Lubangsa Kedatangan Penjelajah Dunia
5004 View
Jum’at (15/4/2016), PP. Annuqayah daerah Lubangsa kedatangan seorang penjelajah dunia. Dia adalah Paox Iben. Dia merupakan salah seorang penjelajah yang telah melanglang dunia, hingga akhirnya sampai di PP. Annuqayah daerah Lubangsa. Selain sebagai penjelajah, Paox juga merupakan novelis. Dua novelnya yang sudah diterbitkan adalah “Gadis Gurun” hasil pengembaraannya ke Timur Tengah, dan “Tambora” yang diterbitkan pada tahun 2015 kemarin.
Penjelajah yang mempunyai nama asli Ahmad Ibnu Mudhaffar ini mengaku bahwa kedatangannya di PP. Annuqayah kali ini merupakan kedua kalinya. Menurutnya, sekitar tahun 2000-an, dia pernah datang juga ke Lubangsa. Niat awalnya adalah memang untuk nyantri. “Jadi, saya itu santri kalong. Santri yang suka berpindah-pindah,” katanya dalam Diskusi bersama Santri Lubangsa di Aula Lubangsa.
Annuqayah Merupakan Tempat Ternyaman
Menurut pengakuannya, dia sudah pernah keliling ke berbagai tempat di Nusantara, terutama ke pesantren-pesantren dan makam para ulama’, bahkan ke candi-candi. Dalam pengembaraannya ke berbagai tempat itu, pria kelahiran Semarang ini mengaku bahwa Guluk-Guluk merupakan salah satu tempat ternyaman di dunia. “Banyak tempat yang indah, iya. Ada gunungnya, ada danaunya, iya. Ada macam-macam. Tapi di mana ada tempat yang seperti di Annuqayah ini, yang setiap hari, setiap detik, ada orang-orang ngaji. Ada orang-orang melantunkan ayat-ayat suci,” akunya.
Pria yang mengaku sebagai adik kelas Pengasuh Lubangsa, K. Muhammad Ali Fikri, ini menambahkan, bahwa Guluk-Guluk merupakan tempat yang jauh dari kebisingan dan keramaian, sehingga sangat tepat dijadikan tempat belajar para santri. “Kalau di Jombang, tempatnya sudah sesak sekali. Di Krapyak Jogja, tempatnya sudah mulai sesak sekali. Kalau di Annuqayah ini orang kan masih sangat nyaman untuk belajar,” imbuhnya.
“Jadi, kalau santri di sini setelah keluar tidak hafal al-Quran minimal 20 Juz, itu kebangetan,” sindirnya kepada santri Lubangsa sambil tersenyum. “Tempatnya kan sudah enak untuk berpikir, untuk tafakkur, untuk menghafal,” tegasnya kepada santri yang menjadi audien pada malam itu. [Cith]