekurangan-kerungan tersebut. Oleh sebab itu, UPT Jatian punya cara berbeda dengan pesantren lain, “selain orang-orang yang bekerja, fasilitas yang cukup baik, pengelolahan yang begitu sistematis, dan juga lokasi yang tepat. Hal seperti itu yang tidak dimiliki oleh pesantren lain,” kata Riko.
Proses sederhana daur ulang sampah yang dilakukan dengan nama MAPAN (Merawat Alam Peduli Masa Depan) ini yang jadi ketertarikan mereka. Bahkan orientasi yang dilakukan UPT Jatian mampu membikin sesuatu agar lebih bermanfaat, melalui fasilitas seadanya dan konsep yang benar-benar efektif, “saya begitu bahagia karena sangat sederhana cara di sini,” pungkas pria asal Jogyakarta itu.
Penulis | : Yaqiy Ferdiansyah N |
Editor | : Ikrom Firdaus |