Meski Jadi Kiai, K. Maimun Tetap Mengaji
4401 View
Lubangsa_“Saya tetap mengaji dan tetap belajar sebab saya mau jadi santri.” aku Dr. K. Ach. Maimun Syamsudin, M. Ag. pada peringatan Hari Lahir Darul Kutub Lubangsa ke-VII di halaman masjd Jamik Annuqayah kemarin malam (04/09). Acara terebut dihadiri oleh Ketua Pengurus Lubangsa, alumni dan seluruh anggota DKL.
Beliau bercerita bahwa sampai sekarang, beliau masih mengaji ke salah satu kiai di Gapura dan ke Kiai Thaifur Ali Wafa. Karenanya, beliau amat menyayangkan jika ada santri yang malas ikut ajian kitab, padahal malas adalah salah satu penyakit bagi orang yang menutut ilmu. Kemudian beliau membeberkan mengapa beliau masih semangat menuntut ilmu, salah satunya, penuntut ilmu itu dekat di sisi Allah.
“Sekarang, yang penting itu ngajinya, bukan kelak mau jadi apa, bukan pula masalah paham tidaknya. Yang penting prosesnya, barakahnya.” ungkap beliau.
Pada kesempatan tersebut, beliau menekankan kepada anggota DKL agar bersungguh-sungguh selama menuntut ilmu sebab kitab itu dikarang oleh ulama yang spiritualitasnya dengan Tuhan melampaui orang-orang awam. “Kitab itu dikarang ulama. Mereka dekat dengan Tuhan. Hari ini siapapun bisa mengarang lebih canggih dar Fathul Qarib, tapi, ini berkaitan dengan kedekatan spiritual dengan Tuhan. Bukan soal mengarangnya.” ungkap beliau.
Beliau terkenang sewaktu menjadi santri di PP. Annuqayah Latee. Selama jadi santri, beliau rajin ngaji kitab, muthalaah, ikut ajian kitab Shahih Bukhari di Lubangsa Selatan yang diampu K. Ishomudin bahkan ngaji ke K. Wakid di Kamisan sehabis tarawih. “Padahal, sehabis tarawih itu capek, kan? Namun, Habib Alawy Al-Haddad pernah berdawuh bahwa barang siapa yang baca kitab, ngaji kitab, itu seperti nyabis atau berhadapan langsung dengan pengarangnya.” ujar Kiai yang juga berstatus dosen pasca sarjana Instika tersebut.
“Yang paling saya ingat dari mengaji kitab adalah di dalam kitab ada doa pengarangnya. Mereka bukan orang sembarangan. Mereka dekat dengan Allah. Kitab mereka dipasrahkan langsung kepada Allah, bukan pada penerbit.” kelakar beliau.
Ikrom Firdaus bersaksi bahwa selama dia menjadi tim penjagaan pos pantau Utara selama masa Covid-19 melanda, setiap minggu pasti ada satu atau dua paket buku yang dialamatkan ke beliau. “Itu berarti, sekalipun beliau sorang Kiai, tetap belajap dan baca buku.”ujarnya.
Penulis | : Moh. Tsabit Husain |
Editor | : Abd. Sa'ed |