Santri PP. Annuqayah daerah Lubangsa Pertahankan Tradisi Menanak
4302 View
Lubangsa_Mengintip kegiatan santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa di Blok C (kawasan mahasiswa), masih tak lekang dengan tradisi menanak, kemarin, Rabu malam (23/8) wartawan Lubangsa.org mendapati kerumunan santri di depan biliknya masing-masing.
Setelah dikonfirmasi kepada Waid Umar, santri yang sekaligus pengurus asal Jember itu, mengaku sudah lama nanak, “saya sudah dari dulu nanak dan makan bareng satu wadah,” ujarnya, saat ditemui setelah jam belajar berserta kaom tanak-nya di depan biliknya.
Santri yang menjabat pengurus Blok C itu lebih lanjut menyatakan bahwa tradisi menanak dan makan bersama-bersama merupakan wujud dari kesederhanaan, kemandirian dan melatih kesabaran santri. “Semuanya kan butuh proses, Mas. Bukan tidak bisa, kami langsung beli ke kantin. Tetapi lebih asik dan seru ketika menanak,” ungkap Waid, saat mempersiapkan makan bersamanya.
Syaiful Hasan, santri asal Ra’as, Sumenep, juga memaparkan kebiasaan menanak bagi santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa yang sudah mengakar kuat sejak zaman dulu, sehingga menurutnya cukup penting untuk dipertahankan karena banyak mengadung nilai dan manfaat di dalamnya.
“Menanak dan makan bareng terasa seru bagi saya. Selain itu, ini (tradisi menanak dan makan bareng, Red.) membuat saya ketika pulang ke rumah (Raas, Red.) saat liburan pesantren tidak dibuat kikuk untuk nanak, baik disuruh atau sedang tidak ada orang tua,” papar santri yang juga aktivis PMII Guluk-Guluk itu.
Berbeda padangan dengan Moh. Hafid, santri asal Kangean, Sumenep mengaku lebih baik membeli dari pada menanak sendiri. “Semasih menjadi santri baru juga menanak, tapi karena saya selalu terkena penyakit mag, maka membeli,” tagasnya.
Sementara itu, bagi Syaiful Hasan, santri di Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa rata-rata menanak dan lainnya membeli. “Dari segi pengeluaran antara yang menanak dengan membeli, selisihnya lebih sedikit pengeluarnya yang menanak,” ujarnya.
Mashuri Drajat, Ketua Pengurus PP. Annuqayah daerah Lubangsa, menerangkan bahwa menanak atau membeli sudah diatur dalam Tata Tertib (Tatib) Pesantren. Bahkan pada masa kepeminpinan K. Abdul Warist Ilyas (Alm.) pernah menganjurkan santri untuk menanak.
“Ini sebetulnya pilihan bagi setiap santri, tinggal santri sendiri yang dapat memilih, menanak iya, membeli juga iya, tetapi lebih baik memang menanak,” paparnya, santri asal Gapura itu saat ditemui wartawan Lubangsa.org.
Penulis : Misbahul Munir
Editor : Jamalul Muttaqien