Ngaji Sejarah di Perayaan HUT Indonesia Ke-78
6975 View
Lubangsa Putri_ Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Indonesia ke-78 pada Kamis (17/08) di halaman pesantren dengan dihadiri oleh Ibu Pengasuh dan seluruh santri.
Sebagai preambule acara Special Day ini, tim paskibraka memulai acara dengan pemasangan bendera dan deklamasi puisi. Ini menjadi performance pertama acara yang disambut meriah oleh seluruh santri dengan memberikan penghormatan kepada sang bendera.
Tidak hanya paskibraka, acara ini juga dimeriahkan oleh komunitas sanggar Al-Zalzalah dan Paduan Suara Lubangsa Putri (PSL). PSL menyanyikan lagu-lagu keindonesiaan sedangkan sanggar Al-Zalzalah menampilkan teater yang berkisah tentang Munir Said Thalib, seorang aktivis Hak Asasi Manusia yang meninggal pada tanggal 7 September 2004.
Dalam sambutannya, Barrotul Walidain, Ketua Panitia acara melaporkan terkait tujuan dilaksanakannya acara peringatan HUT ini. “untuk mengingat dan merefleksikan perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan agar memantik semangat juang santri dalam berkompetisi dan belajar” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, ia juga melaporkan konsep acara yang digelar sejak Senin (14/08) lalu. Rentetan acara ini dibuka dengan nonton bersama sebuah film yang menceritakan perjuangan pahlawan perempuan, Cut Nyak Dien kemudian dilanjut dengan pelaksanaan lomba-lomba 17-an yang diikuti oleh delegasi kamar dan Organisasi Daerah (Orda).
Ustazah Faizatin, Ketua Pengurus menyampaikan bahwa tugas santri saat ini adalah melanjutkan perjuangan para pengasuh terdahulu yang telah berhasil mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Indonesia pada tahun 1981 dalam bidang penyelamatan lingkungan. “ini yang dinamakan jihad santri saat ini” tuturnya.
Dr. K.H. Muhammad Husnan A. Nafi’, M.Pd.I mengakhiri rentetan acara dengan Ngaji Sejarah bersama seluruh santri dengan memperkenalkan pahlwan dari Madura, Pejuang perempuan dari Annuqayah, dan kemerdekaan Indonesia yang diperjuangkan sendiri oleh bangsa bukan sebagai hadiah dari penjajah.
Kelanjutannya, Kiai Husnan, sapaan akrab Beliau mengharapkan santri menjadi pioner pembangunan bangsa yang baik. “karena masa depan dunia berada dalam genggaman generasi muda” pungkasnya.
Penulis : Nuri Khairina
Editor : Shofa Thoyyib