Melihat Rutinitas Otonom Ikstida di Jumat Pagi Rutinitas untuk Lahirkan Kader Berkualitas
4140 View
Jum’at (19/8) pagi, cuaca dingin menusuk tulang. Walau dengan rasa dingin yang menggigil, tidak menyurutkan semangat saya untuk jalan-jalan pagi. Apalagi, sudah ditunggu Subaidi Barma, Ketua Ikatan Keluarga Santri Timur Daya (Ikstida), untuk berkeliling, mengunjungi setiap rutinitas Organisasi Otonom Ikstida, yang biasa dilakukan setiap Jumat pagi. Akhirnya, saya dan Subaidi berangkat dan berkeliling ke area kampus Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) yang berada di Bukit Lancaran.
Sebentar saja kami pun sampai ke tempat tujuan. Di sana, memang terlihat para santri yang melakukan berbagai aktivitas. Dari yang olahraga hingga yang sekadar jalan-jalan santai untuk menghilangkan penat setelah 6 hari berkutat dengan kitab dan berbagai buku pelajaran di pondok. Hanya saja, biasanya, ada 3 otonom yang mempunyai rutinitas di Jumat pagi, yakni Persatuan Santri Gapura (Pasra) dengan rutinitas Kompas (Komunitas Menulis Pasra), Ikatan Santri Batuputih (Iksbat) dengan kegiatan gesture Sanggar Pangeran, dan Ikatan Keluarga Santri Batang-Batang Dungkek (Iksabad) dengan Persi (Penyisir Sastra Iksabad). Sementara Ikatan Keluarga Santri Annuqayah Legung (IKSAL) tidak ada. Menurut Subaidi, IKSAL akan melaksanakan Opening Activity pada malam harinya. “Mungkin mereka sibuk mempersiapkan acara tersebut,” kata santri asal Batuputih itu.
Kemudian, langkah kami pun berhenti di sekumpulan santri asal Gapura, yang terkumpul dalam Pasra. Pasra, waktu itu, sedang mengagendakan pemilihan Ketua Kompas. Saat kami tiba, pemilihan itu masih belum dimulai, karena menunggu anggota yang lain. Ketua Seksi (Kasi) Kekaryaan dan Pengembangan Pers (KP2), Holilur Rahman, mengatakan bahwa mereka masih menunggu anggota yang masih banyak di maqbarah KH. A. Warits Ilyas.
Kami pun akhirnya, memutuskan untuk menuju objek lain. Di tempat lain, di belakang Kantor KBM Instika, ada sekumpulan santri yang berasal dari Batang-Batang dan Dungkek. Mereka tergabung dalam organisasi otonom Ikstida bernama Iksabad. Sesampainya kami di sana, para santri yang merupakan anggota dan pengurus Persi itu, telah membentuk lingkaran. Salah satu dari mereka bergantian membaca sebuah teks puisi. Sebuah kebetulan dan tidak sengaja, di sana kami bertemu Mantan Ketua Ikstida, Moh. Hosni. Perbincangan santai pun tercipta di antara kami bertiga, baik mengenai kabar masing-masing hingga kabar Ikstida saat ini.
Faiqur Rahman, Ketua Iksabad, menghampiri dan menyalami kami dan mempersilahkan untuk ikut nimbrung. “Tidak usah, di sini saja sudah cukup,” jawab Subaidi. Abd. Malik, Ketua Persi, yang juga menghampiri kami menjelaskan bahwa biasanya pada hari Jumat pagi, ada latihan olah tubuh (gesture). Ia juga menjelaskan bahwa Persi juga melakukan rutinitas pada Senin malam, yang diisi dengan bedah puisi milik anggota, terkadang juga kajian tokoh.
Kami pun pindah tempat lagi, mendatangi Pasra yang sedang melakukan pemilihan Ketua Kompas. Sutikno, Ketua DPA Pasra, mempersilakan kami duduk bersama pada kegiatan tersebut. Mereka masih merapatkan sistem pemilihan, kriteria calon dan semacamnya. Setelah semua disepakati, maka pemilihan pun dilakukan. Khatibul Umam terpilih sebagai ketua dengan perolehan 24 suara dari 28 suara.
Setelahnya, kami mencoba melihat kembali rutinitas Iksbat. Ternyata sudah banyak yang berdatangan. Iksbat melaksanakan olah tubuh (gesture). Meski biasanya hanya mengatasnamakan Sanggar Pangeran, tapi hampir seluruh anggota Iksbat hadir pagi itu. “Ketimbang tidur, lebih baik kegiatan seperti ini,” kata salah seorang anggota. Di sana terlihat, Habiburrahman, memimpin gesture tersebut. Dia melatih konsentrasi anggota dengan cara 1 tepukan tangan.
Begitu kompleksnya kegiatan kaderisasi yang ada di Ikstida. Meski tidak melaksanakan kegiatan sendiri, tapi otonom sudah membuktikan memberikan arahan yang dapat menunjang kreativitas anggotanya, yang tentu saja demi Ikstida.
Penulis : Habibullah Mukhtar
Editor : Abd. Muqsith