Pentas Seni Kemerdekaan, Merawat Warisan Semangat dari Para Pahlawan
5265 View
Lubangsa_Pentas seni Kemerdekaan menjadi kegiatan terakhir dari pelaksanaan refleksi kemerdekaan RI yang Ke-75. Forum Mahasiswa Lubangsa (Formal) PP. Annuqayah daerah Lubangsa melakukan kerjasama dengan seluruh unit Kesenian yang ada di Lubangsa. Dari pementasan seni Sanggar Andalas, Syarhil Qur’an, Hadrah Banjari Nurul Fata, serta pameran lukisan yang bertempat di depan Masjid Jami' Annuqayah, Selasa malam (18/8).
Pementasan yang bertemakan kemerdekaan ini tidak lain adalah untuk memberikan khazanah hikmah hari kemerdekaan. Selaras dengan apa yang disampaikan oleh Nuril Supriyadi. “Tujuan digelarnya acara ini adalah untuk mengambil hikmah hari kemerdekaan negara Indonesia di usia ke-75 tahun,” ungkap Ketua Seksi Kesenian yang menampilkan deklamasi puisi berjudul “kitab suci AD-ART” malam itu.
Selain itu, dia menambahkan bahwa pementasan ini juga sebagai pembangkit semangat santri baru. “Dan juga pementasan ini diharapkan dapat membangkitkan semangat para santri baru untuk selalu belajar dari sejarah pahlawan,” ucap mahasiswa yang akan diwisuda bulan depan ini.
Antusias santri dalam acara ini sangat terlihat dari banyak penonton yang hadir pada acara tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Haikal Faqih. “Halaman masjid Jamik Annuqayah seakan menjadi lautan manusia karena banyak penonton,” ujar salah satu penonton itu kepada media Lubangsa.org.
Rasa antusias menggebu dirasakan pula oleh Fahri Maulana. “Saya menunggu pentas seni ini saat penonton masih sedikit, karena takut tidak mendapatkan tempat terdepan,” ujarnya penuh semangat santri Gili Genting itu.
Lebih lanjut, ketua Formal berharap kepada para santri yang telah menonton pentas seni kemerdekaan ini agar terus membangkitkan semangat dalam diri untuk merawat warisan para pejuang kemerdekaan. “Saya sangat berharap kepada semua santri yang telah menonton pentas seni kemerdekaan ini untuk terus bersemangat dalam berproses, sehingga mampu merawat warisan para pahlawan yang berupa kemerdekaan, utamanya para masyaikh terdahulu yang rela menumpahkan darahnya di bumi pertiwi ini,” pungkas Mun’iem kepada media Lubangsa saat ditemui seusai acara.
Penulis : Imam Tabroni
Editor : Abd. Malik