MENGAJI ORGANISASI; Kepada M. Muhri Hingga Ke K. Fikri, M. Pd.I
4797 View
Pondok pesantren yang memiliki satu rumpun organisasi semacam kegiatan intrakulikuler tidak lain adalah Lubangsa, kegiatan Orda sudah menjadi kultur yang terus berlanjut sampai saat ini. Pada malam hari tepat pada tanggal, 01/03 sekitar jam 21.30 Wib, nampak beberapa pengurus Orda Lubangsa berkumpul di Aula, kegiatan tersebut adalah kelanjutan dari kegiatan Refleksi Ke-Organisasian (Refok) yang diselenggaran oleh Pengurus Penerangan, dan Pembinaan Organisasi (P2O).
Semangat belajar organisasi tercermin dari sikap dan prilaku keseharian yang dilakukan di pondok pesantren Lubangsa, sebabnya menurut Aldi Hidayat selaku Ketupat (Ketua Panitia) kegiatan Refok (Refleksi Ke-Organisasian) mengambil tema yang dapat memancing gairah santri dalam memahami satu epistem organisasi yaitu “Mengaji Hakikat Organisasi,” di lain sisi pengurus yang sekaligus menjabat sebagai ketua organisasi Persatuan Santri Lenteng (Persal) menginginkan kegiatan Refleksi Ke-Organisasian (Refok), menjadi kegiatan berkelanjutan sampai menemukan titik terang kemanah laju organisasi akan mendarat, artinya pada titik subtansi organisasi dapat diserap dan diperas dalam kehidupan yang konkrit.
Dari kegiatan yang telah diselenggarakan oleh para penggerak sepuluh Organisasi Daerah (Orda) Lubangsa yang diambil dari para Ketua Umum (Ketum), pengurus P2O menerangkan lebih detail barometer dari kegiatan tersebut, menengarai dari perkataan Ketua Seksi (Kasi) P2O, Jamalul Muttaqin, menjustifikasi apa yang diingikan pengasuh, organisasi terus harus memihak terhadap kegiatan-kegiatan kepesantrenan, terus menunjang dan memberikan warnah bagi pesantren Lubangsa, “saya rasa Orda adalah wadah aktualisasi santri, untuk bisa meluruskan visi-misi pesantren Lubangsa, terutama Orda harus menunjang terhadap kegiatan pendidikan, ya minimal harus bisa berkompetisi,” ujar mantan Pimpinan Redaksi Majalah Muara, saat ditemui di kantornya. Robith selaku pengurus Wakil Seksi (Wakasi) P2O, meluruskan apa yang disampaikan pengasuh, bahwa organisasi adalah ibarat kendaraan yang dapat menghantarkan santri mencapai pada tujuan awal, memahami arti dan subtansi organisasi dengan cara yang terstruktur secara formal.
Berjejak dari kegiatan Refok I, yang dihadiri ketua umum PC. GP. Ansor Sumenep, pengasuh meminta akan Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari kegiatan Refok I, “pengasuh akan melihat apa yang telah dihasilkan dari kegiatan Refleksi Ke-Organisasian dengan meminta rancangan tindak lanjut kegiatan, barangkali secara umum, nanti akan diterapkan ke dalam program kerja,” tegas Ziyad Khazin, santri asal Bragung itu. Karena secara visioner menelaah dari realitas Orda Lubangsa pasca kegiatan yang pernah dilakukan oleh Orda, semua hanya berkutat pada soal kegiatan eksternal-formal, kegiatan yang pada gilirannya sudah dibekukan oleh K. Muhammad Fikri. Abd. Rahman mantan Kasi P2O juga menegaskan kesalahan kesalahan kegiatan yang pernah Orda lakukan tidak lain itu menjadi dasar dilakukannya kegiatan berupa pengayaan, pembinaan, dan barangkali penerangan tentang organisasi. “Kegiatan Refleksi ini memang berangkat dari kesalahan kami selaku pengurus Orda, terutama dalam hal menyelenggarakan kegiatan yang kurang menunjang terhadap nilai-nilai kepesantrenan,” akunya Subaidi Barma, selaku mantan Ketua Ikatan Santri Batu Putih (Iksbat) yang saat ini menjabat sebagai ketua Ikatan Santri Timur Daya (Ikstida).
Atas dasar keinginan dan kesalahan yang terjadi, Kasi P2O mewanti-wanti kepada seluruh pihak terkait kepada para ketua umum Orda untuk benar-benar memanfaatkan kegiatan Refleksi Ke-Organisasian (Refok) dengan maksimal, agar mereka dapat belajar secara perlahan atas kesalahan yang pernah terjadi, itu sebabnya Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari kegiatan Refok terus berlanjut hingga ke Refok II, dengan menghadirkan pengasuh sendiri untuk membina para pengurus Orda Lubangsa.
Menghadapi Tantangan, Menyatukan Pandangan
Pada tanggal, 28 Februari lalu Refok I yang bertempat di Aula Lubangsa, mendapat aprsesiasi langsung dari penyaji, Muhri selaku mantan Pengurus Penerangan dan Pembinaan Organisasi (P2O), menyatakan sangat gembira bisa bersua pertama kalinya dangan berbagai pengurus Orda. “saya senang bisa mengisi kegiatan ini, dulu semasih saya aktif di Orda untuk tampil di depan teman-teman santri groginya minta ampun,” terangnya dengan wajah sembringah, lebih lanjut Ketua PC. GP. Ansor itu mengatakan bahwa bentuk organisasi sama dari sejak dulu sampai sekarang, baginya, teori adalah letak kesamaan dalam sebuah organisasi akan tetapi di balik teori ada pengalaman yang tidak sama, sebabnya pengalaman tidak dapat dicuri dalam teori itu sendiri.
Berbicara Orda Lubangsa, Muhri masih antusias melihat semangat yang pernah diperjuangkan oleh K. Abdullah Sajjad, barangkali semangat itulah yang nantinya melahirkan santri nasionalis yang siap melawan kemungkaran, sebagaimana K. Hasyim A’syari menyuarakan resolusi jihat pada 10 November untuk memperjuangkan sebuah kemerdekaan, menurut alumni asal Bragung itu pesantrenlah yang mencetal laskar-laskar hisbullah, kepanjangan tangan dari apa yang sudah dilakukakan kiai-kiai Annuqayah, sebut K. Sajjad yang berani mati di tangan Belanda demi memperjuangkan negara.
Kegiatan Refok I yang dihadiri Muhri, tidak lain adalah mencoba menyatukan pandangan keorganisasian pesantren, jika Muhri banyak menyinggung tentang semangat jihat yang lahir dari rahim pesantren K. Muhammad Ali Fikri, dalam Refok II mencoba menelisik lebih dalam tentang managemen keorganisasian, baik dari cara merancang kegiatan, menghadapi tantangan, dan mengembalikan organisasi pada nafas pesantren.
Dalam penyampaiyannya, pengasuh Lubangsa yang pernah menjadi Kepala MA 1 Annuqayah itu melaraskan tujuan santri dimondokkan ke pesantren, “kita tahu, tulang punggung pesantren ada pada pengurus P2PK & PK, dengan alasan, santri dimondokkan tidak lain memiliki tujuan hanya untuk mencari ilmu dan beribadah, maka cobalah di Orda memaksimalkan kegiatan yang menunjang terhadap dua hal tersebut, memaksimalkan kegiatan dalam bidang akademik serta meningkatkan kualitas ibadah dengan cara menagamen keorganisasian yang baik,”tutur K. Muhammad Ali Fikri, saat mengisi Refok II yang dihadiri Waka I, begitupun dengan Maswari, menegaskan agar kegiatan tersebut menjadi satu bentuk penyatuan visi-misi organisasi. Sehingga Orda bisa merancang program atau kegiatan yang berbeda dengan Orda lain, dengan tujuan untuk mencari kompetetif yang berbeda dengan Orda lain.
Hal senada juga disampaikan oleh Ali Hisyam dalam sanbutannya, selaku ketua Pengurus Hisayam memaparkan bahwa organisasi adalah lembaga unit yang seharusnya menyatukan pandangan dengan berbagai program kerja dan kegiatan pengurus pesantrren, bagi Hisyam tidak ada alasan Orda menolak kegiatan-kegiatan yang dirancang oleh pengurus pesantren apalagi melanggar regulasi yang ada.
Oleh sebab itu, pengasuh saat Refok II memberikan berbagai alternaf, pertama, segala aktivitas harus disesuaikan dengan rambu-rambu atau AD/ART Orda masing-masing, kedua, sebelum menyusun program kerja adakan leadhership training, yang meliputi kegiatan ANSWOT, untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman dalam Orda. Ketiga, Dalam merancang program kerja Orda harus realistis, sesuaikan dengan kondisi Orda masing-masing, terukur, dan harus ada target-target atau program prioritas yang harus terealisasi, keempat, mekanisme Orda dalam menyusun struktur harus sesuai dengan jobdiscription, agar pengurus berjalan sesuai dengan Tupoksi-nya masing-masing.
Sebelum beranjak dari kegiatan Refok II, beliau meminta agar Orda bisa mengaktualisasikan kegiatan lanjutan dari Refok I, II, hingga mencapai titik kulminasi pemahaman yang sejalan antar Orda Lubangsa, hal itu diamini oleh Jejen, Kasi P2O untuk benar-benar memaksimalkan kegiatan Orda terutama kegiatan yang dapat memantik potensi santri yang menjadi kader-kader Orda di Lubangsa.
Penulis : Jamalul Muttaqien Editor : Misbahul Munir