Jam’iyatul Hadrah Lubangsa Bangkit Lagi
4248 View
Jam’iyatul Hadrah yang dulu sempat macet kini hadir kembali dengan nuansa yang berbeda dari yang dulu. Nuansa itu adalah dengan dikembalikannya hadrah pada nuansa klasik, berkaca kepada hadrah di masa Umar bin Ta’lab. “Hadrah seperti ini yang diinginkan oleh pengasuh,” ujar Ustadz Moh. Rofiqurrahman, Ketua Seksi Kesenian Lubangsa, selaku pengurus yang menaungi Jam’iyatul Hadrah di Lubangsa.
Bangkitnya hadrah ini mendapat respon yang baik dari pengurus PP. Annuqayah Lubangsa. “Kegiatan ini merupakan suatu kesempatan atau kekosongan yang harus diisi oleh setiap santri untuk mengembangkan kreativitasnya,” tutur Ustadz Zidqi Ridho, menanggapi bangkitnya Jam’iyatul Hadrah di Lubangsa.
[caption id="attachment_279" align="aligncenter" width="600"]Penampilan Hadrah Nurul Fata beberapa tahun silam[/caption]Menurut pengakuan Ustadz Rofiq (panggilan akrab Ustadz Moh. Rofiqurrahman), hadrah ini dibuka untuk santri Lubangsa secara umum, baik dari perkuliahan, SLTA maupun SLTP. Tetapi untuk personelnya saat ini sudah ada, yaitu Syaiful Hasan, Andi Holis, Ibnu Hasan, Moh. Rozin, dan Agus Salam. “Orang-orang ini sudah berpengalaman menjadi personel di bidang hadrah, sehingga K. Qusyairi, selaku pembimbing, tidak perlu mengajari dari nol lagi,” imbuhnya.
Pengurus yang awalnya merupakan anggota Seksi Blok ini menambahkan, bahwa latihan hadrah ini dilaksanakan setiap malam Jum’at dan malam Sabtu, yang bertempat di Aula Lubangsa. “Tetapi kalau berbenturan dengan kegiatan yang lain maka latihan di waktu yang lain,” tuturnya, menjelaskan.
Sampai saat ini, rutinitas hadrah ini sudah berjalan sekitar 4 bulan. Walaupun, ada sebagian anggota yang merasakan jenuh dikarenakan latihan 1 minggu 2 kali. “Tapi karena hal ini juga merupakan keinginan pribadi dan pengabdian untuk pesantren, maka tidak boleh tidak, dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam latihan,” pungkasnya.
Banyak harapan yang muncul menanggapi hal ini. Terutama soal bagaimana menjadikan Jam’iyatul Hadrah tidak hanya sekadar nama belaka. “Tetapi bagaimana bisa berkreativitas dengan baik di sana,” harap Ustadz Zidqi. [Qi-Di]