Babak Akhir Perumususan Kurikulum MD. BTT
4140 View
Perumusan Kurikulum (PK) Madrasah Diniyah Baramij al-Tarbiyah Wa al Taklim (MD. BTT) pada Senin (7/10) kemarin, sudah mencapai puncaknya. Rapat yang dihadiri Pengasuh PP. Annuqayah Lubangsa, Tim PK, dan Pengurus MD.BTT membahas rancangan kurikulum dari semua tingkatan kelas serta materi-materi pembelajarannya.
Pengasuh PP. Annuqayah daerah Lubangsa menjelaskan bahwa tujuan dilaksanakannya perumusan kurikulum diniyah adalah madrasah diniyah merupakan tulang punggung dari pendidikan pesantren. ”Karena ini menyanggut pendidikan agama dan tulang punggung pesantren, tentu perlu dilakukan perumusan kurikulum, baik dalam kompetensi pembelajan, dan lain-lain.” Ungkapnya.
Masyhuri Drajat, Mudir MD. BTT mamaparkan banyak hal tentang kurikulum yang sudah dirancangnya, baik waktu pelaksanan Bimbingan Khusus (Bimsus), Diniyah dan materi-materinya. Beberapa rancangan tersebut ditawarkan pada semua tim, termasuk pelaksanaan bimsus yang sudah berjalan beberapa minggu itu.
Penentuan pelaksanaan bimsus dan diniyah menjadi perbincangan alot, sebab ada banyak tawaran yang disampaikan oleh tim, yakni bimsus hanya fokus pada santri baru, bimsus bisa dilakukan pada santri baru dan santri lama yang yang dilakukan tes disesuaikan dengan kemampuan, dan sistem akselerasi.
Berdasarkan beberapa pertimbangan yang di nilai sisi psikologis dan kemampuan setiap santri, maka bimsus hanya diperuntukkan pada santri baru berdasarkan jenjang pendidikannya.
Sementara dalam pelaksanan bimsus dan diniyah akan dibedakan, bimsus akan masuk pagi dan diniyah masuk setelah salat ashar. “Masuk pagi dan sore tersebut, sudah cukup untuk maksimalisasi pelaksanaan kitabiyah di pesantren ini. Sementara kalau siswa baru (santri baru, red.) harus menunggu satu tahun lagi yang masuk diniyah kelas satu, tentu kelas tiganya akan nunggak. Kalau Pengurus Diniyah mampu menformulasi tersebut (menunggu satu tahu untuk kelas satu, red.) tidak apa-apa, tapi saya rasa sudah cukup yang pagi-sore itu, kasian juga sama pengurus diniyahnya yang terbatas ini, ” ujar Abd. Aziz Baidawi, Tim PK yang pernah menjabat mudir.
Sementara, pelaksanaan diniyah untuk Kelas Ulya (Tingkat mahasiswa) semua Tim PK dan Pengasuh PP. Annuqayah daerah Lubangsa sepakat diniyah masuk empat kali dalam satu minggu. “Kasihan nanti kalau Full dalam satu minggu, takut ada tugas kampus, dan semacamnya,” papar Masyhuri Drajat.
K. Muhammad Ali Fikri, menyarankan bahwa untuk tingkatan mahasiswa difomat dengan ajian dan kajian-kajian, “Barangkali jika demikian, untuk mahasiswa mengaji saja (ajian kitab, red.) dan diisi dengan kajian-kajian akademik, entah mengundang Fahorrahman misalkan, mengisi pelatihan-pelatihan tingkat kemahasiswaan.” tuturnya.
Berbeda dengan Fathorrahman, Tim PK, menyayangkan mahasiswa yang tidak punya kitab atau buku-buku, “Kalau mahasiswa tidak punya buku atau kitab berarti orang tuanya tidak berniat mau memondokkan anaknya,”jelasnya.
Materi-materi Tingkat Ulya tentu berbeda dengan tingkatan kelas yang ada di bawahnya. Banyak kitab yang tawarkan oleh tim diantaranya; Ushul Fiqih (al Sulam), Kajian Fiqih (Tematik: Kifayatul Akhyar dan al Zubad), Ulumul Hadits (Musthalah al Hadits dan al Baiquniyah) Ulumul Tafsir (al Tibyan). Sementara kitab-kitab yang disarankan mahasiswa harus memilikinya yakni Kitab Idmamu al Dirayah al Qiraa al Niqayah, al Wajiz, al Mahsul fi al Ushul, al Bayan, al Bul Bul, Ianatu al Thalibin.
Dalam rangka meciptakan suasana yang lebih baik ke depan untuk Pondok Pesantren daerah Lubangsa. Fathorrahman berharap dalam tiap tahunnya atau secara berkala PP. Annuqayah daerah Lubangsa melakasanakakan kegiatan-kegiatan pendukung terhadap kemampuan baca kitab. “Misalkan Bahtsul masail secara berkala di setiap kelas, Ahir Sanah ada lomba bedah kitab (mencari dalil) dan mencari kata dalam Kamus Munawwir,” ujar alumni Lubangsa yang menjadi dosen Instika sebelum musyawarah itu ditutup.
Penulis: Misbahul Munir
Editor : Saifil Mu’iz