K. Syihab Buktikan Manfaat Pupuk Kompos Cair
4203 View
Lubangsa_Laboratorium Sampah ternyata tidak hanya bekerja memilah dan memilih sampah untuk dibakar. Di dalam laboratorium, para petugas mampu menghasilkan produk kompos yang sifatnya ramah lingkungan, bahkan baik untuk digunakan di bidang pertanian. Kemarin (03/08), Saiful Bahri, salah satu karyawan di sana mengungkapkan bahwa pembuatan kompos ini sudah berjalan pada bulan Juni lalu. Pupuk organik yang berupa sisa makanan atau sampah dapur, diolah menjadi produk kompos cair.
Saiful mengaku dalam proses pembuatan kompos cair, pihaknya mendapatkan ilmu secara langsung dari Desa Panggungharjo. Artinya, lima santri yang didelegasikan ke salah satu wilayah Yogjakarta itu tidak hanya belajar pengelolahan sampah saja, namun mereka berhasil membikin produk pupuk yang baik untuk dipakai, “dari beberapa peserta yang ikut belajar di Panggungharjo, sangat sedikit yang mampu menerapkan program pembuatan kompos ini. Mungkin hanya peserta dari Annuqayah yang berhasil mempraktikan teori ini,” ujarnya.
Selain berhasil menerapkan teori, pembuatan kompos ini tidaklah muda. Para peserta, setidaknya butuh 3 bulan dalam proses masa belajarnya. Hal ini dikarenakan penimbunan makanan harus ditempatkan pada wadah khusus agar sampah sisa makanan itu ditampung terlebih dahulu selama 3 bulan, agar kemudian diolah menjadi kompos, “ada yang belajar sampai tiga bulan, tapi masih belum bisa mempraktikannya. Alhamdulillah, Annuqayah yang hanya belajar satu bulan, bisa langsung memproduksinya jadi pupuk,” ungkapnya.
Sekadar informasi, produk kompos cair yang telah dibuat ini hanya dimanfaatkan oleh tim Ekologi Putri dan beberapa tetangga. Hal ini dilakukan untuk menguji kompos yang sudah dibikin apa mampu membuat baik bagi berbagai jenis tanaman, “bahkan tetangga yang awalnya diberikan dua botol, setelah beberapa hari itu mereka datang lagi. Mungkin kompos ini cocok dengan jenis tanamannnya,” lanjutnya.
Namun, hingga saat ini, pupuk tersebut masih dikonsumsi secara terbatas, sebab saat ini masih mengandalkan fasilitas sederhana. Pihaknya masih belum merencanakan untuk menjual kompos cair pada publik, baik offline maupun online, “kalau nanti sudah memiliki alat yang bisa diandalkan, pupuk tersebut akan dijual, karena banyak orang yang menanyakan melalui media sosial Luibangsa,” imbuhnya.
Cerita yang sama juga diutarakan oleh K. Syihab. Salah satu keluarga Annuqayah ini mencoba menggunakan pupuk milik Lubangsa. Pupuk kompos ini digunakan untuk tanaman berjenis tembakau. Pada mulanya, beliau mendapat kiriman beberapa botol kompos pada tanggal 13 Juli. Pada tanggal 01 Agustus kemarin, beliau malah minta agar pupuk cair tersebut dikirim lagi.
“Pertumbuhannya bagus. Lebih cepat. Batangnya (tembakau; Red.) tinggi dan berdaun lebar. Tanaman tembakau yang semasa masih kecil-kecil.” Ungkap beliau saat diwawancara di kediamannya, Karang Penang.
Terkait pengaplikasiannya, beliau mencontohkan perbandingan 1:10. Perbandingan ini dilakukan dengan tembakau milik tetangga yang tidak menggunakan kompos cair dari Lubangsa. Hasil yang didapat, proses tumbuhnya tembakau milik K. Syihab lebih cepat ketimbang tembakau lain, “artinya, satu cangkir pupuk kompos itu seperti dicampur sepuluh cangkir air.” terangnya.