Peringatan Maulid Nabi Dan Harlah Ikstida Berlangsung Meriah
4500 View
Senin malam (26/12), anggota Ikatan Santri Timur Daya (Ikstida) berkumpul di halaman blok B setelah jamaah shalat isya’. Semua berada di halaman Blok B dalam rangka untuk ikut serta dalam memperingati maulid Nabi dan merayakan harlah Ikstida yang ke-32 dengan menghadirkan salah satu pendiri Ikstida yakni K. Sanhaji.
Sekitar pukul 20.00 WIB acara pun dimulai oleh Master of Ceremony, Ach. Murtafiq, sekaligus dibuka dengan pembacaan surah al-Fatihah bersama. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kalam ilahi oleh As’adi, Anggota Ikstida. Setelah itu, kemudian dilanjutkan dengan sambutan Ketua Ikstida, Subaidi Barma.
Subaidi (apaan akrab Subaidi Barma) dalam sambutannya menjelaskan bahwa Harla Ikstida sengaja dilaksanakan pada bulan Desember, tidak seperti tahun sebelumnya yang dilaksanakan pada bulan Maret.
“Kemarin kita melaksanakan harlah Ikstida pada bulan maret kerena berpedoman pada buku yang tidak jelas sumbernya dari siapa. Dan baru-baru ini tim buku sejarah Ikstida mendengar penjelasan dari salah satu pendiri Ikstida bahwa Ikstida itu lahir pada bulan Desember,” terang santri asal Batuputih itu.
Readi Kafa, Sekretaris tim buku sejarah Ikstida menyampaikan bahwa dulunya bulan Maret yang diyakin sebagai lahirnya Ikstida itu bersumber dari tulisan Khosaini dalam kolom “Selayang Pandang”, tetapi sumber asalnya masih belum jelas. Dan untuk saat ini yang dipercayai bahwa Ikstida lahir pada bulan Desember itu bersumber langsung dari salah satu pendiri Ikstida, KH. Sanhaji. “Kami akan menelusuri sumber yang kedua ini lebih lanjut, karena lebih jelas sumbernya, yakni langsung dari pendiri, meskipun beliau (K. Sanhaji, Red.) lupa terhadap tanggal lahirnya,” jelasnya santri asal batuputih itu.
Sambutan yang kedua disampaikan oleh salah satu Pengurus Penerangan dan Pembinaan Organisasi (P2O), Moh. Ziyad Khazin, dalam sambutannya menganjurkan agar kiranya apa yang dilaksanakan saat ini patut disukuri karena sudah diberi kesempatan merayakan kelahiran Nabi Muhammad bersama-sama. Selain itu, pengurus P2O tersebut juga menegaskan bahwa untuk mendirikan sebuah organisasi yang sampai saat ini masih berdiri kokoh tentunya tidak mudah, butuh perjuangan yang berdarah-darah. “Kalian sebagai penerus organisasi Ikstida ini harus bisa membuat Ikstida ke depan semakin berkembang, jangan sampai perjuangan para pendahulu berhenti sampai disini,” ungkapnya.
Setelah sambutan pengurus P2O, tibalah pada acara inti, yaitu shalawat nabi yang dipimpin langsung oleh putra Ikstida sendiri yang terdiri dari tiga orang. Kemudian dilanjutkan dengan lantunan mars Ikstida yang dipimpin oleh panduan suara Ikstida, dan diteruskan pada acara prosesi penyerahan kue yang dibingkai dengan lilin yang membentuk angka tidah puluh dua (32). Kue tersebut diserahkan oleh ketua Ikstida kepada salah satu pendiri Ikstida, KH. Sanhaji. Tepuk tangan pun riuh saat KH. Sanhaji meniup lilin yang menyala itu.
K. Sanhaji sebagai pendiri Ikstida diberi kesempatan untuk mengisi acara malam itu. Beliau menyampaikan bahwa sangat bangga sekali terhadap acara yang tidak pernah disangka-sangka ini. Menurutnya, beliau tidak pernah berpikir bisa berdiri dihadapan orang banyak. “Saya berfikir bahwa mungkin saya hanya akan menjadi saksi mata perjalanan Ikstida. Namun saat ini akhirnya saya bisa kembali lagi berkumpul bersama anak-anak Ikstida,” tuturnya.
Beliau sangat menekankan terhadap semua santri, khususnya anak Ikstida untuk tidak selalu melanggar di pesantren, agar barokah nantinya akan gampang didapatkan, karena menurutnya berilmu tanpa borokah tidak akan ada apa-apanya. Selain itu, ia bercerita pada saat mengadakan acara halal bihalal Ikstida yang ditempatkan di Pendopo Gapura banyak membuat orang heran. Hal itu dikarenanakan pada saat itu jangankan mengadakan acara dipendopo, di balai pun selama itu tidak pernah ada yang diizinkan. Namun waktu K. Sanhaji ingin mengadakan acara halal bihalal langsung diizinkan. “Itu berkat barokah Pondok Pesantren Annuqayah,” tuturnya lelaki kelahiran Gapura itu.
Akhirnya acara ditutup dengan pembacaan do’a bersama yang sekaligus juga dipimpin oleh K. Sanhaji.
Penulis : Nur Mahmudi
Editor : Misbahul Munir